Mohon tunggu...
Andre Christian
Andre Christian Mohon Tunggu... -

Seorang programmer yang sudah bosan dengan programming dan saat ini menjadi kontributor food blog makankeliling.com dan admin akun Instagram.com/makankeliling

Selanjutnya

Tutup

Money

Cinderamata dan Komisi

4 Oktober 2013   19:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:59 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tujuan wisata di Indonesia dan dunia adalah Yogyakarta. Kota ini dikenal karena keramahan nya dan banyak nya obyek wisata yang berada di dalam kota, seperti hal nya kraton, taman sari, pusat kerajinan perak kota gede, makam raja-raja Imogiri, dll.

Belum lagi obyek wisata luar kota yang berada di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta seperti : Borobudur, Prambanan, Candi Boko, deretan pantai di Bantul sampai dengan Gunungkidul, Gua Kiskendo,dll.

Disamping pendapatan daerah dari sektor formal tersebut, ada beberapa pendapatan sektor informal yang bisa dihasilkan oleh pelaku wisata di Yogyakarta, salah satu yang paling tidak kentara adalah para pengantar wisatawan ke tempat-tempat penjualan cinderamata.

Para pelaku tersebut biasanya adalah tukang becak, sopir taksi, informasi hotel-hotel dan pemandu wisata lokal. Mereka-mereka inilah yang berpotensi mendapat kan penghasilan besar dari komisi-komisi toko cinderamata tersebut.

Biasanya yang menggunakan jasa mereka diantaranya adalah :


  • distro kaos khas jogja (asli maupun KW)
  • toko makanan khas (bakpia, geplak, dsb)
  • penjual perak di kota gede
  • toko-toko batik


Biasanya para pengantar minimal (jaman dahulu) mendapatkan es teh manis atau uang dengan nominal tertentu yang menurut mereka layak.

Penjual barang (dahulu) memang terkadang dirugikan karena pengunjung yang dibawa oleh pengantar hanya mengeluarkan uang dengan nominal yang lebih sedikit dari komisi yang diberikan kepada pengantar akan tetapi kerugian tersebut akan tertutup apabila ada pengunjung lain yang memang cocok dengan barang yang dijual dan membeli dalam jumlah besar untuk oleh-oleh.

Namun belakangan ini pengantar tidak lagi dibutuhkan karena (lagi-lagi) keberadaan teknologi canggih yang bernama smartphone dan internet. Dengan sebuah alat yang seukuran (minimal) 4" wisatawan sudah dapat mengetahui denah lokasi yang sebelum nya telah ditunjukan melalui peta di internet.

Tawaran dari pengantar untuk menuju tempat cinderamata baik makanan maupun fashion ditolak mentah-mentah dan meminta untuk diantar ke tujuan yang lebih spesifik.

Ketidakberdayaan pengantar untuk mengajak wisatawan ke tempat yang pengantar inginkan tidak mempengaruhi beberapa penjual cinderamata yang bersifat eksklusif (dalam artian di lokasi nya hanya menjual satu buah merk saja) sebagai contoh : Bakpia Kurnia Sari yang selalu menjadi idaman para pencinta bakpia.

Bakpia Kurnia Sari dikenal karena rasa keju dan susu nya yang khas, semenjak awal mereka tidak menerapkan kebijakan pemberian komisi bagi para pengantar. Bahkan para reseller yang berjualan di internet yang menjual dengan jumlah dos yang cukup besar tidak diberikan potongan. Walaupun pengabaian terhadap pengantar maupun reseller dilakukan tapi konsumen tetap mencari bahkan kalau dilihat yang di daerah Glagahsari yang berdatangan kebanyakan menggunakan mobil tidak becak maupun andong seperti yang di daerah pathuk.

Belum lagi bagi toko-toko yang sudah (minimal) menampilkan barang dagangan nya secara online lengkap dengan alamat dan denah lokasi (termasuk di dalamnya ada koordinat google maps dan kendaraan umum yang bisa digunakan).

Pengantar memang besar jasanya di masa lalu, saat dunia masih terasa begitu luas dan informasi masih menjadi kekayaan lokal daerah tersebut. Namun menurut hemat saya sudah saat nya bagi mereka untuk melihat berbagai kemungkinan lain dari mengantarkan tamu ke tempat-tempat yang mungkin sudah tidak diminati oleh wisatawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun