Mohon tunggu...
Kesya Fanti
Kesya Fanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa ilmu perpustakaan yang gemar pada tulisan dan musik. Sedang mencoba untuk keluar dari zona nyaman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Citra Seorang Pustakawan terhadap Perpustakaan

6 Februari 2023   19:20 Diperbarui: 15 Februari 2023   16:22 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pengertian pustakawan. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Mendengar kata pustakawan, bagaimana kira-kira makna tersebut di kepala tiap orang? Apakah seseorang yang bekerja di perpustakaan? 

Apakah itu identik dengan hal-hal yang berbau buku dan perpustakaan? Terdengar monoton dan kurang menarik? Atau mungkin ada yang mengaitkannya dengan karakteristik yang dingin, galak, dan menyeramkan? Tentunya tiap orang memiliki persepsinya masing-masing.

Pustakawan dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang perpustakaan dan informasi. 

Dalam melaksanakan tugasnya, ia bertanggung jawabnya terhadap segala kegiatan di dalam perpustakaan dan juga berperan dalam memberikan pelayanan perpustakaan kepada masyarakat. 

Namun, mayoritas orang masih mengartikannya dalam lingkup yang sempit dengan menganggap pustakawan sebagai orang yang hanya berkutat dengan buku-buku di perpustakaan. Seolah-olah pustakawan memiliki kegiatan yang selalu monoton.

Pustakawan sendiri masih tidak mendapat begitu banyak perhatian dari masyarakat. Sekalinya dikenal, ia justru mendapat gambaran yang kurang positif. 

Entah dikenal sebagai pustakawan yang galak, kurang ramah, membosankan, hingga menakutkan. Hal ini seakan-akan menjadi salah satu citra pustakawan yang paling banyak diketahui masyarakat. 

Munculnya pandangan negatif ini bisa jadi karena dialami atau dilihat sendiri oleh para pemustaka ketika sedang berada di perpustakaan atau bisa juga didengar berdasarkan cerita dan pengalaman orang lain.

Citra pustakawan yang buruk akan berdampak pada keberlangsungan perpustakaan. Orang-orang yang merasa enggan bertemu dengan pustakawan akhirnya juga merasa tidak ingin datang ke perpustakaan. 

Padahal peran utama perpustakaan ialah sebagai penyedia informasi bagi masyarakat. Jika masyarakat saja enggan untuk datang ke perpustakaan, lalu bagaimana dengan esensi dari perpustakaan itu sendiri?

Ketika kegiatan di perpustakaan mulai berhenti, maka kehidupan di dalamnya juga ikut mati. Jika perpustakaan tidak dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan baik, itu sama saja seperti keberadaannya menjadi sia-sia dan bisa jadi mulai dipertanyakan. 

Tentu saja ini akan mengancam eksistensinya dan bisa berujung pada penutupan karena tidak bisa memenuhi tugasnya dalam menyediakan informasi.

Hal ini terjadi hanya karena pustakawan yang memiliki citra buruk, tetapi pengaruhnya sangat besar pada keberadaan pustakawan. 

Tentunya ini menjadi permasalahan dan tantangan tersendiri yang dimiliki perpustakaan dan pustakawan. Terutama pustakawan harus memiliki solusi untuk memperbaiki citra tersebut karena ini juga berkaitan dengan harga diri perpustakaan.

Pustakawan perlu untuk intropeksi diri mengenai kekurangan yang ada dalam dirinya terutama pada sikap dan perilakunya pada pelayanan terhadap masyarakat. 

Ia harus melatih diri untuk mampu bersikap ramah, proaktif pada pemustaka dan memberikan kesan yang positif. 

Sikap seperti senyum, sopan, peka terhadap lingkungan sekitar, hingga cara berkomunikasi yang baik dan benar penting untuk diperhatikan. Pengembangan diri ini bisa dilakukan secara mandiri atau dengan mengikuti pelatihan khusus bagi pustakawan.

Jika pustakawan telah mampu menciptakan citra yang positif, pemustaka tidak perlu lagi merasa khawatir atau takut saat berkunjung perpustakaan. Justru mereka akan merasa nyaman dan puas dengan pelayanan yang diberikan. 

Jika pemustaka sudah mau datang ke perpustakaan, tugas dan perannya dalam menyediakan informasi pada masyarakat juga akan terpenuhi dengan baik. 

Eksistensi perpustakaan juga akan menjadi lebih baik dan kembali hidup dengan kegiatan antara pustakawan dan pemustaka di dalamnya.

Referensi

Sudarsono, B. (2018). Cerita tentang Pustakawan dan Kepustakawanan. Perpustakaan Nasional RI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun