Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berkaca dari Dua Garis Biru, Pentingkah Pendidikan Seksual?

31 Juli 2019   18:30 Diperbarui: 1 Agustus 2019   06:32 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehamilan juga masih menjadi isu kunci karena menurut data WHO di tahun 2014, tingkat kelahiran perempuan di usia 15-19 adalah 49 diantara 1000 orang, dengan pernikahan dini sebagai faktor utama. Padahal, kehamilan di usia belia dapat menyebabkan komplikasi dan membuat perempuan putus sekolah. Informasi mengenai kontrasepsi yang sulit diakses membuat orang enggan menggunakan kondom yang dapat menjadi proteksi dual, yang selanjutnya dapat berujung menjadi isu selanjutnya: aborsi yang tidak aman.

Praktik aborsi yang ilegal dan menyulitkan di Indonesia membuat banyak perempuan beralih pada prosedur ilegal yang tidak jelas standarnya, yang tidak aman dan beresiko tinggi. Isu kekerasan seperti hubungan seksual yang dipaksa (dialami 120 juta wanita di dunia), kekerasan seksual pada anak (dialami 20% perempuan dan 5-10% laki-laki), pernikahan paksa, dan kekerasan berdasarkan orientasi seksual dan identitas gender juga digarisbawahi. HIV/AIDS, menurut data WHO di tahun 2017, merupakan penyebab kematian ke-9 di golongan usia 10-19 tahun di dunia---membuatnya menjadi isu yang masih harus diperjuangkan dan dibahas lebih lanjut. Infeksi menular seksual pun menjadi sorotan karena data dan pelayanan yang kurang.

Selain masalah-masalah seputar kesehatan reproduksi, panduan CSE juga mengatur isu-isu kunci lainnya seperti: pengaruh teknologi informasi terhadap perilaku seksual (akses pornografi, cyberbully, sexting), buruknya kesehatan mental, serta pemakaian alkohol, narkotika, dan rokok. Kelompok-kelompok rentan yang juga menjadi sasaran spesifik CSE adalah: anak muda dengan HIV,  anak muda yang hidup dalam kemiskinan, anak muda dengan disabilitas, LGBT, dan pengungsi.

Karena CSE merupakan proses pembelajaran yang menyeluruh, kurikulum dan konsep kuncinya meliputi banyak hal:

  • Hubungan Membahas keluarga, pertemanan, cinta, hubungan romantis, toleransi dan saling menghargai, serta komitmen jangka panjang dan parenting;
  • Nilai, hak, kultur, dan seksualitas Membahas nilai dan seksualitas, hak-hak asasi manusia yang meliputi seksualitas, serta kultur, masyarakat, dan seksualitas;
  • Pemahaman gender Membahas konstruksi sosial mengenai gender dan norma yang mengiringi, kesetaraan gender, stereotip, dan bias yang melingkupi gender, serta kekerasan berbasis gender;
  • Kekerasan dan rasa aman  Membahas kekerasan, persetujuan, privasi, dan integritas, serta penggunaan teknologi informasi yang aman dan bertanggung jawab;
  • Kemampuan yang penting untuk kesehatan dan kesejahteraan Membahas norma dan pengaruh pergaulan pada perilaku seksual, penentuan keputusan, kemampuan komunikasi, menolak, dan negosiasi, literasi media dan seksualitas, serta menghubungi bantuan dan support;
  • Tubuh manusia dan perkembangannya   Membahas anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, pubertas, serta body image;
  • Seksualitas dan perilaku seksual Membahas seks, seksualitas, dan siklus kehidupan seks, serta perilaku dan respons seksual;
  • Kesehatan seksual dan reproduksi Membahas kehamilan dan pencegahannya, stigma, pelayanan, tatalaksana, dan support bagi HIV/AIDS, serta pemahaman dan pencegahan mengenai risiko IMS.

Sudah saatnya Indonesia turut mengimplementasikan pendidikan seksual yang komprehensif untuk mencetak generasi penerus yang memiliki skill set yang dibutuhkan. Orang tua patut tahu bahwa memberikan pendidikan seksual bagi anaknya tidak sama dengan mengizinkan anaknya berhubungan seksual sebelum menikah. Mengedukasi pendidikan seksual secara komprehensif memberikan anaknya pengetahuan lebih untuk membuat dirinya sehat dan sejahtera. Buktinya, pada tahun 2016, implikasi implementasi pendidikan seksual yang komprehensif adalah:

  • Penundaan dalam melakukan hubungan seksual untuk pertama kali;
  • Penurunan frekuensi hubungan seksual;
  • Penurunan jumlah pasangan seks;
  • Turunnya hubungan seksual yang berisiko;
  • Peningkatan pemakaian kondom;
  • Peningkatan penggunaan kontrasepsi.

Yuk, Indonesia, tunggu apalagi?

Referensi:
International technical guidance on sexuality education: an evidence-informed approach. France: UNESCO; 2018.
Survei demografi dan kesehatan : kesehatan reproduksi remaja. Jakarta: BKKBN; 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun