Mohon tunggu...
- -
- - Mohon Tunggu... lainnya -

-

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kompetisi Abal-Abal ala Kompas #orangedotterz

12 Juni 2012   05:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duh. Saya merasa tertipu ikut kompetisi dotter kompas, sehingga saya menyebutkannya kompetisi abal-abal (palsu). Kompetisi dotter adalah kompetisi yang ditujukan untuk umum bagi warga negara indonesia apapun profesinya, intinya adalah mencari poin dengan menjelajahi artikel-artikel kompas pada tanggal 29 - 4 Juni 2012. Peserta dengan minimal poin 100 berpeluang menjadi pemenang, namun "diiming-iming" bagi peserta yang lebih dahulu mendapat poin tertinggi akan menjadi pemenang. Saya tertarik dan serius mengikuti kompetisi tersebut mengingat saya punya impian mendapatkan satu barang sebagai modal presentasi ujian saya. Tiga hari tiga malam menjelajahi index artikel kompas, melelahkan, memusingkan. Saya tidak melakukan suatu intrik kecurangan, semua murni dengan menjelajah sehingga mendapat poin 326. Saya sempat melihat seseorang yang sekarang menjadi juara pertama kompetisi ini memiliki poin terakhir 328 pada saat penutupan kompetisi. Apa lajur, nama saya tidak ada dalam daftar pemenang bahkan kaos pun tak dapat, sesuatu yang sangat tidak logis jika melihat poin yang saya dapat. Mungkinkah saya didiskualifikasi karena saya mengaku sebagai praktisi IT? Sungguh lucu kalau pertimbangannya demikian, apakah panitia tidak melihat log dari masing-masing peserta sehingga bisa dibedakan mana yang curang dan mana yang benar-benar mencari? Baiklah. Saya hanya menuangkan sebuah rasa ketidakadilan ini, karena "tertipu" dengan kompetisi yang tidak menghargai prestasi dan kerja keras secara adil. Lain cerita, beberapa hari lalu, teman saya yang lain pernah mengikuti proses penerimaan menjadi seorang psikolog di rumah sakit akademik. Dia lulus sampai tahap wawancara, dan anehnya yang diterima adalah orang yang lebih dahulu sudah bekerja di sana. Oh. Ternyata itu hanya sebuah proses abal-abal, hanya sebuah proses melegalkan prosedur untuk mengangkat orang-orang yang sudah bekerja di sana menjadi PNS (pegawai negeri sipil). Kerja keras teman saya pun tidak berbuah apapun selain rasa ketidakadilan dan merasa tertipu. Tidak heran, karena hal-hal seperti ini sudah terbiasa terjadi di negeri ini. Dalam kompetisi ini pun, saya merasakan hal yang sama, ketika prestasi dan kerja keras ditiadakan begitu saja, tanpa proses yang transparan. Selamat bagi para pemenang, mereka adalah orang beruntung meski beberapa tidak merasakan proses yang melelahkan dan memusingkan. Selamat jalan kompetisi abal-abal, kompetisi yang sukses membuang waktu produktif saya ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun