Sebentar lagi (bulan Maret), warga ibukota dan sekitarnya akan menikmati Mass Rapit Transit (MRT). Moda transportasi terpadu, diyakini memangkas waktu tempuh dan solusi atasi kemacetan.
Setelah MRT beroperasi, segera menyusul Light Rail Transit/Lintas Rel Terpadu (LRT), kereta api penumpang beroperasi di kawasan perkotaan dengan konstruksi ringan, bisa berjalan bersama lalu lintas lain dalam lintasan khusus (trem).
Ketapels (kompasianer Tangerang Selatan Plus), turut hadir dalam 'FGD Pembangunan LRT untuk Siapa?" di kantor Kompas Gramedia (13/2).
Acara yang diadakan KemenHub Dirjen Perkeratapian dengan Warta Kota ini, juga dihadiri Komunitas pecinta Commuter Line (CLIK) dan komunitas Mahasiswa pengguna Kereta UNJ.
Menurut Ir. Zulfikri, dari Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, bahwa kota dengan jumlah penduduk 1 juta idealnya sudah memiliki LRT, hal ini diperlukan guna mempermudah pergerakan manusia di kota tersebut.
Namun, mewujudkan LRT perlu usaha keras, terkait pembebasan lahan adalah PR yang paling menantang, selanjutnya Investasi paling besar pada pembangunan stasiun dan depo.
Nantinya, Â LRT sanggup mengangkut 26 ribu penumpang sekali jalan, dengan waktu tempuh 36 menit dari depo Cibubur menuju depo Dukuh Atas.
Harga tiket dipatok terbilang wajar, yaitu 12.000/perjalanan sudah termasuk subsidi (harga non subsidi Rp 40.000), dengan jam operasional 04.00 -- 23.00.