Lhoo... Waitt kok ritel bisa nggak tahu sih kalo bandar lagi ngumpulin barang? Jawabannya adalah karena perhatian ritel dialihkan ke saham-saham gorengan atau saham third liner. Saham third liner ini memiliki kapitalisasi yang kecil, harga yang murah, dan sangat fluktuatif. Enak kan, karena harganya murah, dengan uang sedikit saja bandar sudah bisa dapet jumlah lot yang besar dan bisa narik perhatian para ritel.
Apa yang bandar lakukan saat mata ritel dialihkan ke saham gorengan? Yup, bandar akan membeli saham yang harganya sedang turun atau yang berada pada fase sideways. Jadi, abis di fase sebelumnya bandar melakukan distribusi, ritel cut loss semua, harga saham jadi turun, nah di saat harga sudah cukup rendah, bandar akan melakukan akumulasi kembali. Ritel pasti sudah tidak melirik saham yang harganya sedang turun atau sideways karena umumnya ritel pengen cuan cepet dan beli waktu harga cenderung naik. Fase ini disebut sebagai fase stealth. Kita mungkin akan mendapatkan best price pada fase ini, karena bandar juga menginginkan harga ini untuk mengakumulasi saham.
Akumulasi ini berlangsung cukup lama. Saat barang bandar sudah banyak, bandar perlu perhatian ritel untuk masuk, menaikkan harga, dan memborong semua barang yang dimilikinya. Gimana cara menarik perhatian ritel? Yup, kita panggil broker lain untuk bekerja sama, sebut saja tim hore. Tim hore ini nanti yang akan menarik perhatian ritel dengan menaikkan volume dan frekuensi perdagangan saham. Pada saat ini, bandar utama akan mulai melakukan distribusi. Fase ini disebut sebagai fase awareness. Sesekali, bandar akan melakukan bear trap atau menurunkan harga saham untuk menghindari optimisme berlebihan, tapi tenang saja harga akan dinaikkan lagi, karena ini belum puncak dari pestanya.
Puncaknya adalah pada fase mania, karena harga terus meningkat, ritel akan membeli tanpa peduli apakah harga sudah naik terlalu tinggi atau tidak. Toh, karena harga naik terus, kita beli juga bakal naik lagi, dan kita pasti profit. Seenggaknya gitulah pikiran pada ritel pada fase mania. Padahal, bandar sedang konsisten melakukan distribusi dalam jumlah yang besar (broker consistency tidak hanya bicara pada saat akumulasi saja tetapi juga distribusi). Siapa lagi yang memakan barangnya? Sudah pasti para ritel-ritel unyu.Â
Setelah barang bandar habis, pesta selesai! Ritel akan sadar bahwa mereka sudah membeli saham pada harga yang terlalu tinggi dan mereka akan berbondong-bondong melakukan cut loss, sehingga harga saham akan turun. Inilah fase blow off dan selanjutnya siklus akan berulang menjadi fase stealh.
Nah, gitu deh salah satu ilmu bandarmology yang namanya broker consistency. Gampang kan?
Pesenku tetep selow, perhatikan pergerakan bandar, dan please stop jadi para ritel unyu yang hobinya nyangkut dipucuk.
Daftar Pustaka
Hartanto, W. (2022). Bandarmology vs Teknikal: Ada Apa Dibalik Candlestick? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H