Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak. Pertumbuhan penduduk semakin meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk dapat disebabkan oleh fertilitas dan mortalitas penduduk itu sendiri. Â Secara sederhana, fertilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan seorang wanita. Seorang wanita dapat dikatakan subur apabila berada di rentang usia 15-49 Tahun. Sedangkan mortalitas dapat didefinisikan sebagai jumlah angka kematian pada suatu daerah. Â
Fertilitas dan mortalitas dapat mempengaruhi jumlah penduduk di suatu wilayah. Pemeritah Indonesia telah membuat sebuah kebijakan untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yaitu dengan program Keluarga Berencana (KB). Indonesia sudah menjalankan program KB yaitu sejak tahun 1957, tapi pada masa itu KB dilakukan secara tradisional, yaitu dengan cara pijit, ramuan, dan lain-lain, namun sekarang sudah sangat banyak jenis KB baik secara hormonal maupun non hormonal.Â
Selain menekan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi, program KB juga dapat menurunkan angka mortalitas penduduk, khususnya kematian bayi usia dibawah 1 tahun. Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi, masih ada 15 provinsi yang cakupannya masih berada dibawah cakupan nasional.
Tim 4 mata kuliah Fertilitas, KB, dan Mortalitas Universitas Negeri Malang melakukan observasi untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai cakupan Fertilitas, KB, dan Mortalitas di Puskesmas Mojolangu, Kota Malang, Jawa Timur pada Hari Kamis, 30 Maret 2023. Teknik pengambilan data pada kegiatan Project Based Learning (PBL) ini menggunakan metode observasi dan wawancara kepada petugas program KIA yang ada di Puskesmas Mojolangu yaitu Ibu Ida.Â
Sumber data yang diperoleh berasal dari data Laporan Kasus tiap bulannya di wilayah Mojolangu, Kota Malang pada Tahun 2022 dan 2023. Saat melakukan observasi, tim kami mengalami kesulitan yaitu mengatur jadwal wawancara dengan pihak puskesmas karena menyesuaikan jadwal masing-masing yang cukup padat. Untuk tantangan yang ditemui selama di lapangan yaitu lokasi puskesmas yang cukup jauh dan dilakukan saat bulan Ramadhan pada siang hari.Â
Hasil wawancara yang didapat adalah angka fertilitas di Wilayah kerja Puskesmas Mojolangu pada tahun 2022 sebanyak 681 jiwa, sedangkan pada Januari-Februari 2023 terdapat sebesar 115 jiwa bayi lahir hidup. Angka tersebut tidak dapat dikatakan bahwa angka kelahiran di wilayah kerja Puskesmas Mojolangu mengalami peningkatan atau penurunan, karena berdasarkan data yang didapat tidak terhitung dalam rentang waktu yaitu satu tahun kelahiran.Â
Namun angka tersebut masih tergolong tinggi di suatu daerah, hal itu pun didukung oleh pernyataan petugas KIA di Puskesmas Mojolangu yang mengatakan bahwa pendapatan menjadi faktor pendukung tingginya angka fertilitas di wilayah Puskesmas Mojolangu.
"Memang fertilitas itu kan dapat dilihat dari faktor demografi dan non demografi, faktor demografinya kan seperti umur perkawinan pertama, lama perkawinan, paritas dan juga persalinan yang pernah dialami dan proporsi perkawinan. Nah, kalau non demografinya keadaan ekonomi penduduk, sedangkan penduduk disini memang mayoritas pendapatannya itu rendah sampai sedang. Jadi faktor itu bisa jadi salah satu faktor penguat jumlah fertilitas disini".
Padahal akseptor KB di wilayah Puskesmas Mojolangu tergolong cukup tinggi. Akseptor KB aktif tercatat mencapai 5.841 akseptor pada tahun 2022 dan terus meningkat hingga tahun 2023 yaitu sebanyak 5.941 akseptor. Tidak hanya itu, sebanyak 320 penduduk di wilayah Puskesmas Mojolangu menjadi akseptor KB baru pada tahun 2022 meskipun mengalami penurunan di tahun 2023 menjadi 106 akseptor KB baru.Â