Ketua Satgas Penanganan COVID-19, Doni Monardo, meminta seluruh kepala daerah membuat standar operasional prosedur (SOP) perlindungan bagi tenaga medis mengingat tingginya angka kematian tenaga kesehatan. Dengan adanya SOP, Doni menegaskan bahwa tenaga kesehatan akan menjadi peran terpenting dalam menghadapi virus Corona di bidang kesehatan.
Selain itu, kepala daerah juga harus dapat menggandeng orang-orang berpengaruh di daerah masing-masing untuk mengampanyekan protokol kesehatan kepada masyarakat. Hal ini telah dicontohkan oleh Presiden Joko Widodo yang menggandeng kelompok PKK untuk melakukan kampanye penggunaan masker dari pintu ke pintu. [5]
Pemerintah Indonesia sendiri akan memberikan 22 bintang jasa bagi tenaga medis yang meninggal karena COVID-19, menurut Mahfud. Ia menambahkan bahwa sembilan tenaga medis akan mendapatkan bintang jasa pratama dan tiga belas tenaga medis lainnya akan mendapat bintang jasa nararia. Selain bintang jasa, keluarga tenaga medis juga akan diberikan santunan sebesar 300 juta rupiah. Menurutnya, pemberian bintang jasa dan santunan terhadap keluarga korban merupakan bentuk penghormatan pemerintah secara simbolik kepada petugas medis yang gugur. [6]
Perbandingan dengan Amerika Serikat
Angka kematian tenaga kesehatan di Indonesia mencapai 2,4% dan merupakan 6x lipat angka kematian di Amerika Serikat, negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia. [7] Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sendiri mendapat banyak kritik mengenai responnya menghadapi pandemi COVID-19 ini termasuk dari partainya sendiri.
Senator dari Utah, Mitt Romney, mengatakan bahwa respon Trump dinilai sangat lambat mengingat bahwa Trump sudah diberi tahu tentang adanya virus penyebab COVID-19 saat sebelum terjadi pandemi. Sebaliknya, Mitt Romney justru mengapresiasi kongres yang berhasil bergerak cepat dan berhasil membuat berbagai macam dana bantuan seperti Coronavirus Aid, Relief, and Economic Security Act, atau disebut CARES Act.
Meskipun Amerika Serikat diberitakan merupakan negara yang melakukan tes terbanyak untuk warga negaranya, jumlah tes yang diadakan akhir-akhir ini menurun drastis dan para peserta tes harus menunggu berminggu-minggu untuk mengetahui hasilnya. Hasil yang lama keluar tersebut sangat disayangkan para ahli kesehatan karena dianggap tidak efektif untuk melakukan tracing dan mencegah penyebaran lebih lanjut. [8]Â
Banyak pakar kesehatan di Amerika Serikat merasa bahwa Amerika di bawah Presiden Trump sudah menyerah dalam mencoba menghentikan penyebaran COVID-19 dan berharap pada herd immunity. Namun, konsultan coronavirus pemerintah Amerika Serikat, Anthony Fauci, mengingatkan bahwa ini adalah keputusan yang sangat berbahaya.
Dr. Fauci menekankan bahwa jika keputusan ini tetap dijalankan, akan banyak orang yang meninggal. Hal tersebut disetujui oleh Direktur Eksekutif Keadaan Darurat Kesehatan World Health Organization (WHO), Dr. Mike Ryan. Menurut Ryan, kondisi Amerika Serikat masih sangat jauh untuk dapat mencapai herd immunity dan akan memakan banyak korban agar bisa mencapai herd immunity. Fauci menambahkan bahwa kondisi di Amerika Serikat masih bisa dikontrol dengan kombinasi dari perawatan kesehatan publik yang memadai, sedikit herd immunity global, dan vaksin yang bagus. [9]
Kesimpulan
Tingginya tingkat kematian nakes di pelbagai belahan dunia tentunya dapat berakibat fatal dalam sistem penanganan pandemi COVID-19, termasuk Indonesia. Angka kematian nakes di Indonesia telah mencapai 2,4% dan merupakan 6x lipat angka kematian di Amerika Serikat, negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia. Hal ini memunculkan rekomendasi dari beberapa tokoh, yaitu memperketat skrining pasien yang datang ke fasilitas kesehatan dan juga membatasi jam dan jumlah pasien rawat jalan.