Mendengar sate klatak, awalnya bikin dahi melipat dan berkerut. Sate kayak apa pula itu? Tapi cueklah, apapun namanya...sate is sate. Makanan yg tentunya bikin lidah bergoyang.. Begitulah yang saya pikir saat ada ajakan nyate klatak. Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan.
Berpegang GPS (Gunakan Pertemanan Selalu.). hehe saya bertanya via WA dan seseorang yang di pinggir jalan. Kebetulan hape saya limit baterai. Sehingga eman kalau untuk GPS. apalagi powerbank belum sempat chas semalam. Ternyata tempatnya tidak ribet. Beralamatkan di Jalan Gambir Karangasem Baru Gang Seruni no. 7 Deresan Yogyakarta. .Â
Meluncur dari Purworejo saya yang tadinya tidak faham melewati ringroad utara. Sampai Perempatan Kentungan semestinya belok kanan, ikuti jalan Kaliurang, yang kemudian belok kiri. Tapi karena tahunya jalan Gejayan, saya ternyata malah memutar. Sebisa mungkin saya datang tepat waktu Ternyata di sana sudah banyak sahabat yg sudah lebih dulu datang. Pak Ang Tek Khun, mbak Vika, Mbak Riana, Mas Hendra, mbak Niken dan suaminya mas Dimas dan beberapa sahabat yang lain.
Suasana asyik langsung menyapa. Meskipun istilahnya warung, tapi lebih berkonsep cafe. Pilihan properti yang ada serta pernik pernik yang menhiasi ruangan menciptakan suasana santai. Menurut mas To sebagai owner, tempat yg ada memang sengaja dibuat instagramable. Tentu akan ok saat dibuat foto foto narsis di instagram. Saya pun mulai menyapu ruangan dengan mata saya. Ada yang baru pertama kali saya lihat. Ada sebuah kantong di setiap meja makan. Saya kira tadinya sekedar hiasan.
 Ternyata isinya buku. Di setiap meja, berbeda judul. Saat sekilas melihat isi dan judulnya, buku yang ada, merupakan buku yang berkualitas. Sebuah terobosan yg unik. Dari penyampaian mas To, ternyata itu salah satu trik untuk berbagi kebaikan kepada sesama. Tanpa harus memberi petuah blabla. Cukup dengan menyediakan buku, pengunjung yg berminat membaca buku akan mendapatkan pencerahan. Jika dalam agama islam, niat baik mas To adalah bagian dari dakwah. Menyebarkan kebaikan, Yah, salut buat mas To.
Mas To sebagai owner Nglatak, menghadirkan kuliner sate klatak awalnya karena hobi. Hobi makan sate klatak. Nama tempatnya pun dibuat dengan istilah yang familiar. Sebagai orang jawa seringkali melakukan aktifitas dinisbatkan pada obyek. Semisal mau minum jahe, lebih mudahnya menyebut dalam kata kerja dengan istilah Njahe.Â
Demikian juga Nglatak, bisa dibilang sebagai sebuah istilah kegiatan makan sate klatak. Konsep hadirnya Nglatak ini tidak lepas dari semangat kepedulian akan lingkungan atau daerah sekitar. Terbukti bahwa semua bahan yang diperlukan berasal dari sumber daya daerah yang tidak jauh dari Warung Nglatak. Selain itu ada bentuk kepedulian terhadap kambing sebagai bahan dasar sate. Bila biasanya orang menjual sate dengan kambing muda betina. Mas To berani dan jelas mengambil kambing yang sudah afkir.
Apa tidak takut kalah bersaing? Mas To dengan yakin, mempersilahkan untuk mencoba sate klatak yang disajikan. Ada tips rahasia yang menjadikan sate klataknyayummy di lidah. Tidak kalah dengan sate kambing muda. Nah, bisa dibayangkan bagaimana pribadi seorang mas To. Angkat jempol deh.
Menu Unik Nglatak.
Setelah beberapa saat menikmati ruangan yang nyaman di mata dan hati, datanglah yang kami nanti. Suguhan spesial dari Nglatak. Ketika kita ingin bersantai di Nglatak, ada menu pembuka yaitu