Ungkapan guru diibaratkan sebagai sebuah lilin yang rela mengorbankan dirinya dengan membakar diri untuk menerangi yang ada di sekitarnya, atau sebagai sebuah teko yang mengisi cangkir (siswa) tidak relevan lagi untuk saat ini.Â
Hal itu disebabkan karena profesi guru secara perlahan tetapi pasti sudah mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari pemerintah peningkatan kesejahteraan, pelatihan atau diklat-diklat, bantuan sarana prasarana, dan sebagainya.
Pada abad 21 ini, guru dituntut untuk memiliki semangat belajar yang tinggi dan kemampuan mengajar yang mumpuni. Itu artinya, guru merupakan pilar pendidikan yang sangat vital perannya. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada peran strategis guru.Â
Guru dituntut untuk melahirkan generasi muda yang mampu menghadapi era revolusi industri 4.0, dimana peran manusia mengalami disrupsi dengan banyaknya peran manusia tergantikan dengan mesin-mesin dan kecerdasan buatan.
Untuk itu, guru-guru dituntut untuk memiliki "Karakter Guru Abad 21", yaitu: Pertama, guru harus memiliki semangat belajar. Kemauan ini diperlukan karena pengetahuan, tata nilai, dan kondisi sosial dan psokologis masyarakat yang terus berubah. Kedua, guru harus mampu mengembangkan media pembelajaran yang efektif.Â
Hal ini disebabkan karena guru adalah komunikator yang harus mampu menyampaikan sesuatu secara efektif dan efisien kepada orang lain, khususnya kepada para peserta didik. Ketiga, guru dituntut menguasai teknologi pendidikan. Hal ini sangat dipentingkan karena perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar, kini hampir seluruhnya memanfaatkan kemajuan teknologi. Keempat, guru diharapkan memiliki rasa empati yang tinggi.Â
Guru tidak hanya sekadar melaksanakan tugas mengajar, tetapi juga harus mampu menjalin hubungan emosional yang bermutu dengan siswa dan warga sekolah lainnya. Kelima, hal terpenting yang harus dimiliki adalah bahwa guru dituntut untuk menjadikan dirinya orang yang layak diteladani oleh para siswa serta semua warga sekolah.
Namun sayangnya, kondisi guru saat ini belum 100% siap mendukung harapan tersebut. Sekolah-sekolah masih banyak dihuni oleh guru-guru yang gagap teknologi dan enggan membelajarkan dirinya untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi saat ini.Â
Mereka ini termasuk kelompok yang secara perlahan-lahan mulai memasuki purna tugas. Berdasarkan pengalaman penulis berwawancara dengan guru-guru yang sudah dan menjelang purna tugas, jawaban mereka umumnya merasa bahagia. Hal itu disebabkan karena mereka terbebas dari belenggu berbagai tuntutan tugas guru abad 21 yang berbasis IT, yang dianggap membebani mereka.
Era yang dialami saat ini, siapa pun dituntut untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi segala tantangannya. Selain tantangan, era ini pun memberikan peluang bagi siapa pun untuk mendapatkan manfaat terbesar dengan perkembangan teknologi yang telah memasuki revolusi Industri era 4.0. Siapa pun yang mampu beradaptasi dengan situasi saat ini serta mengambil manfaat terbaik yang terus berubah cepat setiap saat, niscaya akan memperoleh kemajuan dalam bidang apapun termasuk dalam pendidikan dan pengajaran atau yang kita kenal bidang pembelajaran.
Di dunia pendidikan revolusi industri 4.0 menuntut perubahan model pembelajaran yang dihadapi, dengan semakin masifnya penggunaan teknologi komputer dan digital yang banyak digunakan, penggunaan robot dan kecerdasan buatan (artificial intigence) telah mengurangi tenaga manusia dalam melakukan pekerjaan tergantikan berbagai teknologi digital yang berkembang saat ini.