Mohon tunggu...
Ketupat
Ketupat Mohon Tunggu... -

belajarlah bukan untuk menjadi pintar tapi untuk menjadi bijak

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kebohongan Seorang Ibu dalam Hidupnya

17 September 2011   10:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:53 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin, bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan.

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah untuk anak-anaknya.

Dengan tekad untuk tetap dapat menghidupi keluarga, ibu mencari nafkah dengan berjualan sayur yang dibelinya dari hasil kebun tetangga untuk dijual ke pasar.

Beberapa tetangga yang melihat kehidupan kita yang begitu susah, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi demi menjaga perasaan serta untuk mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada anak-anaknya ibu tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Sering kali.., ketika saat makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingannya, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan anak-anaknya.

Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping aku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di bekas sisa tulang ikan yang aku makan.

Melihat ibu seperti itu, hati ku tersentuh, lalu dengan menggunakan sendok aku memberikan seluruh sisa ikan yang ada pada piringku kepada ibu, tetapi dengan cepat ibu menolaknya, dan berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika aku masuk SMP, demi untuk dapat membiayai sekolah aku, abang dan kakakku, ibu sering sekali pergi ke koperasi dengan membawa sejumlah anyaman rumbia untuk dijual, dan hasil jualannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup.

Di kala musim hujan tiba, aku sering terbangun dari tempat tidurku karena hawa dingin yang menyengat tubuhku, dan melihat ibu yang hanya bertumpu pada lampu teplok, tetapi dengan gigih melanjutkan pekerjaannya merajut rumbia.

Aku berkata :"Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus berjualan ke pasar." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun