Kalau bicara tentang NOPAT, berarti kita harus tau dulu laba operasi tersusun dari apa ajah. Ya karena kan NOPAT itu benernya laba operasi cuma udah memperitungin pajaknya. Laba operasi itu rumusnya laba kotor dikurangi beban penjualan dan beban administrasi. Laba kotor bisa kita dapetin dengan mengurangkan HPP dari penjualan. Perubahan laba kotor akan disebabin oleh perubahan harga jual perunit, biaya per unit, ataupun kuantitas penjualan. Menganalisis margin laba kotor itu mayan seru seh, karena bukan cuma liat angka tapi kita juga ngliat aspek psikologis yang ditimbulin dari perubahan angka tersebut. Misalnya, kalo margin laba kotor perusahaan menurun disebabkan karena perusahaan nurunin harga jual perunit, maka presepsi kita bakal pesimis. Kita bisa mikir bahwa perusahaan punya kelebihan kapasitas yang berakibat pada kelebihan jumlah produksi dan biar barangnya nggak rusak kelamaan disimpen akhirnya dijual agak murah. Beda lagi, kalo margin laba kotor perusahaan menurun karena biaya perunit meningkat, biasanya presepsi kita akan jadi lebih optimis. Misalnya, oh emang harga bahan baku lagi naik, bisa juga perusahaan coba pake bahan baku yang lebih baik, atau ini merupakan bagian dari langkah strategis manajemen. Kita juga perlu inget, ada pilihan metode akuntansi yang dimiliki manajemen dalam menentukan metode depresiasi atau terkait dengan perhitungan persediaan yang pasti berdampak ke HPP. Oleh karena itu, kita nggak bisa asal membandingkan laporan keuangan antara dua perusahaan yang berbeda, tanpa memperhitungkan faktor ini.
Next, kita lanjut ke komponen kedua, yaitu beban penjualan. Hubungan antara beban penjualan dan penjualan tentu terkait erat, namun sifat dari hubungan ini akan bervariasi antar industri. Contoh, ada perusahaan yang menetapkan biaya komisi tetap, tapi ada pula yang menetapkannya secara variabel sebagai persentase tertentu dari penjualan. Jika biaya komisi bersifat variabel, maka kenaikan biaya komisi akan dapat langsung dicek dengan peningkatan penjualan. Disamping itu, kita juga harus membedakan persentase beban penjualan ke penjualan untuk pelanggan baru dan pelanggan yang telah ada. Jika perusahaan harus selalu meningkatkan biaya penjualannya agar angka penjualannya meningkat, maka hal ini akan menyebabkan profitabilitasnya menjadi terbatas atau bahkan menurun. Bayangin aja biaya promosi, masa iya harus promosi terus biar penjualannya naik? Kan jatuhnya sama aja, penjualan emang naik tapi beban promosi juga naik. Nah, beban promosi ini juga sulit untuk diukur. Mungkin kita promosi sekarang, manfaatnya nggak cuma mencakup periode ini tapi juga di periode kedepan. Ini akan diukur dengan trend dari tahun ke tahun dan pasti akan ribet juga nglakuinnya.
Terakhir untuk pemecahan komponen profitabilitas adalah terkait dengan beban umum dan administrasi. Umumnya, beban ini bersifat tetap, ada kecenderungan meningkat, tapi biasanya cuma terjadi di masa-masa sejahtera. Misalkan, biaya perjalanan dinas, kan kalo perusahaan lagi krisis nggak mungkin tuh kita ngadain perjalanan dinas. Atau biaya gaji dan tunjangan buat admin. Misal perusahaannya sukses kan pasti punya banyak admin lah... Jadi, dalam menganalisis beban ini, kita harus mengarahkan perhatian pada tren pengeluaran dan pendapatan yang mereka konsumsi.
B. Pemisahan Komponen Perputaran Aset
Perputaran aset akan mencerminkan tingkat produktivitas aset. Artinya, berapa besar tingkat penjualan yang diperoleh dari setiap satuan uang yang diinvestasikan. Umumnya, kita menyukai tingkat perputaran yang tinggi untuk aset dan tingkat perputaran yang rendah untuk liabilitas. Kalo kita ditanya gimana caranya meningkatkan perputaran aset, pasti auto njawab cara yang simpel, ya kurangin aja asetnya. Tapi, tau nggak sih kalau pengurangan jumlah aset ini akan bersifat kontraproduktif di titik tertentu. Misalnya aja kalian nggak mau ngasi utang ke pelanggan, maka pelangganya bakal ngambek dan nggak mau belanja lagi ditempat kalian, so penjualan kalian pasti turun. Atau kalo kalian nurunin tingkat persediaan dan ternyata nggak cukup buat menuhin permintaan pelanggan, maka kalian akan kehilangan penjualan. Makanya, tadi aku bilang, kita usahain penggunaan aset seefisien mungkin bukan seminimal mungkin.
Bagian ini akan bahas perputaran untuk beberapa aset operasi, kayak perputaran piutang, perputaran persediaan, perputaran utang, perputaran modal kerja operasi bersih, dan perputaran aset operasi jangka panjang. Aku nggak akan jelasin terlalu banyak dibagian ini, soalnya untuk modal kerja kurang lebih bahasannya sama kayak di artikelku Working Capital Funding Gap: Cepetlah Bayar, Please! (Link: https://www.kompasiana.com/kesyaagnesmaria/63ec799a08a8b513812d49a3/working-capital-funding-gap-cepetlah-bayar-please). Kalau ada waktu bisa dibaca ya hehe...
Aku langsung masuk ke analisisnya ya. Subramanyam (2014: 477) menyebutkan bahwa piutang adalah aset yang harus dibiayai oleh sejumlah biaya modal. Piutang juga memiliki risiko tidak tertagih. Untuk menangani piutang yang diberikan ke pelanggan, maka perusahaan harus memiliki departemen kredit dan penagihan yang akan menimbulkan biaya overhead tambahan. Mengurangi jumlah piutang akan menurunkan biaya-biaya tersebut, namun pengurangan yang terlalu agresif akan menyebabkan kehilangan pelanggan. Oleh karena itu, hal ini harus diperhitungkan secara efektif. Jika berbicara tentang umur peredaran piutang, tentu semakin cepat suatu piutang tertagih akan semakin baik karena risiko gagal bayarnya lebih rendah.
Rasio perputaran persediaan yang rendah akan menjadi indikasi bahwa produk perusahaan kurang laku dipasaran, mungkin karena model atau teknologinya yang udah nggak up to date lagi dengan perkembangan jaman. Kita akan selalu berusaha biar rasio perputaran persediaan ini tinggi, tapi kita nggak bisa terlalu neken jumlah persediaan, karena perusahaan butuh cukup persediaan buat menuhin permintaan pelanggan. Ditinjau dari umur peredaran persediaan, semakin cepat persediaan terjual akan semakin baik. Hal ini bisa dicapai dengan pengiriman tepat waktu, pengurangan jumlah barang dalam proses, efisiensi produksi dengan menghilangkan bottleneck, dan memproduksi sesuai pesanan bukan perkiraan permintaan.
Utang usaha yang digunakan dalam membiayai aset operasi umumnya diberikan tanpa adanya bunga sehingga dapat menjadi sumber pembiayaan yang murah. Sebuah perusahaan umumnya akan menggunakan utang, jika hal tersebut memungkinkan. Istilahnya adalah leaning on the trade. Perusahaan akan menunda pembayaran utang sehingga perputaran utang akan menjadi rendah dan umur peredaran utang akan menjadi tinggi. Akan tetapi, dalam mendelay pembayaran, perusahaan juga harus memperhitungkan hubungan dengan pemasok.
Modal kerja operasi bersih dirumuskan dengan aset operasi bersih lancar dikurangi dengan liabilitas operasi bersih lancar. Perputaran modal kerja operasi bersih dirumuskan sebagai penjualan dibagi dengan rata-rata modal kerja operasi bersih. Perusahaan akan cenderung menyukai angka rasio yang tinggi, karena berarti perusahaan mampu untuk menghasilkan penjualan dengan lebih sedikit investasi di modal kerja. Jika dilihat, rasio ini sebenarnya merupakan gabungan efek dari perputaran piutang, persediaan, dan utang. Manajemen yang efektif dari masing-masing komponen akan mengjasilkan rasio perputaran modal kerja operasi bersih yang baik.
Terakhir, kita akan membahas tentang perputaran aset operasi jangka panjang. Perusahaan yang padat modal akan lebih banyak menggunakan aset operasi jangka panjang, sehingga akan menurunkan rasionya. Untuk menggunakan aset ini, tentu kita harus membelinya terlebih dahulu, kemudian harus diasuransikan dan dipelihara. Lagipula, setiap uang yang kita investasikan untuk membeli aset ini akan mengurangi jumlah uang yang dapat kita gunakan untuk membeli aset lain, karena aset operasi jangka panjang cenderung mahal. Oleh karena itu, dalam membeli aset ini kita harus mempertimbangkannya dengan baik. Perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan perputaran aset dengan cara meningkatkan penjualan ataupun dengan mengurangi jumlah aset operasi jangka panjang yang biasanya akan lebih sulit untuk dilakukan. Cara perusahaan mengurangi jumlah aset operasi jangka panjang, diantaranya dengan cara menjual aset yang tidak terpakai, mengurangi jumlah pembelian aset dengan cara membeli aset tersebut bersama perusahaan lain.