Mohon tunggu...
Rajih Arraki
Rajih Arraki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar Sosiologi

Pembelajar Sosiologi, Blogger, Setengah Pujangga, Penyiniar, Seperempat YouTuber

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Do'a atau Nyembah sih?

1 Agustus 2014   06:00 Diperbarui: 11 Desember 2016   10:07 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, Rabu, 30 Juli 2014, saya sekeluarga melakukan touring Kota Tuban di mana Kota ini merupakan tempat ibu saya tumbuh menjadi remaja yang giat dan rajin. Setelah melewati daerah pantai, kami menuju Makam Sunan Bonang untuk napak tilas serta mengobati rasa penasaran kami akan wajah tempat bersejarah tersebut.

Banyak dijual souvenir-souvenir khas di sana seperti baju batik, kaos dan lain sebagainya. Yang paling menonjol adalah tasbih. Memasuki area masjid, rasa penasaran kami semakin timbul. Hari itu pengunjung lumayan banyak tapi tidak sebanyak saat hari-hari biasa ramai ziarah. Kebanyakan para pengunjung datang sekeluarga.

Perlahan kami berjalan menikmati suasana area masjid yang terdapat masjid astana di sebelah kiri dan ada pula tempat peristirahatan para peziarah. Lalu, kami menuju area makam setelah melihat papan petunjuk.

Perlahan kami memasuki area makam dengan mengucapkan, "Assalamualaikum ya ahlal qubur. Inna insyaallahu bikum laahiquun". Subhanallah, di sini sangat unik. Di sini terlihat amat banyak makam.  Bahkan ada juga yang batu nisannya sudah tertimbun tanah. Tak sedikit pula makam yang tertutup oleh jalan dan hanya terlihat nisannya saja karena saking banyaknya dengan area yang sangat pas. Kami berjalan menuju Makam Sunan Bonang yang ditempatkan khusus. Jarak 100 meter sebelum menuju Makam Sunan Bonang yang ditempatkan khusus tersebut, saya sekeluarga melihat banyak sekali peziarah di sana. Suasananya tak  sunyi karena dari tempat kami berdiri, terdengar suara peziarah yang banyak duduk di dekat makam sunan bonang sedang membaca bacaan-bacaan tahlil serta bacaan lain. Kemudian, kami segera mendekat ke Makam Sunan.

Setelah kami dekati, kini nampak jelas bahwa para peziarah sedang duduk menghadap makam sunan sambil bersamaan mengucap kalimat-kalimat tahlil, istighfar dan lain sebagainya. Tak lama kemudian, ada dua orang peziarah yang beranjak untuk pulang. Namun, sebelum pergi, salah satu dari mereka menuju gentong yang memang sudah disiapkan di sana, lalu mengambil air dan meminumnya. Kemudian, mereka berdua berlalu. Setelah kami puas melihat-lihat dan mendoakan Almarhum Sunan Bonang dari jauh (tanpa duduk bersama peziarah lain), kami keluar area makam menuju area masjid astana. Masjid astana sangat sepi. Di sinilah opiniku terbentuk.

Sungguh banyak yang terjebak dalam hal ziarah makam. Apalagi makam orang besar atau makam leluhur serta makam-makam para kyai. Dulu, Rasulullah SAW melarang para sahabat untuk berziarah makam karena ditakutkan akan muncul kesyirikan dalam diri ummat Islam sehingga yang harusnya menyembah Allah malah menyembah makam / kuburan. Namun, karena beberapa pertimbangan maka Rasulullah membolehkan untuk berziarah kubur asal tidak berlebihan sampai-sampai berdo'a kepada makam karena seharusnya berdo'a hanya Kepada Allah. Pada saat berziarah, yang dilakukan adalah mendoakan beliau yang sudah berlalu mendahului agar diterima di sisi-Nya. Kini, banyak yang akhirnya terjebak sehingga ziarah yang dilakukan justru berlebihan dan mengagung-agungkan makam terlebih makam para orang besar. Hal ini terjadi saat saya berziarah ke Makam Sunan Bonang. Yang lebih parah lagi, justru makam almarhum sunan bonang yang ramai untuk berdo'a bukan Masjid Astana yang sudah seyogyanya sebagai masjid digunakan untuk berdo'a. Masjid Astana sangat sepi dan tak ada seorang pun berada di sana. Hal ini yang membuat saya amat prihatin. Seperti tidak cocok jika lebih mengistimewakan kuburan daripada masjid.

Mari kita introspeksi apakah segala sesuatu yang kita lakukan sudah berdasarkan syariat. Sebisa mungkin, kita harus menghindari perbuatan syirik. Perlulah tiap hari kita berdo'a agar terhindar dari perbuatan syirik. Semoga kita selalu diberkahi oleh rahmat-Nya. Aamiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun