Mohon tunggu...
Ken Zaaksinta
Ken Zaaksinta Mohon Tunggu... -

aku mengagumi filosofi cicak yang menempel di dinding. menjaga manusia ketika tidur, walaupun keberadaannya terkadang tak dihiraukan. aku suka cicak.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mainan dari Tanah Liat Tergusur Mainan Modern

4 Januari 2014   11:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MAINAN DARI TANAH LIAT TERGUSUR MAINAN MODERN

(Pasar Malam Sekaten 2014 : Dari Mainan Modern sampai Mainan Tradisional)



Mainan yang terbuat dari tanah liat yang dijual di Pasar Malam Sekaten Surakarta

SURAKARTA- Pasar Malam Sekaten diselenggarakan dari tanggal 20 Desember 2013- 18 Januari 2014 bertempat di alon-alon utara Keraton Kasunanan Surakarta. Acara tersebut merupakan rangkaian dari ritual Grebeg Maulud keraton yang digelar setiap tahun untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Nama sekaten berasal dari kata syahadatain atau kalimat syahadat yang harus diucapkan seseorang ketika masuk agama Islam. Kata sekaten dikaitkan pula dengan nama gamelan buatan Sunan Kalijaga, yaitu Kyai Sekati.

Di pasar malam tersebut biasa dijumpai lapak-lapak pedagang. Berbagai macam wahana permainan dapat ditemui di pasar malam sekaten diantaranya perahu othok-othok, gasing, atraksi tong setan, rumah hantu, drummolen, dan ombak banyu  masih menjadi andalan bagi pengunjung.  Di Pasar malam tersebut juga dapat ditemui berbagai makanan khas sekaten seperti arum manis, brondong jagung, jenang dodol, serabi, dan kerak telur. Pada malam hari khususnya, ribuan orang memadati pasar malam tersebut dan mendatangi lapak demi lapak yang ada. Inilah pesta rakyat keraton yang telah ada sejak masa Kerajaan Demak, ratusan tahun lalu.

Selain berbagai wahana permainan anak, di pasar malam tersebut banyak terdapat penjual yang menjajakan berbagai macam mainan. Ada mainan tradisional yang berasal dari tanah liat dan ada maina modern yang terbuat dari bahan plastik atau karet. Penjual mainan dari tanah liat berada di bagian barat alon-alon dengan berjajar menyesuaikan tempat yang telah disediakan. Para pedagang tersebut menjual berbagai macam bentuk celengan dari ukuran besar hingga kecil. Satu hal yang menarik dari beberapa mainan yang dijual adalah mainan dari tanah liat yang dibentuk menyerupai peralatan masak. Ukurannya disesuaikan dengan mainan anak pada umumnya dengan diberi sentuhan warna cerah untuk menarik perhatian. Hatga satu set mainan itu berkisar antara Rp 10.000,00. Pengunjung sudah mendapatkan sepuluh buah bentuk alat masak dari mainan yang terbuat dari tanah liat tersebut. Namun, keberadaan mainan tersebut telah tergeser oleh keberadaan mainan modern yang berbahan plastik atau karet.

Namun, hadirnya mainan modern seperti peralatan masak dari palstik, mobil-mobilan, tembak air, dan permainan berbahan plastik lainnya membuat pedagang mainan tradisional resah. Pasalnya hasil penjualan mereka mengalami sedikit penurunan dengan hadirnya mainan modern. “Penjualan mainan ini agak turun mbak, lha wong ada mainan yang dari plastik itu. Jadi ya agakk seret penghasilannya.” Ujar Marjo saat ditemui Selasa (2/1), sedang menjajakan dagangannya. Marjo mengaku omsetnya turun dibandingkan pasar sekaten tahun lalu

“Saya lebih suka beli mainan dari tanah liat ini untuk anak saya. Disamping harganya terjangkau, warnanya dan bentuknya lucu daripada mainan yang lain.” ujar Ibu Reni. Salah satu pengunjung yang datang bersama suami dan anaknya. Mainan tradisional memang banyak ditemui di pasar malam sekaten, tetapi keberadaannya harus rela tergeser oleh merebaknya mainan yang lebih modern. Namun demikian, masih dapat ditemui orang tua yang masih setia dengan mainan tradisional tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun