Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Shell V-Power, Obat Galau Para Traveler

27 April 2019   09:48 Diperbarui: 27 April 2019   10:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit terlihat masih gelap meski jam sudah menunjukan pukul enam pagi. Setelah berdandan sekedarnya, motor segera kunyalakan dan kupacu. Motor kesayangan yang kubawa dari kampung halaman, teman sejati kemanapun aku pergi. 

Bahan bakar terlihat full saat kulirik indakator bahan bakar. Sejam lagi harus sampai Surabaya untuk menghadiri sebuah pelatihan. Ketika sampai di perbatasan kota, tampak kendaran seperti ular. Memanjang seperti mengantri. 

Dan ach, ternyata yang kukhawatirkan terjadi. Sisa hujan semalam belum hilang. Banjir. Dan jalan tidak bisa dilewati, akhirnya akupun segera memutar arah. Mencari jalan yang tidak terkena banjir. Tapi memang lagi kurang beruntung, semua jalan yang kutemui buntu oleh banjir. Serasa berjuang mendapatkan kekasih, perjalanan mencari jalan tembus kulewati dengan menguras emosi, karena tidak juga mendapatkan jalan.

Setelah hampir sejam, akhirnya aku mendapatkan jalan tembus, tapi harus dengan menepuk dahi, karena ternyata jalan yang kulalui sama saja dengan jalan pulang. Dan yang bikin miris, indicator bahan bakar yang ada menunjukan lima puluh persen telah berkurang. Whaat? Belum sampai sudah mau habis ini bahan bakar. Karena terburu, akupun melaju secepatnya menuju Surabaya.

Hampir sampai di hotel yang dituju, indicator menunjukan menunjukan limit terbawah. Sedang SPBU terdekat sudah terlewat. "Bisa-bisa nuntun nich," batinku.  Dada kurasa nyaplong, saat aku sudah masuk tempat parkir hotel. Akupun bergegas menuju ruang registrasi dan mengikuti pelatihan meskipun telat beberapa  jam.

Pelatihan berjalan dengan santai sampai sore hari.  Kebetulan aku mendapatkan teman satu kamar dari Jakarta.  Randy namanya. Setelah berkenalan, akhirnya kami berbincang ringan, termasuk perjalanan ku menuju hotel. 

Dia pun tertawa kecil, menertawakan perjuanganku. Akupun ikut tertawa, karena rasanya aku memang konyol, kenapa tidak mau ikuti berita yang sebenarnya susaha ku dengar sejak malam sebelum keberangkatan.

Langit terlihat masih gelap meski jam sudah menunjukan pukul enam pagi. Setelah berdandan sekedarnya, motor segera kunyalakan dan kupacu. Motor kesayangan yang kubawa dari kampung halaman, teman sejati kemanapun aku pergi. Bahan bakar terlihat full saat kulirik indakator bahan bakar. Sejam lagi harus sampai Surabaya untuk menghadiri sebuah pelatihan. 

Ketika sampai di perbatasan kota, tampak kendaran seperti ular. Memanjang seperti mengantri. Dan ach, ternyata yang kukhawatirkan terjadi. Sisa hujan semalam belum hilang. Banjir. Dan jalan tidak bisa dilewati, akhirnya akupun segera memutar arah. Mencari jalan yang tidak terkena banjir. 

Tapi memang lagi kurang beruntung, semua jalan yang kutemui buntu oleh banjir. Serasa berjuang mendapatkan kekasih, perjalanan mencari jalan tembus kulewati dengan menguras emosi, karena tidak juga mendapatkan jalan.

Setelah hampir sejam, akhirnya aku mendapatkan jalan tembus, tapi harus dengan menepuk dahi, karena ternyata jalan yang kulalui sama saja dengan jalan pulang. Dan yang bikin miris, indicator bahan bakar yang ada menunjukan lima puluh persen telah berkurang. Whaat? Belum sampai sudah mau habis ini bahan bakar. Karena terburu, akupun melaju secepatnya menuju Surabaya.

Hampir sampai di hotel yang dituju, indicator menunjukan menunjukan limit terbawah. Sedang SPBU terdekat sudah terlewat. "Bisa-bisa nuntun nich," batinku.  Dada kurasa nyaplong, saat aku sudah masuk tempat parkir hotel. Akupun bergegas menuju ruang registrasi dan mengikuti pelatihan meskipun telat beberapa  jam.

Pelatihan berjalan dengan santai sampai sore hari.  Kebetulan aku mendapatkan teman satu kamar dari Jakarta.  Randy namanya. Setelah berkenalan, akhirnya kami berbincang ringan, termasuk perjalanan ku menuju hotel. 

Dia pun tertawa kecil, menertawakan perjuanganku. Akupun ikut tertawa, karena rasanya aku memang konyol, kenapa tidak mau ikuti berita yang sebenarnya susaha ku dengar sejak malam sebelum keberangkatan.

" Hey kenapa tidak pake Shell V Power aja? " kata Randy

" Kelebihannya apa ya?" Rasa Penasaranku mulai tumbuh.

"Tadi kamu khan cerita, jalan dari rumah, bahan bakar full eh, sampai sini udah mau habis, artinya apa? Artinya kamu boros bahan bakar.  Ini baru berapa puluh kilo, bahan bakar di motor kamu udah mau habis. Untung udah sampai hotel, kalau belum, bisa ndorong dech sampai sini.. Hahaha..." Randy tertawa. Randypun banyak bercerita tentang Shell V Power.

Ehm, ternyata di dalam cairan bahan bakarnya ada juga teknologi yang keren gini. Jika begitu memang akan lebih nyaman memakai Shell V-Power, karena tidak akan khawatir cepat kehabisan bahan bakar. Memakai Shell V-Power tentu tidak perlu was was lagi karena bahan bakar yang ada akan lebih awet. Selain itu malah mesin kendaraan lebih terjaga perfomanya. 

JIka sewaktu waktu akan pergi jauh, traveling memburu eksotisnya alam ataupun berkunjung ke saudara atau teman akan semakin percaya diri, karena kendaraan selalu dalam perfoma yang ok.

"Ok, setelah ini aku akan pake Shell V-Power," batinku..[GCCS1]   Aku segera teringat, kemarin saat  melewati daerah Waru, ada SPBU Shell.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun