Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menyoal Jargon Bahasa dalam Media Sosial

18 Juli 2018   14:03 Diperbarui: 18 Juli 2018   17:36 5686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: blazepress.com

4) HWD singkatan dari happy weeding yang artinya "selamat menempuh hidup baru". Ungkapan ini diberikan kepada pasangan yang sedang melangsungkan pesta pernikahan. 

5) Amor Ring Acintya, istilah ini populer di kalangan pemeluk Hindu, yang sesungguhnya berarti "menuju ke dalam situasi ketiadaan atau tidak tampak". Ungkapan ini diberikan kepada status seseorang yang terlihat telah meninggal dan diucapkan sebagai bentuk rasa turut berduka-cita. Sebagai guru bahasa Indonesia, saya jadi teringat akan istilah-istilah/ungkapan tersebut merupakan "Jargon" sebagai bentuk variasi bahasa.

Apa itu Jargon? Wikipedia Bahasa Indonesia mengartikan jargon adalah istilah khusus yang dipergunakan di bidang kehidupan (lingkungan) tertentu. Jargon biasanya tidak dipahami oleh orang dari bidang kehidupan yang lain. 

Misalkan "jargon komputer" berarti istilah-istilah yang berhubungan dengan komputer secara khusus dan hanya dipahami oleh orang-orang yang berhubungan dengan bidang komputer. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan jargon adalah kosakata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan (lingkungan) tertentu.

Jadi, dapat disimpulkan dari kedua definisi tersebut bahwa jargon adalah istilah khusus yang diciptakan dan dipakai dalam bidang keilmuan, profesi, kegiatan atau kelompok tertentu. Tiap profesi dan bidang keilmuan (kedokteran, ekonomi, geologi dan sebagainya) memiliki jargon sendiri yang hanya dipahami pelaku profesi dan pengkaji ilmu bersangkutan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Gorys Keraf mengatakan bahwa kata jargon mengandung beberapa pengertian. Pertama-tama jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap aneh atau kurang sopan. Tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hibrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebgai bahasa perhubungan atau lingua franca. 

Makna yang ketiga mempunyai ketumpangtindihan dengan bahasa ilmiah. Dalam hal ini, jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya (Keraf, 1986: 107).

Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk sesuatu sasaran yang umum. Keraf (1986: 107) menyarankan agar unsur-unsur jargon dihindari dalam sebuah tulisan umum. 

Namun, faktanya penggunaan jargon-jorgon seperti itu sangat marak terjadi setiap saat di media sosial, khususnya face book. Apakah mereka saling memahami komunikasi tersebut? Hanya mereka yang berkomunikasi yang tahu. Bisa saja di antara mereka memang saling memahami maksud dari jargon yang dipakai, tetapi mungkin juga malah hanya latah memilih menggunakan jargon-jargon tersebut agar tidak terlihat "kuper" untuk jargon bagi mereka yang dianggap kurang pergaulan. Jika mengacu kepada saran Gorys Keraf di atas, komunikasi-komunikasi menggunakan jargon-jargon di media sosial, kususnya face book hendaknya dihindari.

Menulis memang merupakan sebuah seni tersendiri, seni yang mengandalkan bahasa tulis untuk memberikan informasi, pendapat, argumen atau ide-ide yang ada pada seseorang yang dituangkan dalam sebuah kalimat.  Karena face book  adalah media sosial yang sangat terbuka untuk umum dari berbagai strata sosial dengan tingkat usia, pendidikan dan latar belakang sosial budaya yang berbeda, hendaknya pemakaian jargon-jaorgon dihindari, setidaknya dikurangi agar komunikasi berlangsung efektif. 

Tulisan yang baik merupakan tulisan yang dapat menyalurkan informasi yang bermanfaat dan mudah dipahami oleh pembacanya. Ketika kita menulis hendaknya menyesuaikan dengan tema tertentu dan sesuai dengan target pembacanya, misalkan target pembacanya adalah siswa sekolah dasar (SD) maka bahasa tulis yang kita pakai adalah bahasa anak SD. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun