Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017: Anak, Wanita, dan Rokok

1 Juni 2017   20:16 Diperbarui: 1 Juni 2017   22:41 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, sebagai suatu negara dan konsumen rokok terbesar di dunia, memiliki sebuah “prestasi” yang kurang baik. Kini, Indonesia telah menjadi negara nomor satu konsumen rokok di dunia, dengan 66 persen (BENAR, 66 persen alias setiap 2 dari 3 orang) penduduk di atas 15 tahun menghisap rokok setiap tahunnya. Tercatat sebanyak 90 juta orang adalah sebagai perokok di Indonesia. Catatan ini diperparah dengan meningkatnya tren merokok pada wanita dan pada anak-anak. Jadi, bukan hanya sebagai korban sebagai seorang perokok pasif, kemungkinan wanita dan anak-anak untuk terkena penyakit tidak menular pun melonjak akibat menjadi perokok aktif.  

Wanita dan rokok memiliki sejarah yang cukup panjang, yang dimulai dari tahun 1950-an. Rokok secara gencar dipaparkan kepada wanita-wanita dengan “khasiat” untuk menjaga wanita tetap bisa mempertahankan ukuran tubuh yang relatif kurus. Selain itu, perusahaan rokok juga gencar dalam memberikan sponsor terhadap pergerakan-pergerakan hak wanita di Amerika Serikat tahun 1960-an hingga 1970-an. Buruknya, kebiasaan merokok ini akan berlangsung sepanjang hidupnya, bahkan terjadi berbagai kasus di mana para calon ibu tetap mempertahankan kebiasaan merokoknya walaupun sedang mengandung. Resiko pada janin, seperti kelahiran prematur, berat badan rendah, bahkan munculnya abnormalitas pada bayi seperti microsefali, bisa muncul karena kebiasaan merokok yang dibiarkan saat kehamilan. 

Merokok pada wanita juga telah terbukti lebih berbahaya dibandingkan merokok pada pria. Tercatat bahwa kemungkinan kanker paru pada laki-laki menjadi 2 kali lipat dalam periode 1959-2010, tetapi kemungkinan kanker paru pada wanita meningkat beberapa puluh kali dalam periode yang sama. Tercatat di Amerika Serikat bahwa kemungkinan wanita untuk meninggal karena kanker paru lebih tinggi dibandingkan dengan kanker payudara, yang masih merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia. Selain itu, merokok juga tercatat dalam meningkatkan penyumbatan pulmonary (paru-paru) kronis serta serangan jantung dan penyakit jantung koroner.  

Merokok juga dapat menyebabkan orang di sekitar menjadi perokok sekunder, yang berarti tetap mendapatkan resiko dari asap rokok. Bahkan, sekarang ada juga perokok tersier, yaitu dampak yang muncul akibat terpapar residu dari rokok. Untuk perokok sekunder sendiri, bisa meninggalkan resiko yang jauh lebih besar kepada anak-anak yang berada di sekitar asap rokok. Penyakit-penyakit seperti infeksi telinga, batuk pilek, bronkitis, dan iritasi mata bisa muncul akibat sering terpapar dengan asap rokok. 

Sebagai seorang ibu, sudah sebaiknya kaum wanita meminimalisasi bahkan menghilangkan fenomena merokok ini. Ini tidak mengecilkan fakta bahwa memang merokok sangat tidak dianjurkan bagi semua orang karena resiko kesehatan yang dapat muncul akibat rokok. Selain merugikan dirinya sendiri, merokok juga akan merugikan orang-orang terdekat, termasuk orang-orang yang dicintai, termasuk anak-anak. Oleh karena itu, sebagai seorang ibu yang ingin menjaga kesehatan anaknya, ada baiknya menghilangkan kebiasaan ini demi menjaga kesehatan diri dan anak.

oleh Irfan Hasyim Tadjoedin

Referensi

https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/tobacco/Pages/Dangers-of-Secondhand-Smoke.aspx

https://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/sgr/50th-anniversary/pdfs/fs_women_smoking_508.pdf

http://www.depkes.go.id/article/print/16060300002/htts-2016-suarakan-kebenaran-jangan-bunuh-dirimu-dengan-candu-rokok.html

http://makassar.tribunnews.com/2016/05/25/jumlah-perokok-di-indonesia-terbanyak-di-dunia-kalahkan-rusia-dan-china

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun