Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Panas yang Melanda Asia dan Indonesia

22 Mei 2024   21:00 Diperbarui: 22 Mei 2024   21:12 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 6. Siklus yang ditimbulkan oleh kebakaran dan perubahan iklim[19]/World Resource Institute

Penulis: Muhammad Thoriq

“Kita, orang Indonesia, sudah biasa dengan panas

Kalimat ini tidak jarang kita dengarkan. Indonesia merupakan daerah yang dilewati garis khatulistiwa dan memiliki perairan yang membentuk sekitar 81% wilayah di Indonesia sehingga Indonesia memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 23°C - 28°C.[1] Hal ini mungkin menjadi penyebab kita, sebagian besar warga Indonesia, merasa kalau panas adalah hal yang biasa. Namun, akhir-akhir ini, warga Indonesia dikhawatirkan dengan kondisi dimana beberapa wilayah di Asia sedang dilanda suhu panas sampai 45°C yang disebabkan oleh fenomena heatwave.[2] Heatwave adalah fenomena panas yang melanda suatu lokasi sehingga suhu rata-rata harian lokasi itu meningkat secara signifikan dibandingkan dengan nilai suhu maksimum dan minimum rata-rata dari suhu wilayah tersebut.[3] Deputi Bidang Meteorologi BMKG Indonesia, Guswanto, mengatakan, “Suatu lokasi dapat dikatakan heatwave apabila lokasi tersebut mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya lima derajat celcius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum”.[4]

Heatwave pada umumnya terbentuk karena udara yang terperangkap pada suatu lokasi dalam periode waktu yang cukup lama. Penyebab terperangkapnya udara ini karena adanya sistem bertekanan tinggi yang menyebabkan turunnya udara, sehingga udara panas di permukaan yang seharusnya naik dan bersirkulasi tidak dapat melakukan hal tersebut. Hal ini juga menghambat laju konveksi udara yang ingin masuk sehingga tidak terjadi hujan yang dapat membantu lokasi tersebut menurunkan suhunya.[5]

Berdasarkan data dari UNICEF, fenomena heatwave ini menyebabkan lebih dari 35 juta (99% dari populasi anak) anak-anak dari Bangladesh terdampak.[6] Menteri kesehatan Thailand mengatakan bahwa heatstroke di Thailand sudah merenggut 61 nyawa dari awal tahun 2024 ini. Angka ini sudah melebihi total angka kematian yang disebabkan oleh heatstroke di Thailand pada tahun 2023 kemarin.[7] Pada tanggal 28 April, Menteri Pendidikan Filipina meliburkan sekolah selama dua hari karena dilaporkan sudah banyak siswa dan guru yang terdampak. Di Malaysia, pada tanggal 13 April 2024, telah dilaporkan ada 45 kasus heat-related illnesses dan terdapat dua korban yang nyawanya telah direnggut akibat heatstroke.[8] Tidak hanya contoh-contoh di atas, lebih banyak lagi negara yang terdampak fenomena heatwave ini. Dampak dari heatwave paling terasa ke anak-anak di negara berkembang. Panas yang ekstrem membuat jadwal pelajaran tidak teratur, tidak kondusif, dan sulit bagi anak-anak, terutama yang tinggal di daerah pedesaan. Kekurangan fasilitas seperti pendingin udara, ventilasi yang buruk, dan air minum semakin memperburuk situasi bagi daerah-daerah ini.[9]

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan definisi heatwave yang telah dikemukakan Guswanto, Guswanto mengatakan bahwa Indonesia tidak mengalami heatwave. Meningkatnya suhu yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan “Fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang bisa dan terjadi setiap tahun”. Selain itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim, Fachri Radjab, mengatakan bahwa El Nino dan pemanasan global juga merupakan faktor meningkatnya suhu di Indonesia. Compound effect dari beberapa faktor ini menyebabkan Indonesia tidak dikategorikan heatwave. Guswanto juga mengatakan bahwa peningkatan suhu di Indonesia tidak sebanding dengan negara-negara di Asia lainnya.[2]

Tabel 1. Rata-rata maksimum suhu beberapa wilayah di Indonesia pada bulan Mei tahun 2024[2,4]/dokpri
Tabel 1. Rata-rata maksimum suhu beberapa wilayah di Indonesia pada bulan Mei tahun 2024[2,4]/dokpri

Pada saat ini, sebagian wilayah Indonesia juga mulai memasuki awal musim kemarau. Data dari BMKG menjelaskan bahwa sebanyak 63,66% Zona Musim di Indonesia sedang memasuki musim kemarau dimulai dari bulan Mei hingga Agustus tahun ini.[10] Beberapa faktor ini menyebabkan anomali suhu pada bulan April tahun 2024 merupakan yang tertinggi sejak tahun 1981, yaitu sebesar 0.89°C.[11]

Gambar 2. Prediksi awal musim kemarau tahun 2024 dari 699 zona musim di Indonesia[10]/BMKG
Gambar 2. Prediksi awal musim kemarau tahun 2024 dari 699 zona musim di Indonesia[10]/BMKG

Gambar 3. Anomali suhu udara rata-rata Indonesia pada bulan April sejak tahun 1981 sampai tahun 2024.[11]/Kompas.id
Gambar 3. Anomali suhu udara rata-rata Indonesia pada bulan April sejak tahun 1981 sampai tahun 2024.[11]/Kompas.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun