Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Oh Kurikulum, Riwayatmu Dulu Hingga Kini

17 Juli 2018   08:16 Diperbarui: 17 Juli 2018   14:45 3158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: maxpixel.net

Yang abadi adalah perubahan", ungkapan seperti itu seakan menjadi pembenar tentang berbagai perubahan yang terjadi dalam berbagai sisi kehidupan kita, termasuk berbagai perubahan dalam dunia pendidikan kita.

Perubahan tersebut memang terus dilakukan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Apalagi, dunia pendidikan adalah dunia yang amat kompleks, menantang dan mulia. Kompleks, karena spektrumnya sangat luas, menantang karena menentukan masa depan bangsa, dan mulia, karena memanusiakan manusia.

Salah satu komponen pendidikan yang utama, yang dikembangkan dari waktu ke waktu adalah kurikulum. Apa itu 'Kurikulum'? Dalam pandangan tradisional, kurikulum diartikan merupakan kumpulan mata-mata pelajaran atau bahan ajaran yang harus disampaikan oleh guru atau dipelajari siswa (Depdiknas, 2010). 

Oliva (1992) mengatakan bahwa kurikulum dapat diartikan secara khusus sebagai subjek pembelajaran atau secara umum sebagai pengalaman pembelajaran, di dalam dan di luar sekolah, yang diajarkan disekolah. 

Pendapat lain tentang kurikulum, adalah suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan (Nurgiyantoro, 1988). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Butir 19 menyatakan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Seiring dengan perkembangan masyarakat, pengertian kurikulum akan selalu mengalami perubahan. Salah satu faktor penyebab perubahan tersebut adalah ketidakpuasan masyarakat dengan hasil pendidikan sekolah dan adanya keinginan untuk memperbaikinya (Nasution, 1980). Kurikulum tidaklah mungkin disusun mantap sepanjang zaman. 

Kurikulum tertentu mungkin hanya tepat untuk masyarakat tertentu dan sangat mungkin tak sesuai lagi untuk masa yang berbeda. Karena zaman selalu berubah, dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang berbeda pula, dengan sendirinya kurikulum pun hendaknya menyesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman tersebut. Dengan kata lain, perkembangan kurikulum berakibat pula pada perubahan kurikulum tidak akan berkesudahan.

Menengok sekilas tentang sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia, kurikulum-kurikulum yang telah secara resmi pernah diberlakukan seteleh zaman kemerdekaan, berturut-turut; Kirikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, KTSP (Kurikulum 2006), dan Kurikulum 2013. Di samping itu, pernah pula dikembangkan Kurikulum 1962 yang diberlakukan sebagian, dan Kurikulum 2004 (KBK) yang diujicobakan di sejumlah sekolah (sumber: Depdiknas, 2010).

Yang paling terkini adalah Kurikulum 2013 (Kurtilas) yang keberadaannya terus mengalami revisi dari mulai diberlakukannya secara terbatas pada masa Menteri Pendidikan, Mohamad Nuh, lalu diberlakukan serentak pada  tahun pelajaran 2013/2014 hanya satu semester. 

Selanjutnya, pada eranya Menteri Pendidikan, Anies Baswedan pelaksanaan Kurikulum 2013 kembali diberlakukan secara terbatas pada sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Untuk sekolah-sekolah yang belum siap, kembali menggunakan Kurikulum 2016 (KTSP).

Kini, ketika dunia pendidikan di nahkodai oleh Bapak Muhadjir Effendy, Kurikulum 2013 tetap diberlakukan secara bertahap dengan bergai revisi yang dilakukan.

Dampak dari revisi yang setiap tahun diberlakukan terhadap Kurikulum 2013 tentu besar. Diantaranya adalah, pendidik dan tenaga kependidikan (khususnya guru-guru) mesti harus turut pula dibelaki pelatihan-pelatihan. Buku-buku pun menumpuk menghuni gudang karena menjadi "afkir" ketika kontensnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan kurikulum edisi revisi.

Jadi, tidak salah jika perubahan kurikulum selalu mendapat respon positif dan juga negatif dari masyarakat, termasuk dari dunia pendidikan itu sendiri. Sering terdengar suara sumbang bahwa ganti mentri, ganti kurikulum; ganti mentri, ganti kebijakan.

Sejatinya inovasi kurikulum merupakan sebuah keharusan. Perkembangan sains, teknologi, dan seni. Tuntutan masyarakat lokal, nasional, dan global yang selalu bergerak maju, menuntut adanya pembaharuan dalam bidang kurikulum dan kebijakan dalam dunia pendidikan. 

Bila tidak kita lakukan, maka dunia pendidikan hanya akan menawarkan sesuatu yang ketinggalan zaman, yang berdampak pula pada lulusannya yang tidak siap menghadapi tantangan dunia luar pada masa gobalisasi ini.

Perubahan kurikulum yang terjadi, mari kita sikapi secara positif oleh semua pihak,bukan sebaliknya. Sikap positif tersebut antara lain ditunjukkan dengan upaya memahami latar belakang, filosofi, tujuan, isi, dan struktur, metode pembelajaran dan sistem penilaian dari kurikulum yang baru, utamanya oleh pelaksana kurikulum baik di tingkat pusat, daerah maupun sekolah.

Sebuah keputusan mengubah kurikulum memiliki makna yang sangat penting untuk mengantarkan peserta didik ke depan. Itu sebabnya, kurikulum wajar dievaluasi secara periodik dan dilakukan adjusment agar kurikulum tersebut comply dengan tuntutan zaman. 

Tentu, perubahan kurikulum bukan sekadar untuk memenuhi tuntutan "administratif" semata, karena saatnya dilakukan evaluasi dan adjustment, tetapi diharapkan secara arif kita mampu menangkap makna akan terjadinya perubahan ke depan.

Namun, di sisi lain tentu tidaklah semua lapisan masyarakat, utamanya masyarakat awam mengerti dengan maksud dinamika perubahan kurikulum tersebut. Mereka cendrung beranggapan bahwa apa yang dilakukan pemerintah pada sektor pendidikan hanyalah "proyek" semata, buang-buang uang, dan  memaksakan supaya terkesan menteri baru ada terobosan baru. Pendapat seperti itu tidaklah juga bisa disalahkan. 

Faktanya, perubahan kurikulum yang terkesan mendadak dan kejar target membuat pemborosan anggaran dan kebingungan di kalangan masyarakat, peserta didik dan juga guru-guru di lapangan. 

Oleh karena itu, jika ingin melakukan perubahan-perubahan kurikulum; (1) lakukanlah kajian yang lebih mendalam, (2) persiapkanlah pendidik dan tenaga kependidikan (utamanya guru-guru) dengan matang dengan memberikan pelatihan-pelatihan, (3) persiapkan sarana-prasarana (utamanya buku-buku) yang sesuai dengan kebutuhan kurikulum sejak dini, (3) sosialisasikanlah perubahan kurikulum tersebut secara masif kepada masyarakat, (4) jika semua hal tersebut sudah matang dan lengkap dipersiapkan, berlakukanlah perubahan kurikulum tersebut secara serentak pada semua tataran pendidikan, sehingga tidak menimbulkan sebuah dilema dalam pengambilan keputusan dan kebijakan di sekolah-sekolah.

Guru adalah pelaksana paling sentral diantara pelaksana kurikulum.  Walaupun pada tataran desain kurikulum berubah, kalau di dalam kelas tidak terjadi perubahan dalam hal materi/kompetensi yang diajarkan dalam proses pembelajaran, maka pada hakikatnya inovasi/perubahan kurikulum belumlah berjalan.

Memperhatikan pelaksanaan kurikulum-kurikulum hingga saat ini, perubahan di kelas oleh guru merupakan bagian yang paling sulit. Akan tetapi, mengingat kelas adalah tempat untuk menerapkan inovasi kurikulum tersebut, dengan berbagai upaya semua guru harus berusaha melakukan perubahan-perubahan proses belajar-mengajarnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Sudahkan itu terjadi? Tentu hanya guru yang tahu. Marilah kita berpikir positif terhadap dinamika perkembangan kurikulum yang ada, namun pemerintah hendaklah pula bisa merefleksi diri terhadap keputusan/kebijakannya pada bidang pendidikan dengan melakukan berbagai upaya persiapan yang matang dan masip.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun