Mohon tunggu...
Tris Sugiarto
Tris Sugiarto Mohon Tunggu... Administrasi - ASN Sekretariat Presiden

cuma sekedar jongos istana yang pengem melek dunia. mudah-mudahan bisa memberikan manfaat pada dunia. ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panggilan Ikan Bersayap

13 Agustus 2011   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:50 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kemarilah gadis kecil yang cantik. Mendekatlah. Maukah kau ikut terbang bersamaku di dalam air?"

Suara itulah yang kudengar ketika Opa meninggalkan aku di pinggir kolam yang berisi banyak ikan cantik. Hanya ada satu ikan bersayap dan hanya dia yang bisa berbicara sepertinya. Ikan-ikan yang lain hanya sibuk menggoyang-goyangkan ekornya. Anehnya, gemuruh goyang ekor para ikan cantik itu seperti mengirimkan pesan padaku. Sayup saja kudengar, antara kata "pergilah" dan "jangan ikuti ikan bersayap itu!"

Aku lebih tertarik ajakan ikan bersayap. Siapa yang tak ingin terbang di dalam air. Petualangan baru bagiku dan mungkin bagi manusia-manusia dewasa. Pasti di dalam air itu terhampar pemandangan yang cantik, selain ikan-ikan cantik. Opa, Oma, ayah, bunda, dan teman-teman baruku hanya mengajak aku melihat pemandangan ikan cantik dari atas saung atau dengan berkeliling kolam saja. Jadi, bukankah ajakan ikan terbang itu menjadi hal yang paling menyenangkan?

Aku dekati saja ikan terbang itu. Dia menyebut namanya Izrail. Nama yang menyeramkan dibalik kecantikan dan kehebatan ikan bersayap itu. "Naiklah ke punggungku wahai gadis kecil yang cantik. Kita segera berangkat ya!" Kemudian ikan bersayap mengembangkan sayapnya. Aku berada di punggungnya.

byuuurrrr .....

Ada rasa dingin menyejukkan. Aku benar-benar terbang di dalam air. Apa yang dijanjikan ikan bersayap dan apa yang aku bayangkan benar-benar terhampar di hadapanku. Sungguh indah dan cantik. Aku bilang pada ikan bersayap, "Bolehkah kita kembali ke tempat semula? Aku ingin mengajak Opa dan Oma..."

Ikan bersayap tidak menjawab namun segera memutarkan badannya dan kembali terbang ke tempat semula. Hey ... Mengapa kulihat banyak orang di pinggir kolam. Mereka semua menangis. Termasuk ikan-ikan cantik itu juga turut menangis. Ada apa gerangan?

Aku ingin naik ke atas kolam untuk mengajak Opa dan Oma. Tetapi ikan bersayap tak mengizinkan. Katanya, aku tadi sudah memilih untuk terbang bersamanya untuk melihat keindahan alam yang lain. Tapi aku tak ingin melihat orang-orang itu menangis. Dan, oohhh.... Itu ayah dan bunda. Mereka juga turut menangis. Ada apa ini wahai ikan bersayap?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun