Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menhan, Bela Negara dan Israel

19 Oktober 2015   14:08 Diperbarui: 19 Oktober 2015   16:38 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini adalah hari diluncurkan program Bela Negara dimana pemerintah  mempunyai target dalam 10 tahun telah ada kader bela negara 100 juta orang.  Pro Kontra pun bermunculan. Memang dilihat dari tujuannya terlihat sangat bagus  (semua program pasti di atas kertas dan alasan pasti bagus) dan terkesan sangat nasionalis dan mengobarkan patriotisme.  Tapi apakah itu cukup untuk keberhasilan dan keefektifan  “sebuah gawe besar” sebuah negara?. Di sini saya tidak ingin ikut berpolemik, karena sudah banyak diskusi dan perdebatan di media sosial ataupun di pemberitaan media massa.

Saya hanya membagi rasa penasaran dan kekagetan saya, saat membaca sebuah harian "Tribun Jogja" yang memuat ucapan Menhan, bahwa Bela Negara itu penting dengan mengambil contoh negara Israel.

  

 

 

 

 

 

 

Gerakan ini sangat penting  Ryamizard kemudian melihat Israel sebagai patokan. Di sana, dengan jumlah penduduk hanya sekitar 7 juta, bisa menahan serangan dari Palestina. Pertahanan semacam itu hanya bisa tercipta karena tiap tiap warga negara punya kesadaran membela negara.

 

Dalam kata kata itu, menurut saya, Menhan seakan tidak mempelajari bagaimana konflik Israel dan Palestina terjadi. Padahal Ayah dari Pak Jenderal ini seorang tokoh yang tentunya sangat tahu bagaimana konflik Palestina-Israel. Seakan, bapak jenderal ini tidak punya rasa “kemanusiaan” pada warga Palestina yang tertindas sejak berdirinya negara Israel. Negara yang berdiri atas dasar Agresi. Negara yang dideklarasikan belum punya wilayah, dan didapatkan dengan merebut wilayah negara lain. Yang ironisnya, sampai sekarang PBB pun  tidak berdaya untuk ketika banyak peristiwa jelas jelas Israel lah yang sudah menciderai kemanusiaan dan perdamaian. Karena ada hak veto Amerika Serikat yang selalu setia di belakang Israel.

Bagi orang yang tidak tahu cerita Israel dan Palestina, saat membaca penyataan  di atas, akan berasumsi bahwa Palestina adalah bangsa penyerang negara lain (Israel). Padahal sesungguhnya yang terjadi adalah kebalikan. 

Kenapa Pak Menhan, bisa berkata demikian? Sebagai sosok yang sudah duduk di jajaran elit pemerintahan Indonesia yang kita cintai ini, semestinya ucapan Pak Menham sejalan dan selaras dengan apa apa yang sudah diteriakkan pemerintah Indonesia, bahwa Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina yang selama ini terjajah  dengan pendudukan dan agresi Israel.  Jikapun Palestina suatu saat menyerang, itu bukan karena tindakan agresi, tapi lebih dari tindakan perlawanan sebagai langkah terakhir  dalam usaha mereka merdeka dan melepaskan diri dari penindasan.  Kata orang, kucing aja kalau diinjak akan mengigit. Apalagi manusia, sebuang bangsa.

 Pikian burukpun mampir di kepala saya. Apakah karena selama ini, sebagian militer Indonesia terdogma oleh Israel? Perlu kita ketahui, sebenarnya, meskipun secara politik Indonesia tidak ada hubungan dengan Israel, tetapi secara militer, diam diam ada hubungan erat. Terbukti dengan terkuaknya misi rahasia Operasi Alpha pada jaman Badan Intelejen ABRI (BIA) di bawah komando LB Moerdani. Yang namanya misi rahasia, sampai kapanpun tidak akan diakui secara formal. Nah apakah setelah itu, ada misi misi lain ke Israel? Termasuk pak Menhan ini? Sangat bisa jadi. Dan tidak mungkin ada pernyataan resmi karena itu akan menjadi guncangan politik.

Berkaitan dengan  program Bela Negara, apakah ditujukan agar bisa tercipta masyarakat seperti masyarakat Israel, yang para militer, apakah urgensinya saat ini? Mungkin saja bisa dibilang ini program jangka panjang. Tapi apakah sudah diperhitungkan sarana dan prasarananya? Terutama  anggaran yang ada. Jangan sampai besar pasak daripada tiang.  Semoga program ini tidak melupakan bencana asap yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan yang harus dengan secepatnya dipulihkan, karena di sana warga negara dari bayi sampai orang tua tiap hari menghisap asap, yang jelas jelas bisa membunuh kehidupan bila tidak segera diatasi.

Kembali ke Pak Menhan, meskipun warga palestina beda negara, tapi tetaplah mereka manusia. Jangan sampai  dukungan Indonesia terhadap Palestina, seperti yang beritakan, menjadi asam dan hambar dengan pernyataan seorang Menhan.  Terlebih lagi saat ini masih terjadi banyak bentrokan, bukan dari para militan tapi dari warga biasa yang bersifat sporadis dan tidak berafiliasi dari suatu kelompok. Mereka hanya bersenjatakan batu dan paling banter pisau. Saat ini resah, karena kabar yang berhembus akan ada "pengambil alihan" masjid Al Aqso pleh Israel.  Hal ini dikuatkan dengan semakin banyaknya orang sipil yang berkunjung ke Al Agso. Para pemuda di bawah 60 tahun pun dilarang sholat di masjid.  Bagaimana jika kita atau bapak Jenderal Menhan menjadi orang Palestina saat ini?  Mungkin sebagai jawaban, MELAWAN ADALAH BENTUK BELA NEGARA. Yahh, karena itulah satu satu cara untuk mempertahankan tanah kelahirannya.  Dari sudut bangsa Israel, tentu BELA NEGARA WARGA PALESTINA adalah bentuk ekstrimisme.  Lalu bagaimana dengan kita yang di sini dalam memandang permasalahan Israel dan Palestina? Jika kita menghayati pembukaan UUD 45, yang menyatakan kemerdekaan adalah hak semua bangsa, tentunya, kita akan lebih menjaga ucapan kita dalam konteks Palestina dan Israel.

Jika kita melihat dari sisi Bela Negara, saya rasa lebih tepat dari sudut Palestina. Bagaimana warganya, meskipun tidak dididik secara militer formal, tapi semangat mereka begitu menggelora membela negara yang mereka impikan. Bagaimana anak anak belasan tahun sudah berani di depan tank lapis baja, melemparkan batu. Bagaimana para wanitanya, mendidik anak anak mereka akan arti sebuah kemerdekaan sebuah bangsa. Tidakkah itu lebih tepat? Bela Negara...karena negara dianiaya. Bukan Bela Negara karena Negara angkara murka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun