Mohon tunggu...
Putri Dita
Putri Dita Mohon Tunggu... Freelancer - Fulltime jobseeker | Parttime Writter

Sedang Writer's block

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Soft Power dalam Kehidupan

28 Juli 2021   16:35 Diperbarui: 28 Juli 2021   16:40 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menjalani kehidupan pastinya kita sangat kenal dengan yang namanya bersosialisasi dan berkomunikasi guna untuk bertukar pikiran, mengenal satu sama lain, dan saling memahami. Begitu pula ketika kita terjun dalam dunia kerja. Bersosialisasi dan komunikasi adalah kunci utama agar pekerjaan yang kita jalankan terasa lebih mudah. Dunia kerja itu keras, itu yang sering dikatakan oleh orang banyak. Namun, apakah untuk bisa bertahan di dunia kerja yang keras tersebut kita juga harus menjadi pribadi yang keras ?

Tentu saja tidak, kita gak perlu merubah diri kita sendiri hanya untuk bertahan dan diterima dilingkungan kerja. Salah satu contohnya, gue yang notabane nya seorang introvert dan selalu memilih zona aman gak harus merubah diri gue menjadi seorang yang cerewat dekat dengan orang sana sini hanya agar mendapat tempat. Cukup menjadi diri sendiri dengan baik saja atau gunakan lah soft power lu.

Apa sih soft power itu ? menurut Joseph Nye, soft power adalah kekuatan menarik orang lain dengan kekuatan kecerdasan emosional, seperti menjalin hubungan atau ikatan yang erat melalui pesona, komunikasi persuasif, ketertarikan ideologis ke depan, dan pengaruh budaya, sehingga mempengaruhi orang lain.

Contoh nyata, soft power digunakan oleh banyak negara untuk menunjukan bahwa negara tersebut ada dan berhak memiliki tempat dimata dunia tanpa dengan adanya peperangan atau kekacauan. Mari kita sebut saja India, mereka berhasil menarik perhatian dunia lewat industri Bollywood nya yang sudah terkenal dimana mana. Begitu juga Korea dengan korean wave nya.

Contoh yang lebih dekat lagi dengan kehidupan kita adalah seorang pemimpin wanita yang selalu dipandang sebelah mata karena banyak orang menganggap laki-laki lah yang lebih pantas menjadi pemimpin karena sifatnya yang "keras" dan "tegas". Padahal, seorang pemimpin wanita bisa menggunakan soft power yang mereka miliki untuk membuat orang-orang disekitarnya menghormatinnya bukan karena "kerasnya".

Intinya untuk diterima di lingkungan sekitar gak perlu kita yang namanya sampai merubah jati diri atau memberikan kesan power yang terlalu menggebu gebu. Power gak selalu tentang kekerasan atau kekuatan. Just be your self.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun