Berawal dari semester lalu, ketika saya mengambil mata kuliah Seminar yang merupakan pintu akhir bagi mahasiswa strata satu jurusan Biologi di salah satuperguruan tinggi swasta di kota Gudeg. Sejak awal memang saya sangat tidak tertarik dengan jurusan ini karena jujur sejak kelas 1 SMA hingga saya lulus, nilai pelajaran Biologi saya buruk walau tidak buruk sekali. Namun apa daya ibu saya meminta agar saya mengambiljurusan ini.Â
Semenjak masuk jurusan ini, memang saya lebih senang dengan minat atau kompetensi lingkungan dibanding dengan beberapa kompetensi lain yang ada di Jurusan Biologi tempat saya kuliah. Hal inilah yang mengakibatkan pada semester kemarin, ketika mengambil mata kuliah seminar. Saya awalnya hendak mengambil topik seminar mengenai ekosistem. Hal ini didasari oleh rasa ketertarikan dan juga rencana saya ke depan ketika kelak selesai apa yang akan saya lakukan setelah selesai kuliah nanti.
Namun apa daya, dosenp embimbing yang hendak saya ambil topiknya mengenai ekosistem khususnya Mangrove ternyata sudah penuh bahkan melebihi kuota mahasiswa bimbingannya ini. Dalam jurusan kami, ketika mengambil topik seminarmaka itu akan berlanjut pada mata kuliah Skripsi mahasiswa harus mengambil topik yang sama ketika akan melakukan peneletian.
Apa daya, akhirnya dengan berat hati saya harus mencari dosen lain sebagai dosen pembimbing saya dan otomatis topik seminar saya harus berubah juga. Akhirnya setelah melihat daftar topik seminar, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil topik seminar mengenai Biomonitoring Lingkungan. Yang mana kami akan mengkaji kualitas lingkungan dengan menggunakan biota atau makluk hidup berupa hewan maupun tumbuhan bioindikator(indikator biologis)
Ketika sudah mulai mengurusi topik seminar dan beberapa kali konsultasi, akhirnya dosen pembimbing saya mengarahkan saya agar kelak melakukan penelitian di Papua. Sayapun langsung setuju ketika itu. Â Semenjak itu saya menjadi mahasiswa kupu-kupu alias mahasiswa kuliah pulang-kuliah pulang karena ketika sampai dikost, hanya disibukkan dengan mencari referensi dan membuat naskah untuk diseminarkan dalam bentuk presentasi. Ketika pergi ke kampus,tiap hari yang ada dalam pikiran saya hanya berurusan dengan seminarsaja.
Sempat ketika itu hari Jumat siang, sehabis bertemu dengan dosen pembimbing seminar saya, ada salah satu mahasiswa pascasarjana yang saya temui secara tidak sengaja di depan gedung kampus kami sempat mengobrol dalam waktu yang lumayan lama. Dalam percakapan tersebut ketika dia mendengar bahwa dosen saya memintah agar saya melakukan penelitian di Papua mengenai kualitas air, dia kurang sependapat. Karena menurut dia masalah lingkungan khususnya di Papuadan Indonesia Timur sangat tidak menarik sekali. Padahal dia sendiri juga berasal dari Indonesia Timur juga. Namun saya tetap dengan pendirian saya. Adapapun beberapa alasan yang saya kemukakan kepadadia bahwa tingkat migrasi orang non Papua maupun orang Papua saat inicukup tinggi dan akan berdampak pada pembangunan. Yang mana akanbanyak lahan-lahan baru tercipta untuk perumahanan, industri dan lainsebagainya.
.
Karena saya berasal dari kabupaten Mimika yang orang luar selalu cuma tahunya ada FREEPORT Â disana saja. Makanya akhirnya semenjak itu saya mulai fokus diselah-selah mengurus seminar saya coba mencari-cari lokasi buat dijadikan lokasi penelitian saya. Akhirnya saya menetapkan untuk melakukan penelitian di sungai-sungai yang dilewati oleh jalan TransPapua (Timika-Paniai).
Semenjak itu saya mencoba mengumpulkan data-data mengenai lokasi yang akan saya lakukan penelitian baik dalam bentuk tertulis, video maupun foto-foto. Sempat beberapa kali mengganti fokus penelitian dari mulai perbedaan musim, bulan basah/kering akhirnya saya memutuskan untuk fokus pada beberapaalisan sungai yang berada dalam satu DAS yang sama.
Sempat putus asah selama mencari data kondisi lokasi penelitian karena keterbatasan data. Namun akhirnya saya bisa menemukan informasi yang sangat detail terkait kondisi lokasi yang akan saya lakukan penelitian berkat sebuah jurnal penelitian salah seorang dosen Universitas Cenderawasih.
Ternyata bukan membuat saya senang dan bahagia setelah menemukan dan membaca jurnal tersebut. Yang ada malah rasa sakit hati yang amat sangat. Karena wilayah tersebut oleh salah satu perusahaan swasta sudah diambil lokasinya untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit bernama PT Pusaka Agro Lestari (PAL) yang diijinkan beroperasi sejak beberapa tahun silam dengan wilayah konsesi sekitar 36.000 HA. Jika dihitung-hitung maka luasan wilayah konsesi perusahaan yang membukan lahan dengan status Hak Guna Usaha itu sebanding dengan hampir 66 kali luas daratan propinsi DKI Jakarta. Perkebunan yang berada di distrik Mimika Barat Kabupaten Mimika ini berada di pinggiran beberapa sungai yang berada dalam DAS Mimika.Â
Perlu kita ketahui pula,pada tahun 2014 lalu akibat dari pembukaan lahan tersebut akhirnya menyebabkan beberapa wilayah di bagian hilir kebanjiran. Padahal seumur hidup, masyarakat suku Kamoro di wilayah tersebut tidak pernah kebanjiran. Hal ini dikarenakan hulu sungai yang berada di areal PTPAL sudah terjadi deforestasi sehingga menyebabkan hilangnya daerah resapan air di sana. Sehingga kabupaten Mimika yang dikenal wilayah dengan curah hujan tinggi akhirnya muncul banjir. Sekitar kampung Mioko  dengan mengatasnamakan ekonomi.
http://tabloidjubi.com/16/2014/10/07/korban-banjir-di-mimika-tengah-butuh-bantuan/
Hal ini belum seberapa jika perusahaan ini melakukan pembukaan lahan lagi secara menyeluruh, jika terjadi maka distrik Mimika Barat khususnya wilayah Kokonao (ibu kota distrik Mimika Barat) yang berada di bagian hilir akan terjadi masalah besar berupa banjir. Tak Hanya Kokonao saja yang terancam namun juga ada 6 kampung lainnya yaitu Kampung Atapo, Kampung Kiyura, Kampung Mimika, Kampung Migiwia, Kampung Apuri dan Kampung Aparuka
Ada begitu banyak ceritamengenai Kokonao seperti beberapa link di bawah ini
www.kompasiana.com/hansprie/kokonao-kota-tua_
http://jus-otak.blogspot.co.id/2012/06/kokonao-lebih-tua-dari-timika.html
http://www.kompasiana.com/hansprie/kokonao-di-mana-itu_55103d44a33311c739ba7ff3
yang bisa pembaca simpulkan bahwa Kokonao, dstrik mimika Barat dan kabupaten Mimika sudah saatnya diselamatkan sebelum semuanya terlambat. Kokonao bukan hanya sekedar kampung biasa tapi Kokonao punya sejarah yangsangat erat, karena Kokonao ibarat kota tua. Kokonao merupakan pusatpendidikan pertama di jaman Belanda yang dirintis oleh para pastorBelanda, menjadi kota pemerintahan pertama sebelum adanya kotaTimika..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H