Mohon tunggu...
Kesya Agnes Maria
Kesya Agnes Maria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

~ Keysa ~ Saya adalah lulusan akuntansi keuangan. Karena saya menyukai analisis keuangan, jadi mari kita belajar bersama. #AnalystWannaBe

Selanjutnya

Tutup

Financial

Analisis Common Size: Emang Seberapa Besar Sih?

25 April 2024   11:41 Diperbarui: 25 April 2024   13:24 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Pixabay (Free from royalty)

Hai, Financial Addict! Masih inget nggak, kita dulu pernah bahas tentang analisis horizontal di kontenku yang berjudul "Analisis Komparatif: Ojo (Asal) Dibanding-Bandingke." Kalau lupa, Financial Addict bisa baca di sini yaa.

Sesuai namanya, analisis horizontal, berarti kita membandingkan saldo akun dari tahun ke tahun. Nah di kontenku kali ini, kita akan kenalan sama temennya analisis horizontal, yaitu analisis vertikal. Kenapa sih, Ce disebut analisis vertikal? Karena kita enggak lagi membandingkan saldo akun secara "mendatar" dari tahun ke tahun, tetapi kita membandingkan saldo akun terhadap totalnya. So kalo kita lihat perbandingan seperti ini membentuk arah vertikal.

Analisis vertikal itu bisa dilakukan atas laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan. Kalau di laporan laba rugi, yang kita jadiin patokannya adalah akun penjualan. Penjualan akan diberi nilai 100%, dan saldo akun-akun laba rugi lainnya akan dibandingkan terhadap nilai penjualan. Simplenya, kalo kita bilang, "Oh margin labanya 50%, berarti 50% dari penjualan."

Untuk laporan posisi keuangan, yang dijadiin patokan adalah "total aktiva" dan "total pasiva." Tumben Ce pake kata-kata aktiva dan pasiva? Kok enggak pake kata aset, liabilitas, ekuitas kek biasanya? Yaaa karena menurutku Financial Addict sering lupanya disini. Kalo saldo akun kelompok aset kan jelas kita bandingin terhadap total aset. Total asetnya dianggep 100%. Nah, kalo untuk liabilitas gimana? Misal kita bandingin saldo kelompok liabilitas terhadap total liabilitas, wah bahaya bisa salah tuh! Atau kalau kita mau cari common size kelompok akun ekuitas, kita bandingin saldonya terhadap total ekuitas, itu juga salah. Seharusnya kita pake patokan "total pasiva" yang merupakan penjumlahan dari total liabilitas dan total ekuitas. Jadi total pasiva harus 100% dan saldo-saldo liabilitas ataupun ekuitas kita bandingkan terhadap total pasiva ini.

Dengan analisis common size, kita bisa memahami susunan internal laporan keuangan. Contohnya dengan menganalisis laporan posisi keuangan, kita bisa tahu gimana sih proporsi sumber pembiayaan perusahaan, berapa persen yang berasal dari utang lancar dan tidak lancar, serta berapa yang bersumber dari ekuitas. Disamping itu, kita juga bisa mengetahui komposisi aset, berapa persen yang berupa aset lancar dan berapa yang tidak lancar. 

Analisis common size atas laporan laba rugi juga nggak kalah pentingnya. Walaupun pada tingkatan yang bervariasi, tapi hampir semua beban berkaitan dengan penjualan. Beban yang paling dekat dengan penjualan, jelas harga pokok penjualan (HPP). Agak jauh dikit, ada beban penjualan. Lebih jauh lagi hubungannya ada beban umum dan administrasi. Tapi semuanya itu juga masih berkaitan dengan penjualan. Oleh karena itu, penjualan dianggap sebagai patokan. Penting untuk mengetahui berapa persentase penjualan yang diwakili oleh setiap item beban.

Eh Financial Addict tau nggak, ternyata common size enggak cuma dipake buat ngitung proporsi aja loh. Kita juga bisa membandingkan perubahan proporsi dari tahun ke tahun. Misalnya, oh di tahun pertama kas itu proporsinya 10%, tapi di tahun kedua naik jadi 12%. Biasanya kita mengamati, apa yang menyebabkan kenaikan proporsi ini.

Loh, Ce kalo gitu sekilas kok jadi mirip analisis horizontal, bedanya dimana, Ce? Hmm... Biar lebih mudah memahaminya coba kita bikin contoh case ya. Di tahun pertama, perusahaan A memiliki kas sebesar 500 juta, piutang sebesar 200 juta, dan total aset sebesar 3 milyar. Di tahun kedua, saldo kas perusahaan sebesar 700 juta, piutang sebesar 1 milyar, dan total aset sebesar 5 milyar. Secara year-on-year kas meningkat sebesar 40%, piutang juga meningkat sebesar 400%. Nah, tapi secara common size, proporsi kas menurun dari yang awalnya 16,67% menjadi 14%. Sedangkan, proporsi piutang naik dari 6,67% menjadi 20%. Jelas kan? Nggak selalu peningkatan saldo itu menyebabkan peningkatan proporsi. Gampang nggak analisis common size? Kalo udah paham konsepnya jangan lupa dikerjain latihan soal di buku Subramanyam chapter 1 and stay addicted in Finance!

Source

SUBRAMANYAM, K.R.. (2014). Financial Statement Analysis (Edisi ke- 11). New York: McGraw-Hill.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun