Remah-remah jatuh dari meja tuan menyatu dengan debu yang hampir tiadaÂ
sedikitpun, di pelupuk mata nampak mempesona.Â
Aku memberinya nama ruang nadi,
kehidupan dalam kemanusiaan yang kadang sia-sia dan kehilangan makna pada setiap tamak,
dan rakus yang merampas bela rasa. Hingga hari-hari nampak bagai belenggu yang mamasung jiwa hingga titik nadir.Â
Aku memberinya nama ruang nadi agar kelak darah mengalir kembali,
hidupkan kasih dan kemanusiaan pada jiwa-jiwa yang berkaca hanya pada pusarnya sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H