Ku bertanya pada jarum jam, kapan jeda akan bertanda titik?
Sedang langit juga tak ingin mentari berjalan lambat.
Aku tak mengenal musim, katamu waktu itu sambil tersenyum.
Ada mawar yang tumbuh di bibir. Berkelopak kemboja.
Maukah engkau minum segelas berdua?Â
Di dalam ada segelas susu bercampur setetes darah kita, tanyamu di suatu senja.
Akupun berganti meneguk isi gelas
Dan kita sama sama tertegun dan tersenyum.
Derit jarum jam yang berkaratÂ
Menumpukkan kerinduan yang sekarat.
Biarkan jeda mencipta kisahnya dan kita bisa membaca bersama.
Bersabarlah....katamu waktu itu.
Sayap kecilmu pun mengepak
Lemah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!