Pintu kamar tertutup. Agak remang. Tapi dalam keremangan itu dapat ku lihat sekelebat putih di tempat tidur. Ahh, ingin segera ku memeluknya. Meskipun masih tanpa lampu menyala, segera ku lepas baju dan sepatuku, sehingga hanya mengenakan pakaian dalam. Aku segera memasukkan kartu, sebentar, pada tempat kartu yang ada di dinding dekat pintu. Lampu menyala. Semakin jelas ku lihat apa yang ada di atas tempat tidur. Rupanya kamar ini Express Room, jadi bed nya ada dua. Di keduanya tampak sesuatu yang membuatku ingin segera menghamburkan tubuh dan memeluknya. Tapi bingung juga. Mau pilih yang mana ?
*****
Terik matahari sangat terasa saat ku hentikan motor di sekitar dekat Bunderan UGM. Kepalaku memutar hampir 180 derajat mencari seorang perempuan. Tapi tak ada tanda dari perempuan yang ku maksud. Ku buka hape kembali, memastikan di mana lokasi pertemuan. Ahh, ternyata aku keliru. Aku harus bergerak lagi ke selatan. Sampai lampu merah, dan belok ke kiri. Di situ banyak kios menjual figura beserta lukisannya.
“Sebentar aku sedang OTW.” Sebuah pesan masuk. Aku hanya menggigit bibir. Sambil menunggu, aku tekan nomer Mbak Selsa, seorang penyair dari Temanggung lalu mengirimkan sebuah pesan pendek.
“Mbak, sudah di lokasi?”
“Masih OTW, lokasinya di dekat Amplaz, ya Mas,” Pesan pendek dari Mbak Selsa.
Aku mengernyitkan dahi. Dalam hati bertanya, apa aku salah melihat Google Maps? Tapi sudahlah, Mbak Selsa tentu lebih tahu. Dan untung saja aku SMS Mbak Selsa. Sehingga tidak tersesat. Ku kira lokasi pertemuan di jalan menuju arah Bantul.
Sambil menunggu perempuan yang sudah janji bertemu, aku memesan es teh dan ngemil sebuah gorengan di warung angkringan pinggir jalan. Ah, jam sudah hampir jam satu. Seperti kesepakatan awalnya, jam satu mesti sudah sampai di lokasi, Hotel Allstay
“Mas, aku sudah sampai. Ada orang gila di belakangku.” Sebuah pesan masuk.
Aku celingukan, mencari orang gila sebagai pertanda bahwa perempuan itulah, perempuan yang telah berjanji via online. Tidak ada. Aku kemudian berjalan pelan, memasuki area kampus. Tampak seorang perempuan di atas sebuah motor matik. Di sampingnya tampak sosok dekil tidak terawat. Mungkin itulah orang gilanya. Sempat juga ku berpikir, kenapa juga dia nunggu bareng orang gila. Hehehe.. Aku hanya senyum sendiri. Membayangkan beberapa imajiansi. Akupun mendekati. Dia tampak memandang ke arahku, seakan memastikan sesuatu.
“Mbak Yatmi?” kataku memastikan. Ia tersenyum.
“Iya. Yuk kita langsung saja. ” Sambil melihat jam tangan di tangan kirinya. “ Masih ada waktu untuk mencari lokasinya”
“Kata mbak Selsa, di sekitar Amplaz.”
“Iya.”
“Ya udah, Mbake saja yang di depan, Aku tidak hapal daerah jalan.”
Setelah beberapa saat menyusuri jalan tikus, akhirnya sampailah kami. Hotel Allstay, yang berdiri megah. Kami menghentikan motor kami. Tampak banyak mobil parkir. Tidak ada motor terlihat parkir. Untuk memastikan ini hotel yang dimaksud atau bukan, juga apakah mbak Selsa sudah sampai apa belum, aku telpon .
“Mbak sudah di tempat?”
“Iya sudah ni, Aku di ruang lobi.”
“Ok, aku ke sana , mbak.”
Aku pun menutup telpon dan berkata pada mbak Yatmi,
“Mbak Selsa sudah di dalam, ayuk kita masuk saja.”
Kamipun perlahan masuk ke area parkir. Ternyata telah banyak motor di balik mobil mobil yang parkir. Aku terlambat, batinku. Akupun turun. Ku lihat Mbak Yatmi, seperti malu malu dan ragu turun dari motornya. Setelah merapikan diri. Kami pun masuk.
Saat pertama kali masuk, aku berkata dalam hati, Keren.. lobinya sangat terlihat berkelas. Apalagi dengan furniture yang bernilai seni berpadu dengan dekorasi yang artistik. Lampu berwarna kuning kemerahan menambah eksotis lobi Hotel Allstay ini. Tampak olehku ada beberapa orang berkelompok. Kelompok pertama, tepat di depan resepsionis. Sekumpulan muda mudi. Tampak sebagian memandang ke arah kami. Apakah mereka sebagian dari orang orang yang berjanji bertemu di sini? Entahlah. Karena orang yang ku kenal dalam janji ketemu di sini hanyalah Mbak Selsa. Aku melayangkan pandangan ke arah kanan. Agak ke sudut tampak tiga orang. Dua perempuan dan satu laki-laki. Selanjutnya ada sepasang muda sedang berbicara dengan asyik. Akupun memberi kode pada mbak Yatmi yang masih malu malu untuk menuju arah tiga orang yang sedang bercengkrama. Hampir setahun tidak bertemu dengan Mbak Selsa, membuatku pangling. Ternyata teori semakin lama, orang semakin tua, terkadang tidak berlaku. Nyatanya aku melihat, mbak Selsa terlihat lebih fresh dan lebih cantik dari pertemuan dulu. Hehehe..
Mbak Selsa yang melihatku segera tersenyum. Kemudian memperkenalkan diriku pada lelaki di dekatnya.
“Mas, ini teman saya, sesama kompasianer juga, Mas Ken, kata Mbak Selsa.
“Saya Danu, dari Hotel Allstay,” kata lelaki ganteng itu menjabat tanganku hangat.
“Ken..” jawabku memperkenalkan diri yang kemudian . Setelah saling berkenalan semua. Perempuan yang berhijab di sebelah mbak Selsa bernama mbak Septy, dari Wates. Mbak Selsapun kembali melanjutkan pembicaraan dengan Mas Danu, Sales Eksekutif Allstay Hptel. Kami yang lainnya menyimak dan sesekali mengiyakan apa yang dibilang mbak Selsa.
Mas Danu, seorang yang ramah dan luwes dan komunikatif. Sangat menyenangkan. Enak mendengar dia bercerita. Jam telah menunjukan hampir sekitar jam setengah dua siang. Karena ada yang belum hadir, kami memutuskan menunggu teman kompasianer lainnya. Dan ditawarkan oleh Mas Danu untuk menunggu di restoran saja. Kamipun mengiyakan. Sambil minum minum rasanya lebih enak dalam mengobrol.
Akupun ikut beranjak. Mata ini masih merasa sayang meninggalkan ruang lobi ini. Keindahan dekorasinya benar benar membuat betah. Dengan langkah santai kami berjalan menuju restoran sambil terus mendengar penjelasan mas Danu tentang Hotel Allstay.
Hotel yang tergabung dari dalam City One Hotels Group ini, terbilang baru. Hotel yang mengusung Art Desain ini, sangat memperhatikan keindahan dekorasi yang ada di dalam hotel ini. Menyajikan dan memanjakan para tamu dengan keindahan dalam pandangan. Hal tersebut tentu saja sangat penting bagi kenyamanan tamu yang datang. Aku sendiri merasa betah. Dengan kamar berjumlah sekitar 80-an Allstay menawarkan 4 kelas kamar. Dalam perjalanan menuju restoran, kami menyusuri pintu kamar di kanan kiri kami. Kata Mas Danu, Kamar-kamar tersusun berbaris memanjang, karena menyesuaikan dengan lahan dan aturan yang ada. Allstay Hotel sendiri mempunyai tiga lantai.
Sampai di ujung, kami memasuki restoran. Kami disambut seorang pegawai cantik.“Selamat datang Mas, Mbak. “ Sapanya penuh senyum.
“Ini dari Kompasiana.” Kata mas Danu. Ada dua gadis pegawai hotel yang aku lihat. Karena kami datang dengan mas Danu, mas Danulah yang mempersilahkan kami ke tempat yang sudah disediakan. Berhubung teman kompasianer yang datang belum lengkap, kami pun putuskan untuk duduk di sudut ruangan yang kebetulan bertempat duduk sofa warna merah. Tidak lama setelah kami duduk, duduk seorang pegawai yang kemudian ku tahu bernama Mbak Anna Marianna, menanyakan minuman apa yang kami inginkan. Dan dengan cekatan dan ramah, mbak cantik itupun sudah menyajikan minuman di meja kami.
Kami pun ngobrol ngobrol ringan tentang hotel Allstay. Sambil menyimak, aku menikmati ruang restoran. Memang benar kata mas Danu, konsep Art Desainnya menyentuh hati. Dengan meja kursi yang terlihat minimalis, sangat pas dengan ruangan yang di tertata apik. Dari tempat kami duduk, kamipun bisa melihat ruang dapur . Tampak Mbak Anna Marianna selalu siap menghantarkan makanan ataupun minuman. Dari tempatku duduk, pas lurus menuju ruang lobi di depan. Di tengah ruangan terdapat semacam lemari bufet yang di situ terdapat aneka makanan.. Lengkap dengan sendok piringnya. Para tamu yang ingin makan bisa mengambil sendiri apa saja yang dikehendaki saat waktu sarapan tiba.
Waktu semakin beranjak sore. Ketika datang Chef Ari di tengah kami. Banyak yang Chef Ari ceritakan pada kami. Di hampir penghujung kami berbincang dengan sang Chef,datang Mbak Wawa. Salah satu admin Kompasiana yang jauh jauh dari Jakarta, demi ikut ke acara para Kompasianer Jogja. Karena suatu hal, sebelumnya Mbak Wawa konfirmasi akan datang belakangan. Setelah dirasa kami semua sudah jelas dengan penjelasan Chef Ari tentang menu menu spesial Allstay Hotel, kami berlimapun kemudian memutuskan untuk makan siang, Aku katakan makan siang, karena kami yang datang memang belum makan siang dan Hotel Allstay pun telah menyiapkan sajian makan siang tersebut.
Dengan ramah dam luwes, mas Danu membantu menuangkan sebuah minuman khas Hotel Allstay. Es Tea Kendi. Sebuah minuman yang tidak ada di tempat lain. Dalam penjelasan sebelumnya oleh Chef Ari, dikatakan bahwa dengan minuman tersebut, Allstay menawarkan sebuah sensasi tersendiri. Teh yang diracik dengan formula khusus Chef Ari. Dan kamipun meneguk minuan tersebut dengan sebuah cangkir dari tanah liat. Dan rasanya… ehmm..sensasional nikmatnya. Akupun menuangkan beberapa kali ke cangkirku. Tak perlu khawatir yang lain tidak kebagian, karena dalam satu kendi bisa untuk beberapa orang.
Dalam kesempatan ini kami sangat beruntung karena kami dilayani dan ditemani oleh Mas Danu yang ganteng dan Mbak Anna Marianna yang cantk. Yang yang paling menyenangkan adalah mereka sangat ramah disertai dengan senyum yang tulus. Serta bisa ketemu langsung dengan Chef Ari.
Selain Es Tea Kendi kami juga disuguhi Picasso Frozen D'light. Apa itu? Orange Juice, Vanila es cream dan Single Espresso yang diblend sedemikian rupa ditambah beberapa bahan spesial. Dari penampilannya begitu menggiurkan. apalagi saat dinikmati. Jangan tanya deh. Pokoknya hanya ada di Allstay Hotel Yogya.
Untuk makanan kami diberi sajian 3 Menu. Yang pertama, Sate Kempit. Whats That?!! Bagi yang paham bahasa jawa pasti, TUINGG.. seperti ada tanda pentung kepala. Kempit dalam bahasa jawa, artinya Menjepit. Jadi Sate Kempit dalam bahasa Indonesia artinya Sate Menjepit. Awalnya kami penasaran. Mas Danu waktu ngobrol ngobrol tersenyum kecil dengan sedikit memberi penjelasan. Dan Penjelasan yang lebih jelas saat datang Chef Ari yang dengan ramah dan telatennya menjelaskan menu menu yang ada di hotel Allstay. Sate Kempit bahan dasarnya adalah fillet ayam yang diolah dengan pembakaran dua kali sehingga bumbu-bumbu spesialnya pun lebih meresap ke dalam. Dengan penyajian yang cukup "nakal". Lima tusuk sate di letakkan antara dua buah gunung yang terbuat dari nasi putih ysng di tengah atasnya dikasih sesuatu. Ehmm... Apa yang terpikir? Hehe... Dan saat kami mencobanya, Uhmm… Apalagi dengan sambalnya. Kapan kapan aku mau datang lagi dan pesen beberapa porsi untuk aku sendiri. Hehehe..
Selanjutnya ada Menu spesial, yang benar benar special, karena kami termasuk yang pertama kali merasakanya. Menu promosi yang dijadwalkan untuk promosi bulan Desember yaitu menu Sensasional Allstay Grill Beef Oxtail. Sebuah menu perpaduan dari Western Food dan Asian Food
Pada dasarnya aku termasuk orang yang tidak suka dengan bahan dasar oxtail Tapi melihat tampilannya, aku penasaran. Ku ambil beberapa potong. Lalu kupotong lagi dengan pisau. Empuk sekali. Dan ketika ku makan. Tidak seperti yang ku bayangkan. I Like !
Menu yang ketiga kami disajikan Chicken Snitzel. Yang sebenarnya merupakan makanan khas Jerman. Oleh Chef Ari dipadu dengan Asian Food. Chicken Snitzel adalah olahan berbahan dasar fillet ayam yang diolah secara spesial oleh Chef Ari. Mendengar penjelasan Chef Ari tentang bagaimana menu yang tersaji diolah, sungguh semakin membangkitkan gairah makan. Allstay Hotel selain berkiprah dalam dunia bisnis, juga berkiprah di sosial kemasyarakatan. Hotel Allstay juga berusaha menyatu dengan kehidupan warga sekitar. Dalam beberapa kesempatan, Hotel Allstay mengadakan beberapa pelatihan warga. Salah satunya membuat menu seperti yang disajiikan. Menu ini bisa dijadikan sebagai bahan cemilan bagi anak anak sekolah.
Setelah selesai, kami diajak Mas Danu melihat kamar yang ada. Kamar pertama yang kami liat adalah kamar kelas Ekspress. Kamar dengan dua bed. Begitu masuk, kami disuguhi sebuah keunikan. Seekor monyet yang bergelantungan di lemari pakaian. Bukan monyet sembarang monyet karena itu monyet hasil karya modifikasi dari handuk besar warna putih. Dengan televisi yang berukuran cukup besar, sangat nyaman bila kita istirahat sambil melihat hiburan tayanan televisi yang disukai. Di sudut ruangan, dekat televisi, ada meja dan kursi. Di atas meja tampak dua cangkir dan pemanas air. Ada juga sebuah pesawat telepon yang memudahkan untuk menghubungi pegawai hotel bila ada sesuatu.
Selanjutnya, kami keluar menuju Lantai dua, ke sebuah kamar kelas Deluxe. Saat masuk, kami di sambut Kelinci warna putih di tempat tidur. Untuk kamar mandi bisa dikatakan sama dengan kelas Ekspress, bedanya di kamar ini tempat tidurnya adalah single Bed dan ukurannya lebih besar. Yang terasa adalah suasana intim bagi tamu yang berpasangan. Dengan meja dan kursi terletak di samping tempat tidur memudahkan kita menaruh dan mengambil sambil berbaringan. Di kamar ini kamar mandi ada di depan pintu masuk. Dan di samping pintu masuk terdapat lemari baju dengan gaya minimalis. Melangkah masuk sedikit akan terlihat layar televisi yang menyatu dengan dinding kamar mandi. Di sebelah televisi, ada dinding kaca di mana kita bisa melihat bayangan pasangan kita pas mandi. Lagi lagi Allstay Hotel menawarkan imajinasi yang tidak biasa dengan desain kamarnya.
Ku pikir, peraturan yang unik. Sekaligus untuk membiasakan bersikap santun saat para pegawai hotel datang ke kamar. Langkah selanjutnya kami menuju kamar Suite Room. Ku lihat teman yang lain begitu sumringah dan terlontar beberapa canda, tentang enaknya kamar yang ada. Dan akupun tersenyum, karena nanti malam kami akan mencicipi rasanya kamar Hotel Allstay. Dan aku akan bersama……
Lamunanku segera hilang, saat sudah sampai di Suite Room. Sebagian besar hampir sama dengan Deluxe. Yang menjadi pembeda adalah ukuran yang lebih luas. Di depan kamar tidur ada sofa, yang menghadap ke televisi dan membelakangi tempat tidur. Tepat sekali bagi orang yang tidak suka melihat televisi dengan posisi tiduran. Terutama para gibol (gila bola) yang fanatik pada club yang sedang main. Televisi yang ada, menempel pada dinding yang membatasi dengan kamar mandi. Tidak seperti kamar mandi sebelumnya, kamar mandi di sini tidak ada dinding kaca yang menghadap ke arah tempat tidur. Rasanya cocok bagi yang mencintai suasana santai sebelum tidur. Sedang lemari baju terletak di dinding samping. Untuk kamar mandi relatif sama dengan kamar sebelumnya.
“Inspection!” kata Mas Danu. Lalu membuka pintu kamar. Langsung terdengar suara heboh, terlebih saat melihat sepasang angsa berciuman membentuk LOVE. Tentu saja bukan angsa beneran, tetapi lagi lagi hasil kreasi dari handuk. Kata mas Danu, ruangan ini sangat cocok bagi yang sedang Honeymoon. Dengan ruangan yang cukup luas, juga terletak di lantai paling atas, penghuninya bisa melihat view yang indah, malam hari. Terlebih bila kolam renang yang sedang dibangun sudah jadi. Untuk kamar mandi, ada bath up dengan posisi di samping tempat tidur di batasi "dinding" yang bisa terlihat silhuetnya. Bath Up tersebut juga tepat di dekat jendela. Dengan begitu, bagi tamu yang hobi melihat pemandangan malam hari sambil mandi. Kamar ini adalah pilihan sangat tepat. Tapi jangan lupa lampunya jangan dibuat lampu terang, karena bisa saja orang yang di bawah melihat saat berdiri keluar dari bath up. hehehe. President Suite Room ini terbagi beberapa bagian. Selain kamar tidur, kamar mandi, juga ada ruangan khusus untuk duduk santai yang juga ada televisinya. Di sampingnya ada tempat makanan dan minuman. atau barang lainnya. Apabila tamu banyak membawa barang terutama makanan, tidak perlu merasa "sumpek" karena ruang untuk tidur sudah bersih dari "gangguan pandangan" barang barang yang ada. Satu kelebihan lagi dari kamar ini, bisa terhubung dengan kamar yang lain. Semisal satu keluarga membawa anak anaknya. Untuk anak anak bisa ditempatkan kamar yang lain tapi tetap terhubung President Suite Room. Sehingga bila ada sesuatu bisa dengan mudah masuk ke kamar anak-anak. Dengan begitu, menginap di sini, tidak perlu pusing akan terganggu privasinya meskipun membawa anggota keluarga yang lain dengan tidak meninggalkan "perhatian" kepada yang lain.
Setelah selesai, kami segera keluar dan turun menuju bawah. Di situ mas Danu menjelaskan, bahwa kamar yang ditawarkan sangat terjangkau. Dengan uang 333 ribu rupiah sudah bisa mendapatkan kamar Ekspress. Dengan ruangan yang tadi ku lihat harga tersebut murah. Di banding di sebagian hotel yang pernah ku singgahi di kawasan malioboro. Dengan harga yang sedikit di bawahnya, tapi fasilitas kamar yang ada jauh di bawahnya. Dan yang pasti, untuk acara tahunan yang terjadi, semisal tahun baru, yang biasanya banyak hotel menaikkan harga,, untuk Hotel Allstay tidak menaikkan harga alias dengan harga yang biasanya. Penawaran yang sangat menarik.
Jam menunjukan sekitar setengah enam sore. Karena suatu hal, Mbak Septi dan Mbak Yatmi harus pulang. Sedang aku, mbak Selsa dan mbak Tami chek in. Kemudian sesuai dengan agenda yang ada, yaitu Kopdar Kompasianer Jogjakarta yang pertama kali di Pendopo nDalem, kami berempat menuju lokasi. Dengan taksi.
Sekitar jam sebelasan, kami kembali ke hotel. kali ini tidak bersama Mbak Wawa karena Mbak Wawa sudah chek in di hotel yang lain sebelumnya. dengan langkah cepat kami menuju ke kamar. Kami naik ke lantai dua. Yang pertama masuk ke kamar adalah Mbak Selsa, lalu disusul Mbak Tami yang keliatan sangat lelah. Dan yang terakhir aku. Sepi. Aku tengok ke kanan dan kiri. Tidak ada orang. Pelan ku ambil kartu yang menjadi kunci kamar. Cukup dengan ditempelkan atau di engsel pintu kunci terbuka. Lagi lagi aku yang orang ndeso, cuma bisa angguk angguk kepala. Pelan ku buka. Gelap. Tapi biarlah, yang penting masuk dulu. Malu keliatan orang lain, bila keliatan seperti pencuri saja.
KLEKK
Pintu kamar tertutup. Agak remang. Tapi dalam keremangan itu dapat ku lihat sekelebat putih di tempat tidur. Ahh, ingin segera ku memeluknya. Meskipun masih tanpa lampu menyala, segera ku lepas baju dan sepatuku, sehingga hanya mengenakan pakaian dalam. Aku segera memasukkan kartu, sebentar, pada tempat kartu yang ada di dinding dekat pintu. Lampu menyala. Semakin jelas ku lihat apa yang ada di atas tempat tidur. Rupanya kamar ini Express Room, jadi bed nya ada dua. Di keduanya tampak sesuatu yang membuatku ingin segera menghamburkan tubuh dan memeluknya. Tapi bingung juga. Mau pilih yang mana ?
Tapi nantilah, itu nanti. Pikirku. PETT Lampu mati. Wadhuh! Teriakku di dalam hati. Aku gerakkan lagi kartu masuk ke dalam kotak yang tersedia. Menyala lagi. Akupun segera ke bawah shower. Mati lagi. Sampai lima kali lampu nyala dan mati. Ahh, ternyata memang kebegoanku, kenapa tidak membaca apa yang tertulis di situ. INSERT KEYCARD FOR POWER. Akhirnya setelah ku taruh kartu tersebut menyala seluruh kamar.
Demi kenyamanan, aku putuskan mandi terlebih dulu. Biar nanti ketika berpeluk dengan yang ada di tempat tidur, tidak lengket oleh keringat. Berhubung tidak suka mandi dengan air hangat, aku nyalakan saja showernya. Dingin. Sudah biasa pikirku. Tapi tidak dinyana, dalam hitungan detik rasa dingin yang ada begitu menusuki tulang. Sialnya aku, AC kamar masih menyala. Tentu saja dinginnya seperti di kutub. Dengan berselimut handuk besar, akupun mencari remote AC. Aku matikan. Setelah itu aku melanjutkan mandi. Tapi ternyata rasa dingin itu masih ada. Alamakk.. dinginnya. sampai aku menggigil gemetar. Ku tengok ke atas, ternyata masih ada hawa dingin tepat di atas shower. Dengan gerak cepat akupun menyelesaikan mandi.
Dengan masih menggigil, aku memakai baju dalam. Dengan pelan ku dekati sesuatu yang berwarna putih yang ada dua tempat tidur itu. Aku pun meraih salah satunya. Rasa gigil ini membuatku tak sabar segera merasakan kehangatan. Ahh, hangat. Ku peluk salah satu bantal berwarna putih sambil menikmati kamar hotel ini yang artistik. Tentu Mbak Selsa dan Mbak Tami sama seperti ku, di kamarnya masing masing. Menikmati kamar dengan apa yang ada di dalamnya. Yah, ini adalah malam pertama ku di Allstay Hotel. Yang awalnya akan bersama sama dengan kompasianer lelaki yang lain, tapi ternyata mereka tidak bisa sehingga akupun sendirian. Ku katakan malam pertama, karena aku ingin, di kesempatan lain, akan ada malam kedua, malam ketiga aku bisa menginap di Allstay Hotel ini. Setelah menikmati sebuah film di televisi, akupun putuskan untuk tidur.
Sekitar subuh, aku bangun. di luar masih gelap. Melongok ke luar kamar juga sepi. Tentu yang lain sedang santai saja di kamar. Ku lihat di atas meja ada dua cangkir. Ada dua botol air mineral. beberapa bungkus kopi, teh dan gula. Ada pemanas air yang tinggal dicolokkan ke listrik. Sambil menungu hari lebih terang, akupun menikmati kopi yang sudah tesedia di kamar.
Sekitar jam tujuan, Aku dan mbak Selsa keluar kamar. Lalu menuju ke restoran. Dan, ah, aku merasa beruntung bertemu dengan mbak Anna. Seorang pegawai hotel yang membuatku lebih merasa betah. Orangnya ramah, cantik dan dari suaranya sepertinya orangnya lembut. Dengan lembut, mbak Anna menanyakan pada kami, hendak minum apa. Dengan cekatan pula sudah menyajikan apa yang kami pesan. Sambil menunggu mbak Tami, aku dan mbak Selsa ngobrol santai. Tidak lupa mengambil cemilan. Selain kami, hilir mudik, pasangan muda mudi. Dari makanan yang tersaji untuk sarapan, restoran Allstay Hotel, bisa dibilang sangat lengkap di banding dengan hotel hotel sekelasnya. Para tamu bisa memilih apa yang dia suka. Tak lama Mbak Tami datang. sampai kira kira jam sepuluh, kami putuskan untuk selesai dan bersiap pulang ke tempat masing masing. Masing enggan rasanya untuk chek out. Tapi saat ini, agenda kami. para kompasianer Jogja sudah selesai.
Allstay Hotel, suatu saat, kami, aku khususnya akan kembali. InsyaAllah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H