Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Chapter 1: Sumba, Stunting, dan Makna Empati

5 Juni 2021   23:25 Diperbarui: 5 Juni 2021   23:30 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata, PMT yang saya pikir program "sepele", nyatanya bisa membantu isu serius yang dihadapi NTT. Apakah semua berhasil? Tentu tidak, suster mengatakan bahwa pandemi juga menghambat pergerakan PMT.

Pembatasan kelompok, membuat anak-anak kadang tidak hadir pada saat jadwal PMT, sehingga terjadi lost controll dalam perkembangan report tumbuh kembang anak. Sementara, SDM guru yang bertugas untuk berkunjung amat terbatas dan jarak rumah anak dengan PAUD sangatlah jauh.

dokpri
dokpri
Pesona alam, eksotis, dan seksinya publikasi Sumba dalam hal pariwisata membuat beberapa hal penting lepas dari pandangan. Sebut saja Nihi Sumba, sebuah resor eksklusif mewah di NTT yang diburu para pelancong dan publik figur, lebih sering terdengar dibanding soal stunting. Apalagi soal kekerasan seksual atau tradisi Kawin Tangkap? Untung saja ada Dian Purnomo yang menyuarakan dalam novelnya "Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam". Dalam hal ini, saya mendapati kisah seorang anak kelas 5 SD yang dihamili oleh ayahnya sendiri di daerah Kodi. Mirisnya, anak ini tetap membela ayahnya karena menganggap aktivitas "mencium, memeluk, bahkan bersetubuh" merupakan ungkapan rasa sayang. Ia menganggap itu adalah sebuah rutinitas wajar antara ayah dan anak. Itulah sebab, saya ingin sekali membuat karya: buku atau video tentang pendidikan karakter yang bisa menjadi media pembelajaran tapi mudah dipahami bagi siapapun khususnya usia remaja. Sumba selalu mengajarkan saya soal empati. Tidak hanya soal ekonomi, tapi juga bagaimana memanusiakan manusia dengan menggunakan hati.

Renita
Sumba, 2021

NB:
Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi selama perjalanan saya selama pandemi. Jika ada beberapa misinformasi, silakan bantu koreksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun