"...karena tidak memiliki kuasa untuk bertindak sesuai dengan kebenaran ini, barangkali aku sudah gagal menjalani hidup di tengah-tengah manusia" (Osamu Dazai)
Topik gangguan kesehatan mental yang mencuat di era kiwari, begitu populer di berbagai platform. Di media sosial, tak ketinggalan komedian Dodit Mulyanto dalam salah satu unggahannya juga menggunakan topik tersebut sebagai bahan.
Tak lupa, gangguan kesehatan mental ini juga diteguhkan dengan istilah-istilah asing yang khas dan kerap digunakan generasi era kiwari.
Generasi Z (Gen Z) dianggap sebagai kelompok yang rentan terkena gangguan kesehatan mental ini.
Tekanan yang menyebabkannya berasal dari berbagai arah, baik itu dari tekanan di pergaulan, pelajaran yang berat di sekolah/kuliah, kegiatan berlebihan sehari-hari, lingkungan yang beracun, atau karena dampak buruk teknologi informasi.
Salah satu topik yang kerap diperbincangkan adalah gangguan mental Nggak Enakan (people pleasure). Penyebabnya, mungkin ketakutan teralienasi dari komunitas, sehingga membuat mereka terjebak dalam empati yang berlebihan.
Empati yang berlebihan ini, membuat seseorang takut atau sulit bilang tidak, kerap pura-pura setuju dengan orang lain, merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain, dan efek lebih jauhnya adalah sulit melakukan sesuatu untuk diri sendiri.
Empati memiliki dampak positif yang besar seperti memiliki banyak teman, disukai banyak orang, dan mungkin menjadi lebih peka. Tapi empati yang berlebihan, juga memiliki sisi yang destruktif.
Bukan Lagi Manusia
Jauh sebelum topik kesehatan mental dibicarakan secara terbuka seperti yang sedang populer saat ini, Osamu Dazai meracik sebuah novel yang mengharukan dan mengejutkan: Ningen Shikkaku atau yang diterjemahkan dalam versi Indonesia Bukan Manusia Lagi.