Film Miracle in Cell No. 7 adalah salah satu drama Korea yang paling ikonik dan mengharukan. Kisahnya yang menyentuh hati tentang seorang ayah dengan disabilitas intelektual yang berjuang untuk tetap dekat dengan putrinya di balik jeruji penjara telah memikat penonton di seluruh dunia. Popularitas film ini akhirnya melahirkan versi remake di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, versi Indonesia dari Miracle in Cell No. 7 tayang pada 2022 dengan aktor ternama Vino G. Bastian sebagai pemeran utama. Meski membawa nuansa lokal, film ini tetap setia pada esensi cerita aslinya. Namun, bagaimana hasil adaptasi film ini di layar Indonesia?
Alur Cerita dan Sinopsis Singkat
Versi Indonesia dari Miracle in Cell No. 7 menceritakan kisah yang sangat mirip dengan aslinya, dengan sedikit sentuhan lokal. Pria sederhana bernama Dodo Rozak (diperankan oleh Vino G. Bastian), yang memiliki keterbatasan intelektual, dituduh melakukan pembunuhan terhadap seorang anak kecil. Meski tidak bersalah, Dodo dijatuhi hukuman penjara dan ditempatkan di sebuah sel bersama narapidana lainnya.
Di balik jeruji, Dodo yang sangat menyayangi putrinya, Kartika, merindukan kesempatan untuk bisa melihatnya lagi. Para narapidana yang awalnya tidak peduli, lambat laun tergerak oleh ketulusan dan kasih sayang Dodo kepada anaknya. Mereka pun membantu Dodo agar bisa bertemu Kartika di penjara secara sembunyi-sembunyi. Dari sini, hubungan antara para tahanan semakin erat, dan kisah ini berkembang menjadi sebuah perjalanan emosional tentang cinta, persahabatan, dan keadilan.
Kelebihan Film Miracle in Cell No. 7 Versi Indonesia
Salah satu kelebihan utama dari remake Indonesia ini adalah akting dari Vino G. Bastian yang memerankan karakter Dodo dengan sangat baik. Vino mampu menggambarkan sosok Dodo yang lugu dan penuh kasih sayang tanpa terasa berlebihan. Emosi yang ditampilkan Vino begitu tulus, sehingga membuat penonton merasakan kehangatan hubungan ayah dan anak yang menjadi inti dari film ini.
Selain itu, sentuhan lokal dalam film ini cukup terasa, baik dari segi bahasa maupun budaya. Hanung Bramantyo berhasil menghadirkan setting Indonesia yang membuat film ini terasa lebih dekat dengan penonton lokal. Chemistry antara para pemain juga solid, terutama antara Vino dan Graciella Abigail, yang memerankan Kartika kecil.
Adegan-adegan yang menyentuh hati tetap dipertahankan dengan baik, seperti momen saat Dodo bertemu Kartika di penjara dan saat narapidana membantu mereka. Film ini juga berhasil memadukan elemen humor dan kesedihan, sehingga membuat penonton tertawa di satu momen, lalu meneteskan air mata di momen lainnya.
Kekurangan Film Miracle in Cell No. 7 Versi Indonesia
Namun, film ini tidak luput dari beberapa kelemahan. Salah satunya adalah durasi yang terasa sedikit panjang, terutama di beberapa bagian yang mungkin bisa lebih singkat tanpa mengurangi esensi cerita. Beberapa penonton mungkin merasa alur ceritanya agak lambat di paruh pertama film.
Selain itu, meskipun adaptasi lokalnya cukup berhasil, ada beberapa elemen yang terasa kurang tajam dibandingkan dengan versi aslinya. Misalnya, emosi yang ditampilkan dalam beberapa adegan klimaks tidak sekuat versi Korea. Hal ini bisa jadi karena ekspektasi tinggi dari penonton yang telah menonton versi asli, sehingga remake ini terasa kurang memberikan "pukulan" emosional yang sama.
Pesan Moral dan Opini
Sama seperti versi aslinya, Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia juga membawa pesan tentang kekuatan cinta seorang ayah. Film ini menunjukkan bahwa kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah sesuatu yang luar biasa dan tak terbatas, bahkan di tengah situasi paling sulit sekalipun. Dodo, meskipun memiliki keterbatasan intelektual, tetap menunjukkan cinta yang tulus dan pengorbanan untuk putrinya, yang menjadi pesan utama film ini.
Selain itu, film ini juga mengangkat isu keadilan. Dodo yang tidak bersalah harus menjalani hukuman berat karena sistem hukum yang tidak berpihak padanya. Ini menjadi refleksi penting tentang bagaimana kita sebagai masyarakat harus lebih berhati-hati dalam menilai seseorang, terutama mereka yang berada dalam posisi lemah.
Secara keseluruhan, Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia adalah sebuah adaptasi yang solid. Meski ada beberapa kekurangan, film ini tetap mampu menyampaikan pesan yang dalam dan emosional, serta memberikan sentuhan lokal yang membuatnya terasa lebih dekat di hati penonton Indonesia. Bagi Anda yang menyukai film dengan cerita yang menyentuh hati, versi remake ini tetap layak untuk ditonton.
Hope you like it <3
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI