Mohon tunggu...
Ketut Suarsih
Ketut Suarsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Undiksha

Misi: Belajar dengan tekun ,untuk hasil yang sempurna. Semangat☺️

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Urutan Upacara Hari Raya Galungan

9 November 2021   08:11 Diperbarui: 9 November 2021   08:14 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari raya Galungan dirayakan oleh Umat Hindu setiap 6 bulan Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon Wuku Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Perayaan ini memiliki perhitungan berdasarkan wuku. Perayaan hari raya galungan identik dengan penjor yang dipasang di tepi jalan atau di samping gerbang rumah menghiasi jalan yang bernuansa alami. Di jaman modern ini, apalagi sebagai tujuan pariwisata, pulau Bali kerap disorot sebagai pulau yan g indah sekaligus religious. (Penjor adalah bambu yang dihias sedemikian rupa sesuai tradisi masyarakat Bali setempat) .

Kata Galungan berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung dan menang, Galungan juga berasal dari Dungulan yang berarti menang. Di kalender Bali wuku kesebelas bernama Dugulan sedangkan di Jawa bernama wuku Galungan, namanya memang berbeda, tetapi memiliki arti sama yaitu Kemenangan.                                 Hari Raya Galungan ialah hari dimana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya serta merayakan kemenangan kebaikan (Dharma) melawan kejahatan (Adharma). Sebagai ucapan syukur, umat Hindu emberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya). Penjor yang terpasang di tepi jalan.

* Rangkaian sebelum Hari Raya Galungan

Tumpek Wariga                        

    Saniscara (Sabtu)Kliwon wuku Wariga disebut Tumpek Wariga atau kalau dibuleleng disebut dengan Tumpek pengatag. Tumpek pengatag jatuh 25 hari sebelum galungan, Pada hari Tumpek Wariga ista Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan keselamatan Tumbuh-tumbuhan. Adapun tradisi masyarakat (sangsit)  untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten yang berupa bubuh yang berwarna dan tipat

  • Bubuh putih untuk umbi-umbian
  • Bubuh bang untuk padang-padangan
  • Bubuh gadang untuk bangsa pohon yang berkembangbiak secara  generataif
  • Bubuh kuning untuk bangsa pohon yang berkembangbiak secara vegetative

Kalau di Desa Sangsit, pada hari tumpek wariga ini semua pepohonan akan di pasangi tipat taluh(telor)  dan akan disirati tirta Wangsupada/Air suci yang ditunas di pura/merajan dan dihaturkan dengan banten (sesaji) . setelah itu kemudian pemilik pohon akan menggetok batang pohon dengan pisau sambil berucap sendiri (Monolog) :

' Dadong-dadong I pekak anak kija

I Pekak ye gelem

I Pekak gelem apa dong ?

I Pekak gelem nged

Nged, nged, nged "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun