Setelah selesai, kami segera keluar dan turun menuju bawah. Di situ mas Danu menjelaskan, bahwa kamar yang ditawarkan sangat terjangkau. Dengan uang 333 ribu rupiah sudah bisa mendapatkan kamar Ekspress. Dengan ruangan yang tadi ku lihat harga tersebut murah. Di banding di sebagian hotel yang pernah ku singgahi di kawasan malioboro. Dengan harga yang sedikit di bawahnya, tapi fasilitas kamar yang ada jauh di bawahnya.  Dan yang pasti, untuk acara tahunan yang terjadi, semisal tahun baru,  yang biasanya banyak hotel menaikkan harga,, untuk Hotel Allstay tidak menaikkan harga alias dengan harga yang biasanya. Penawaran yang sangat menarik.
Jam menunjukan sekitar setengah enam sore. Karena suatu hal, Mbak Septi dan Mbak Yatmi harus pulang. Sedang aku, mbak Selsa dan mbak Tami chek in. Kemudian sesuai dengan agenda yang ada, yaitu Kopdar Kompasianer Jogjakarta yang pertama kali di Pendopo nDalem, kami berempat menuju lokasi. Dengan taksi.
Sekitar jam sebelasan, kami kembali ke hotel. kali ini tidak bersama Mbak Wawa karena Mbak Wawa sudah chek in di hotel yang lain sebelumnya. dengan langkah cepat kami menuju ke kamar. Kami naik ke lantai dua. Yang pertama masuk ke kamar adalah Mbak Selsa, lalu disusul Mbak Tami yang keliatan sangat lelah. Dan yang terakhir aku. Â Sepi. Aku tengok ke kanan dan kiri. Tidak ada orang. Pelan ku ambil kartu yang menjadi kunci kamar. Cukup dengan ditempelkan atau di engsel pintu kunci terbuka. Lagi lagi aku yang orang ndeso, cuma bisa angguk angguk kepala. Pelan ku buka. Gelap. Tapi biarlah, yang penting masuk dulu. Malu keliatan orang lain, bila keliatan seperti pencuri saja. Â
KLEKKÂ
Pintu kamar tertutup. Agak remang. Tapi dalam keremangan itu dapat ku lihat sekelebat putih di tempat tidur. Ahh, ingin segera ku memeluknya. Meskipun masih tanpa lampu menyala, segera ku lepas baju dan sepatuku, sehingga hanya mengenakan pakaian dalam.  Aku segera memasukkan kartu, sebentar, pada tempat kartu yang ada di dinding dekat pintu.  Lampu menyala. Semakin jelas ku lihat apa yang ada  di atas tempat tidur. Rupanya kamar ini Express Room, jadi bed nya ada dua. Di keduanya  tampak sesuatu yang membuatku ingin segera menghamburkan tubuh dan memeluknya. Tapi bingung juga. Mau pilih yang mana ?
Tapi nantilah, itu nanti. Pikirku. PETT Lampu mati. Wadhuh! Teriakku di dalam hati. Aku gerakkan lagi kartu masuk ke dalam kotak yang tersedia. Menyala lagi. Akupun  segera ke bawah shower. Mati lagi. Sampai lima kali lampu nyala dan mati. Ahh, ternyata memang kebegoanku, kenapa tidak membaca apa yang tertulis di situ. INSERT KEYCARD FOR POWER.  Akhirnya setelah ku taruh kartu tersebut menyala seluruh kamar.
Demi kenyamanan, aku putuskan mandi terlebih dulu. Biar nanti ketika berpeluk dengan yang ada di tempat tidur, tidak lengket oleh keringat.  Berhubung tidak suka mandi dengan air hangat, aku nyalakan saja showernya. Dingin. Sudah biasa pikirku. Tapi tidak dinyana, dalam hitungan detik rasa dingin yang ada begitu menusuki tulang. Sialnya aku, AC kamar masih menyala. Tentu saja dinginnya seperti di kutub. Dengan berselimut handuk besar, akupun mencari remote AC. Aku matikan. Setelah itu aku melanjutkan mandi. Tapi ternyata rasa dingin itu masih ada. Alamakk.. dinginnya. sampai aku menggigil gemetar. Ku tengok ke atas, ternyata masih ada hawa dingin tepat di atas shower. Dengan gerak cepat akupun menyelesaikan mandi.
Dengan masih menggigil, aku memakai baju dalam. Dengan pelan ku dekati sesuatu yang berwarna putih yang ada dua tempat tidur itu. Aku pun meraih salah satunya.  Rasa gigil ini membuatku tak sabar segera merasakan kehangatan. Ahh, hangat. Ku peluk salah satu bantal berwarna putih sambil menikmati kamar hotel ini yang artistik. Tentu Mbak Selsa dan Mbak Tami sama seperti ku, di kamarnya masing masing. Menikmati kamar dengan apa yang ada di dalamnya. Yah, ini adalah malam pertama ku di Allstay  Hotel. Yang awalnya akan bersama sama dengan kompasianer lelaki yang lain, tapi ternyata mereka tidak bisa sehingga akupun sendirian. Ku katakan malam pertama, karena aku ingin, di kesempatan lain, akan ada malam kedua, malam ketiga aku bisa menginap di Allstay Hotel ini. Setelah menikmati sebuah film di televisi, akupun putuskan untuk tidur.
Sekitar subuh, aku bangun. di luar masih gelap. Melongok ke luar kamar juga sepi. Tentu yang lain sedang santai saja di kamar. Ku lihat di atas meja ada dua cangkir. Ada dua botol air mineral. beberapa bungkus kopi, teh dan gula. Ada pemanas air yang tinggal dicolokkan ke listrik. Sambil menungu hari lebih terang, akupun menikmati kopi yang sudah tesedia di kamar.
Sekitar jam tujuan, Aku dan mbak Selsa keluar kamar. Lalu menuju ke restoran. Dan, ah, aku merasa beruntung bertemu dengan mbak Anna. Seorang pegawai hotel yang membuatku lebih merasa betah.  Orangnya ramah, cantik dan dari suaranya sepertinya orangnya lembut.  Dengan lembut, mbak Anna menanyakan pada kami, hendak minum apa.  Dengan cekatan pula sudah menyajikan apa yang kami pesan. Sambil menunggu mbak Tami, aku dan mbak Selsa ngobrol santai. Tidak lupa mengambil cemilan.  Selain kami, hilir mudik, pasangan muda mudi.  Dari makanan yang tersaji untuk sarapan, restoran Allstay Hotel, bisa dibilang sangat lengkap di banding dengan hotel hotel sekelasnya. Para tamu bisa memilih  apa yang dia suka. Tak lama  Mbak Tami datang. sampai kira kira jam sepuluh, kami putuskan untuk selesai dan bersiap pulang ke tempat masing masing.  Masing enggan rasanya untuk chek out. Tapi  saat ini, agenda kami. para kompasianer Jogja sudah selesai.Â