Pandemi COVID-19 yang sedang dunia alami kali ini tidak serta merta memberikan efek negatif bagi masyarakat. Salah satu yang terbukti memperoleh keuntungan adalah sektor belanja online.
Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Kominfo, Ahmad Ramli menyatakan bahwa terjadi peningkatan transaksi online sebanyak 4x atau 400% pada masa pandemi ini.
[3] Selain itu, pandemi ini seakan-akan merupakan jawaban dari panggilan alam yang menginginkan untuk beristirahat sejenak. Alam menang atas manusia yang jelas-jelas terlihat tidak siap atas panggilan pandemi ini. Imbasnya, kegiatan industri berhenti dan kegiatan transportasi pun terbatas.
Dengan terjadinya dua kegiatan ini, polusi terhapuskan untuk sementara, Himalaya tiba-tiba dapat terlihat oleh orang-orang di perkotaan India yang penuh asap, dan kanal air kumuh di Venice, Italia seakan-akan merasakan adanya flushing secara tiba-tiba.
Fenomena ini sejalan dengan argumen dari Gernot Wagner, seorang climate economist dari Universitas New York, yang menyatakan bahwa pandemi COVID-19 adalah seperti climate change dengan kecepatan melengkung yang artinya sangat cepat.[4,5,6]
Data telah berbicara bahwa memang pandemi COVID-19 ini memberikan napas tambahan untuk bumi. Menurut data dari International Energy Agency, belum pernah ada pengeluaran kadar CO2 yang minus dari dua gigaton dari seluruh peristiwa besar yang sempat mengguncang bumi selama abad ke-20 terakhir. Artinya, bumi menghemat output CO2 sebesar dua gigaton selama masa pandemi COVID-19 ini.
Selain itu, data juga menunjukkan bahwa permintaan pasokan listrik turun sekitar 42% di Hubei, China.
Bukti dari pernyataan di atas dapat dilihat dari data transportasi. Seismometer menunjukkan adanya penurunan ground displacement di Barcelona (Spanyol), Brussels (Belgia), dan Vienna (Austria) setelah lockdown diberlakukan.
Hal ini diperkuat dengan data penurunan kemacetan sebesar 59% di Mumbai (India) dan 28% di London (Inggris). Data perjalanan udara juga menunjukkan kegagalan dalam output CO2 sebesar sepuluh juta ton.
Tidak heran lagi jika pandemi COVID-19 ini telah menjadi masa penghematan CO2 terbesar sejak abad ke-20.[6] Namun, apakah semudah itu untuk membuat kita tenang saja? Jawabannya sudah pasti tidak.
Climate Change Lebih Lambat daripada Penyakit Menular