Hai, Financial Addict! Pernah nggak sih kalian denger hukum kebebasan bandar?Â
Hah, apaan tuh, Cee???Â
Hmm... Kurang lebih bunyinya tuh gini: "Bandar selalu benar. Kalo bandar salah, baca kembali kalimat pertama." Bener gitu kan ya, Pak? (My dosen ALK be like: Eh, busett... Nih anak di kelas diajarin saham, keluar kelas langsung mbandar). Huehehe... Bahas saham sekali-kali, sapa tau Bapak baca, kan seneng.
Yakk kembali ke laptop, kalo kata bandarmologist, bandar mah bebas. Orang teknikal mau nggambar grafik kayak apa, kalo bandar mau harga naik ya naek, mau harga turun ya turun. Nah, dikonten kali ini, aku mau sharing tentang bandarmology anomali, salah satu jenis bandarmologi yang belakangan ini lagi aku pelajari. Harapannya dari memahami bandarmology, para ritel jadi lebih memahami strategi bandar dan nggak lagi kena guyur om bandar.
Bandarmology anomali ini diciptain sama Pak Hishmad Abubakar Al Amudi atau yang kita kenal dengan Pak Wan Al. Beliaunya ini baik banget, mau sharing hasil temuannya di berbagai webinar, karena menurut Pak Wan Al, ilmu itu ya buat dibagi. Jadi, special thanks buat Pak Wan Al dan Pak Ryan Filbert yang sudah berkenan membagi ilmunya.
Di bandarmology anomali ini, kita manfaatin dua grafik, yaitu candlestick dan grafik bandarmology net 5/net 3. Â Namanya juga anomali, ya dicari yang aneh dong. Kalo grafiknya seiring searah atau bisa disebut "in line", ya nggak terjadi anomali dan kita bisa bilang no clue atau nggak cukup clue untuk menebak pergerakan harga kedepannya. Tapii kalo grafiknya nggak in line, ini nih yang menarik, berarti terjadi anomali. Nanti sepanjang materi ini aku kasih contoh, tapi yang perlu Financial Addict liat adalah liat bagian sebelah kanan aja, karena yang sebelum-sebelumnya kan udah berlalu, buat ngramalin kondisi kedepannya, kita liat pola yang terbaru.Â
Kayak yang aku sebutin di awal, prinsip dasar yang perlu kita pegang dalam mempelajari bandarmology anomali adalah hukum kebebasan bandar: Bandar selalu benar.
Misalnya aja, bandarnya lagi akumulasi. Kalo, Financial Addict inget, fase akumulasi kan harusnya diikuti dengan kenaikan harga ya? Kalo lupa baca dulu kontenku yang pertama judulnya, Bandarmology: Don't Be Greedy! (Link: di sini). Apa jadinya, kalo di fase akumulasi ini, justru harganya cenderung turun? Serokkk dong guyss! Om bandar kan lagi akumulasi, kaga mungkin dong nantinya dijual murah, pasti harganya bakalan naik lagi, dan karena harga sahamnya lagi turun jadi kita bisa dapet dengan harga murce.Â
Sebaliknya, kalo bandarmologynya cenderung flat, tapi harganya naik? Berarti om bandar berhasil mempertahankan kenaikan harga tanpa melakukan akumulasi atauu distribusi yang berarti, kita harus jual, karena selanjutnya bandar akan melakukan profit taking kemudian harga akan turun. Om bandar biasanya membuat grafik flat ditengah kenaikan harga untuk menciptakan suatu buffer, biar kalo waktu distribusi, harga sahamnya nggak ancur-ancur amat.Â
Contoh lain kondisi jual adalah kalo om bandar lagi distribusi nih, harusnya kan harga turun yak, tapi harganya malah ngeflat (datar/sideways) atau malahan naik, maka kita harus ikutan jual sebelum terjadi koreksi (penurunan harga).Â
Nah, sampe sini, sudah menyadari sesuatu? Buat gampang-gampangan aja kalo ngafalin, kalo bandarnya pengen naik, tapi harga flat atau turun, selanjutnya bakal terjadi kenaikan harga. Sebagai pemburu cuan, kita harus memanfaatkan momentum ini buat beli. But, semisal bandarnya pengen turun, harganya flat atau naik, yang bakal terjadi adalah penurunan harga, indikasinya adalah kita harus jual.
Next case, bisa jadi arah grafik bandarmology dan harga udah searah tapi ada salah satu grafiknya yang lebih curam atau kita bilangnya kecepetan. Misal, grafik bandarmology naik, grafik harga juga naik, tapi kenaikan harga kecepetan, jadi kemiringan candlesticknya lebih curam, selanjutnya terjadi penurunan harga. Biasanya hal ini terjadi setelah distribusi, bandar lagi akumulasi, eh tiba-tiba harganya naik kecepetan. Om bandar bakal mikir: Ini gimana caranya gua kulakan kalo harganya udah mahal duluan? Maka, om bandar akan sambil nglakuin distribusi buat nurunin harga, biar bisa kulakan lagi. Kebalikannya, kalo grafik bandarmologynya yang lebih curam atau naiknya kecepetan, kita bisa simpulkan ada akumulasi signifikan. Kenaikan akumulasi lebih curam dari kenaikan harga. Berarti harga belum naik banyak, karena harga masih murah, ya kita beli aja.
Simple kan? Tapi perlu diinget yak, namanya juga bandarmology. Yup bandar ges bandar... Berarti volume transaksinya harus besar. Kalo misalnya, si saham receh (udah murah volumnya dikit pula), mau grafiknya nggak in line sekalipun, kita nggak bisa ngramalin harga kedepannya bakalan naik atau turun. Bandarmology menjadi tidak valid jika tidak didukung volume yang besar. Apalagi kalo grafik volumenya udah kayak grafik denyut jantung pasien di ICU, ya malah enggak bisa pake bandarmology itumah.
Truss juga yakkk... Kalo saham yang mau kita ramal itu, market capnya kecil, biasanya pergerakannya akan lebih volatil, dan akan mengikuti perusahaan di industri sejenis yang market capnya gede. Small cap will follow big cap.Â
Artinya gimana? Dalam kondisi suatu sektor dominan tertekan, namun ada satu emiten yang no clue, maka mungkin saja emiten itu akan cenderung tertekan. Inget bandarmology itu adalah campuran dari fundamental dan teknikal, fundamental dari CANSLIM (M-nya market), dan teknikal dari segi support resistance. So, faktor market itu bisa sangat penting dalam mempengaruhi bandarmology.
Dah, segitu dulu yak konten dari aku. Selamat ngecuan dan ati-ati dijalan!
Daftar Pustaka
Filbert, R. (2019). Strategi membeli saham gaya BANDAR!. Didapatkan dari: https://www.youtube.com/watch?v=SESzsbwa8ww&t=3276s.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI