Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

BTS dan Kanjuruhan, Potret Kelalaian dan Keramaian

11 Desember 2022   13:04 Diperbarui: 17 Januari 2023   13:37 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The Art of Manliness[27]

Penulis: Kevin Tadeus Simanjuntak

Melandainya angka kasus COVID-19 dalam negeri disambut hangat oleh kembalinya kegiatan-kegiatan offline yang mengundang kerumunan orang. Berbagai konser bertabur musisi lokal dan internasional kembali hadir untuk memanjakan fans musik di Indonesia. 

Sebut saja, NCT, Blackpink, Heads in the clouds, Sheila On 7, Berdendang Bergoyang, dll.[1] Tertahan selama dua tahun, gairah masyarakat Indonesia untuk kembali menikmati musik bersama-sama membludak. 

Antusiasme yang tinggi terlihat dengan ludesnya tiket-tiket konser dalam waktu yang singkat, misalnya tiket konser Sheila On 7 yang habis terjual dalam 30 menit dan 77 ribu tiket konser Blackpink yang habis dalam kurang dari 15 menit.[2,3] Demi bisa bertemu secara langsung dengan musisi yang kita cintai, segelintir uang siap kita "korbankan". Namun, apa jadinya apabila uang bukanlah satu-satunya hal yang perlu dikorbankan?

Nyawa Jadi Taruhan

Pada bulan Oktober silam, dunia sempat dihebohkan dengan insiden crowd crush tragis di Itaewon, Korea Selatan, yang merenggut 158 nyawa. Tragedi tersebut terjadi di tengah perayaan Halloween yang mayoritas diikuti oleh kalangan muda.[4] Tindakan preventif dan mitigasi dari pihak kepolisian yang kurang adekuat dan lambat memegang peranan penting dalam peristiwa ini.[5] Di tanah air sendiri, peristiwa tragis yang berkaitan dengan keramaian baru saja terjadi, yakni Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan setidaknya 135 nyawa pada Oktober lalu.

Terlepas dari benar atau salahnya keputusan pihak kepolisian untuk menembakkan gas air mata, jumlah penonton yang melebihi kapasitas juga memainkan peranan dalam kasus ini. Komnas HAM mencatat bahwa terdapat sekitar 43 ribu tiket yang dijual untuk menonton pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya tersebut. 

Padahal, batasan kapasitas yang sudah ditetapkan adalah sebanyak 38 ribu penonton.[6] Menurut Panitia Pelaksana Arema FC, awalnya pihak kepolisian sudah membatasi jumlah maksimal 38 ribu orang. Namun, akibat protes dari beberapa suporter atas pembatasan yang dilakukan secara tiba-tiba, kepolisian akhirnya memperbolehkan tiket berlebih tersebut untuk dijual.[7]

Hanya berselang beberapa minggu, bencana kerumunan kembali terjadi di Indonesia. Berlokasi di Istora Senayan, Festival Berdendang Bergoyang melebihi kapasitas yang sudah ditentukan sehingga pelaksanaan hari ketiganya dibatalkan.

Izin keramaian yang diajukan ke pihak kepolisian adalah 3 ribu orang dengan daya tampung Istora Senayan sebesar 10 ribu orang. Mengagetkannya, tiket yang telah terjual hingga Oktober adalah sebanyak 27.879 tiket.

Overcapacity yang terjadi berujung pada pingsannya beberapa orang. Kelalaian penyelenggara festival tersebut diperparah dengan angka tenaga kesehatan yang sangat minim, yaitu 5 orang. Pada hari pelaksanaannya, 1 tenaga medis harus bekerja keras untuk memberikan bantuan medis kepada 25-27 orang.[8,9] 

Tren negatif ini terus bergulir, konser NCT 127 yang diadakan pada awal November lalu juga dipenuhi kekacauan. Dorong-dorongan pada konser boyband asal Korea tersebut menyebabkan 30 orang pingsan.[10] Melihat kondisi yang semakin tidak aman, pihak kepolisian dan promotor dengan tegas langsung menghentikan pelaksanaan hari pertama konser tersebut. Sebelumnya, kedua pihak tersebut telah menyepakati penghentian konser apabila terdapat 10 atau lebih penonton yang pingsan.[11] 

Apa yang harus berubah?

Patut diapresiasi bahwa tindakan penghentian kegiatan yang akhir-akhir ini diambil oleh otoritas sudah tegas. Terlihat jelas bahwa keselamatan sudah mulai diprioritaskan. 

Namun, apakah tidak ada langkah preventif yang bisa diambil untuk memastikan bahwa sebuah kegiatan yang mengundang keramaian tidak akan berujung pada petaka? Apakah regulasi yang diberlakukan di Indonesia sudah tepat?

Menanggapi tragedi di Itaewon dan Berdendang Bergoyang, Sandiaga Uno, selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, mengimbau adanya evaluasi bagi penyelenggara acara untuk mengamati kapasitas tempat, sistem peringatan dini, jalur evakuasi, dan kemampuan resusitasi jantung paru (RJP). Sandi juga meminta adanya kedisiplinan terutama dalam hal kapasitas pengunjung. 

Implementasi cleanliness, health, safety, and environmental sustainability (CHSE) juga menjadi hal yang ditekankan oleh Sandi.[12] Apa itu CHSE? CHSE adalah protokol yang digunakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sejak 2020. Salah satu peran CHSE adalah sebagai panduan bagi pelaksanaan kegiatan (event) di tengah pengendalian pandemi COVID-19 agar tetap berdasarkan pada kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.[13] 

Adapun CHSE yang menjadi pedoman event saat ini dirilis pada September 2020, sehingga tidak lagi sesuai dengan kondisi terkini. CHSE belum memiliki regulasi spesifik untuk menghindari peristiwa crowd crush. Misalnya, belum ada regulasi terkait pengawasan derajat keramaian. Di Amerika Serikat sendiri, gold standard yang digunakan tercantum dalam National Fire Protection Association's 101 Life Safety Code. 

Beberapa poin aturan yang dijelaskan adalah kehadiran sosok manajer kerumunan untuk setiap 250 pengunjung acara, kepadatan kerumunan yang tidak boleh melebihi 1 orang setiap 0,65 meter persegi, akses pintu keluar yang memadai dan terdistribusi, serta evaluasi keselamatan dan rencana darurat untuk acara dengan pengunjung lebih dari 6000 orang.[14] 

RJP merupakan kemampuan yang krusial dan berpotensi menyelamatkan nyawa. Sejatinya, kemampuan sepenting ini tidak hanya dimiliki oleh penyelenggara acara saja, melainkan semua orang. 

Tingkat kelangsungan hidup pada serangan jantung lebih tinggi di negara-negara yang mengimplementasikan RJP di kurikulum sekolah.[15] Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), Ade Meidian Ambari, mengatakan bahwa edukasi RJP masih kurang adekuat di Indonesia. Oleh karena itu, Ade berharap edukasi pertolongan kompresi jantung dapat diberikan sejak dini dengan diimplementasikan di kurikulum sekolah secara berlanjut.[16]

Di sisi lain, menimbang kondisi yang ada, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta baru saja mengeluarkan aturan terbaru terkait penyelenggaraan konser musik. Aturan tersebut tercantum dalam SK Kadisparekraf No. e-1963/PW.01.02 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 1 COVID-19 pada Sektor Usaha Pariwisata. 

Beberapa poin yang tertuang dalam SK tersebut adalah: (1) Kapasitas maksimal 70%; (2) Jam operasional pukul 11.00--24.00 WIB; (3) Adanya surat rekomendasi Satgas COVID-19; (4) Wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi; dan (5) Wajib menjaga keamanan, kenyamanan, dan keselamatan pengunjung; (6) Wajib mempunyai sertifikat event venue management (CEVM); (7) Adanya aturan tata dan alur kedatangan serta kepulangan pengunjung disertai 5M; dan (8) Wajib menyediakan sistem payment gateway untuk proses transaksi dan registrasi tiket [17,18]. 

Aturan tersebut diberlakukan dalam konteks PPKM level 1. Menimbang varian COVID-19 XBB yang infeksius sudah memasuki Indonesia dan positivity rate harian yang sangat tinggi -- 23,6% per 20 November 2022[19] -- maka diharapkan pemerintah dapat secara sigap merevisi dan menyesuaikan aturan penyelenggaraan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah ke depannya. Hal ini termasuk berkoordinasi dengan event organizer setempat agar menyiapkan rencana pembatasan kapasitas demi memutuskan rantai penyebaran COVID-19.

Asesmen risiko perlu memperhatikan aspek tersulit dari penyelenggaraan sebuah acara, yaitu perilaku para pengunjung.[20] Sejumlah faktor dapat memengaruhi hal perilaku yang ada, misalnya, rentang usia audiens dan jenis pertunjukan dapat membantu memprediksi perilaku keramaian yang berpotensi terjadi dan membuat regulasi yang tepat untuk itu. Beberapa penampilan yang berlangsung bersamaan bisa menciptakan pergerakan kerumunan yang besar.[21] 

Berdasarkan apa yang terjadi di Festival Berdendang Bergoyang, belum ada regulasi yang jelas terkait jumlah tenda kesehatan dan jumlah minimum tim medis yang harus dipenuhi oleh penyelenggara acara sebelum sebuah konser diadakan. 

Ketika terjadi suatu cedera serius, layanan darurat tidak bisa dengan cepat hadir di lokasi kejadian. Maka, jelas bahwa keberadaan tim medis di tempat sangat esensial untuk bisa memastikan keamanan dan keselamatan pengunjung suatu kegiatan, apalagi keramaian.[22]

Setiap event organizer harus menyusun sebuah rencana kegawatdaruratan agar sigap ketika hal buruk terjadi. Profesor tamu yang mendalami crowd science di Universitas Suffolk Inggris, G. Keith Still, mengatakan bahwa dengan sumber daya manusia yang terbatas sekalipun, penumpukan keramaian yang berbahaya dapat dihindari selama ada rencana darurat.[23] Rencana ini harus memperhitungkan strategi evakuasi, kontak layanan darurat, titik pertemuan staf, dan ruang aman. Setiap krisis sulit untuk ditanggapi, tetapi staf yang berpengalaman dalam rencana darurat dan meminimalisasi korban.[22]

Keselamatan publik menjadi tujuan utama dari perencanaan keramaian (crowd planning). Biaya yang dikeluarkan untuk mencapainya akan tetap memberikan keuntungan tersendiri bagi penyelenggara acara, antara lain peningkatan kualitas pengalaman pengunjung, penggunaan lahan dan ruang yang lebih efisien, serta peningkatan reputasi dari penyelenggara.[24]

Kesimpulan

Semakin banyaknya frekuensi kegiatan yang mengundang khalayak ramai seperti konser meningkatkan potensi terjadinya bencana kerumunan. Pertimbangan keamanan dan tindakan preventif harus ditingkatkan, mulai dari pengelolaan arus keramaian, tahap perencanaan dan desain, hingga manajemen operasional keramaian.Perilaku pengunjung sebuah acara juga harus dipertimbangkan. Pengawasan data real-time ketika acara diadakan harus terus dipantau.[24] Kenyamanan, keamanan, serta keselamatan para pengunjung harus menjadi prioritas dari setiap penyelenggara acara.

Pemerintah Indonesia harus segera mengeluarkan regulasi baru agar dapat beradaptasi dengan momentum kembalinya konser di Ibu Pertiwi. Tragedi-tragedi memilukan yang telah terjadi sejatinya menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk menyadari bahwa masih terdapat ruang untuk perkembangan. 

Regulasi standard operating procedure (SOP) dan pengawasan dari pemerintah harus diperketat. Tindak lanjut yang cepat untuk mengusut tuntas oknum yang mengutamakan keuntungan ketimbang keselamatan publik diharapkan terus dilakukan oleh Kepolisian RI. Terakhir, RJP harus diajarkan sejak dini dengan dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.

Quick Tips: Apa yang harus dilakukan di tengah kerumunan

Hal yang harus kita lakukan pertama adalah identifikasi kerumunan yang ada di sekitar kita. Mulai melambatnya pergerakan massa merupakan salah satu tanda peningkatan kepadatan kerumunan tersebut. Sebuah keramaian mulai berpotensi berbahaya ketika melewati ambang batasnya, yaitu 5 orang per meter persegi (keramaian di insiden Itaewon mencapai 8-10 orang per meter persegi). Apabila memungkinkan, pergi dari keramaian tersebut selagi bisa.[25,26] 

Sumber: The Art of Manliness[27]
Sumber: The Art of Manliness[27]

Apabila kita sudah terjebak dalam kerumunan, hal-hal yang harus kita prioritaskan adalah untuk tetap berdiri, menjaga agar lengan tidak terjepit di samping tubuh, melindungi dada, dan menghemat oksigen. Ikuti pergerakan kerumunan tersebut dan gunakan tangan dominan kita untuk memegang lengan yang berlawanan. Hal ini bertujuan untuk memastikan adanya ruang untuk kita bernapas. Kita juga bisa meletakkan menggunakan tas punggung (backpack) di depan dada untuk mendapatkan ruang tersebut. Ketika bergerak, usahakan kita menghindari barier seperti pilar dan tembok agar tidak tergencet di sana.[25,26]

Referensi

  1. CNN Indonesia. Daftar konser dan festival musik di Indonesia hingga akhir 2022 [Internet]. CNN Indonesia. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20221101074233-227-867837/daftar-konser-dan-festival-musik-di-indonesia-hingga-akhir-2022/1 

  2. Firdhayanti. Antusiasme tinggi, tiket konser sheila on 7 ludes dalam 30 menit -  [Internet]. Parapuan. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://www.parapuan.co/read/533560860/antusiasme-tinggi-tiket-konser-sheila-on-7-ludes-dalam-30-menit 

  3. Insertlive. 77 ribu tiket konser blackpink di jakarta ludes kurang dari 15 menit [Internet]. Insertlive. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://www.insertlive.com/korea/20221115195242-193-295814/77-ribu-tiket-konser-blackpink-di-jakarta-ludes-kurang-dari-15-menit 

  4. The New York Times. Why couldn't south korean officials stop the halloween disaster? [Internet]. The New York Times. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://www.nytimes.com/2022/11/17/world/asia/seoul-itaewon-crowd-crush.html 

  5. Kwon J, Wong A, Montgomery H, Cheung R. 'They completely failed': the fatal mistakes that led to south korea's halloween tragedy [Internet]. Vice. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://www.vice.com/en/article/7k8mab/south-korea-itaewon-stampede-halloween-disaster 

  6. CNN Indonesia. Sebulan tragedi kanjuruhan: gas air mata aparat tewaskan 135 orang [Internet]. CNN Indonesia. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221028154345-20-866651/sebulan-tragedi-kanjuruhan-gas-air-mata-aparat-tewaskan-135-orang 

  7. Utomo D. Tragedi kanjuruhan: panpel akui cetak tiket lebihi kapasitas [Internet]. Sport.detik. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://sport.detik.com/sepakbola/liga-indonesia/d-6343209/tragedi-kanjuruhan-panpel-akui-cetak-tiket-lebihi-kapasitas 

  8. Tobing S. Video: imbas berdendang bergoyang, sederet konser musik ini dihentikan [Internet]. Katadata.co.id. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://katadata.co.id/sortatobing/video/6369f46c72bef/video-imbas-berdendang-bergoyang-sederet-konser-musik-ini-dihentikan 

  9. Kompas.com. Saat polisi terpaksa hentikan festival musik "berdendang bergoyang" [Internet]. Kompas.com. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/31/06473541/saat-polisi-terpaksa-hentikan-festival-musik-berdendang-bergoyang?page=all 

  10. CNN Indonesia. 30 penonton pingsan, konser nct 127 dihentikan [Internet]. CNN Indonesia. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20221104212342-227-869776/30-penonton-pingsan-konser-nct-127-dihentikan 

  11. CNN Indonesia. Polisi soal penonton konser nct 127: 10 pingsan kami hentikan [Internet]. CNN Indonesia. 2022 [cited 2022 Nov 20]. Available from: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221105150903-20-869942/polisi-soal-penonton-konser-nct-127-10-pingsan-kami-hentikan 

  12. ANTARA News. Ministry asks event organizers to prevent crowd control incidents [Internet]. ANTARA News. 2022 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://en.antaranews.com/news/257833/ministry-asks-event-organizers-to-prevent-crowd-control-incidents 

  13. Kemenparekraf. Panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan di penyelenggaraan kegiatan (event) [Internet]. 1st ed. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; 2022 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://chse.kemenparekraf.go.id/storage/app/media/dokumen/Pedoman_Penyelenggaraan_Kegiatan.pdf 

  14. Yan H. Rules and standards to help prevent crowd surges aren't required nationwide [Internet]. CNN. 2021 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://edition.cnn.com/2021/11/11/us/safety-standards-requirements-crowd-surges/index.html 

  15. BBC News. CPR training to be added to curriculum for post-primary pupils [Internet]. BBC News. 2021 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://www.bbc.com/news/uk-northern-ireland-58622174 

  16. Arlinta D. Pelatihan kompresi jantung perlu masuk dalam kurikulum sekolah [Internet]. Kompas.id. 2022 [cited 2022 Dec 3]. Available from: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/10/02/pelatihan-kompresi-jantung-perlu-masuk-dalam-kurikulum-sekolah?status=sukses_login&status_login=login 

  17. Hardiantoro A. Simak, berikut aturan terbaru penyelenggaraan konser musik di jakarta [Internet]. Kompas.com. 2022 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/12/203000465/simak-berikut-aturan-terbaru-penyelenggaraan-konser-musik-di-jakarta?page=all 

  18. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. SK Kadisparekraf Tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 1 Covid-19 pada Sektor Usaha Pariwisata. Jakarta: Disparekraf; 2022 Nov 12. 15 pages. Report No.: e-1963/PW.01.02 

  19. Dirgantara A. Update 20 november 2022: kasus Covid-19 bertambah 5.172, DKI Jakarta sumbang 2.373 kasus [Internet]. Kompas.com. 2022 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://nasional.kompas.com/read/2022/11/20/17593801/update-20-november-2022-kasus-covid-19-bertambah-5172-dki-jakarta-sumbang 

  20. Dublin City Council. Guidelines for event organisers [Internet]. Dublin: Dublin City Council; 2022 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://www.dublincity.ie/sites/default/files/2020-12/dcc_event_guidance_booklet.pdf 

  21. HSE UK. Event safety: Crowd-management, assess crowd safety risks and identify hazards [Internet]. HSE UK. 2022 [cited 2022 Dec 4]. Available from: https://www.hse.gov.uk/event-safety/crowd-management-assess.htm 

  22. Bilby M. 5 crowd control tips for large-scale events [Internet]. Purplepass. 2021 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://www.purplepass.com/blog/5-crowd-control-tips-for-large-scale-events/ 

  23. Pereira I. Seoul crowd crush exemplifies need for event control: Experts [Internet].  ABC News. 2022 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://abcnews.go.com/Health/seoul-halloween-crowd-crush-emphasizes-event-planning-experts/story?id=92430944 

  24. Ancliffe S. Crowd planning for public safety. Perspect Public Health [Internet]. 2017 Jan 1 [cited 2022 Dec 4];137(1):25--8. Available from: https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1757913916681265 

  25. Parker-Pope T. What to do in a potential crowd crush and how to survive it [Internet]. The Washington Post. 2022 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://www.washingtonpost.com/wellness/2022/10/31/seoul-crowd-crush-how-to-survive/ 

  26. Moussaid M. Ten tips for surviving a crowd crush [Internet]. The Conversation. 2019 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://theconversation.com/ten-tips-for-surviving-a-crowd-crush-112169 

  27. Hutchison P. How to survive a human stampede [Internet]. The Art of Manliness. 2018 [cited 2022 Nov 21]. Available from: https://www.artofmanliness.com/skills/outdoor-survival/survive-human-stampede/ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun