Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Penalaran Logis dari Kandasnya Suatu Hubungan

16 Maret 2022   13:56 Diperbarui: 23 Maret 2022   21:16 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua berpotensi mengalaminya, hanya prosesnya saja yang berbeda. Menaruh hati pada seseorang, tidak selamanya berujung baik. 

Apalagi menggantungkan kebahagiaan padanya. Namun, tidak terbuai juga sulit dilakukan. Cinta dan kasih memang selalu menjadi bagian hidup yang paling sulit dijelaskan secara struktural.

Proses ini awalnya tidak mengenakan. Hingga akhirnya, rasa marah, kecewa, dan sedih, sampai di tahap perenungan dan penerimaan. Inilah kumpulan penalaran logis dari sebuah perjalanan cinta dan kasih yang kandas.

Cintailah secukupnya, bukan seutuhnya

Menemukan sosok yang sejalan memanglah sebuah dambaan; tidak perlu repot mencari topik obrolan harian serta mendapat dukungan penuh atas apa yang dimimpikan. 

Didukung pernyataan sikap dan komunikasi baik akan sebuah arah hubungan yang jelas. Sayangnya, saya lupa untuk mawas dan memberi hak untuk mengapresiasi diri. 

Bahwa akan selalu ada tahapan pelarian, perbandingan, dan seleksi yang dilakukan oleh seseorang dalam hidupnya.

Konfirmasi itu diperlukan

Kasmaran, memang membuat siapa saja menjadi senang bukan kepalang. Seringkali kita abai dengan nasihat logis dari pihak luar, akibat terbuai dengan sikap dan beberapa ungkapan. 

Hingga tak jarang kita terjebak pada situasi membingungkan; friendzone, hubungan tanpa status, dan pertemanan eksklusif. Pertemanan lawan jenis agaknya memang menantang. Sulit rasanya menampik untuk nihil berharap---atau mendamba tujuan lain. Itulah kenapa, konfirmasi diperlukan. 

Saya melakukannya, setelah meruntuhkan rasa takut selama tiga tahun ini. Bertujuan untuk membuat lega di usia dua puluh delapan tahun ini. Sehingga, doa yang saya hanturkan kepada Tuhan tidak lagi berharap, tapi memaafkan.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Menghindari pengulangan

Saya anggap pengulangan seperti sebuah taruhan. Kemungkinan menangnya ada, tapi tipis sekali. Saya alpa pada bagian ini, hingga sering terjebak dengan pola hubungan yang sama---dan kembali kalah.

Terbuka dengan keluarga

Menjalani hubungan apapun konteksnya, rasanya perlu diceritakan. Dulu, saya pikir menyembunyikan persoalan pribadi pada keluarga akan berdampak baik. 

Padahal, merekalah yang akan mendukung dan mendampingi dengan setia jika segalanya tidak sesuai ekspektasi. Sekarang, saya menyesal karena hanya membagikan kisah hubungan yang kandas.

Mengapresiasi diri sendiri

Banyak energi yang tersita kala menjalani hubungan yang membingungkan. Hal itu membuat saya lupa, jika punya rancangan mimpi besar di dalam hidup, yang harusnya tidak terganggu sebelum atau setelah mengenal siapa-siapa. 

Mental Health bukan sebuah kesalahan

Sebagai manusia, kita tidak bisa memilih untuk mengatur daya juang. Trauma dan pembahasan masa lalu, terkadang bisa jadi pengganggu bagi lainnya. Namun, hal ini bukan sebuah kesalahan---jika kita mau sama-sama berjuang. 

***

Pada akhirnya, sebuah hubungan akan berhasil jika ada komunikasi dan kerja sama baik yang disepakati untuk saling merawat cinta. Mungkin saya belum memenuhi persyaratan itu. Sehingga, Tuhan memberikan alur hidup yang lain. 

Salah satu kutipan bilang kalau menghapus perasaan itu memang sulit, tapi lebih sulit menghapus kebiasaan. Seperti yang sudah-sudah, ada kata "jatuh" dalam proses jatuh cinta. Yang jelas, jika sendiri saja sudah bahagia---harusnya, berpasangan itu bisa double bahagia. 

Saya tidak tahu kenapa Tuhan menakdirkan saya mengenalnya. Apapun hasilnya, darinya-lah saya mendapat banyak sudut pandang lain tentang dunia. Thank you Re! You're so cool 

Renita

Sebuah Refleksi, 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun