“Ingin sekali aku menerima dan menamam kembang itu Zu. Pasti akan sangat membahagiakan, apalagi selalu ditemani puisi puisimu. Tapi entahlah, aku selalu takut. Takut dengan masa lalu akan terulang. Apakah semua keindahan darimu, puisi puisimu, semua rencana rencanamu adalah nyata? Sedang pembicaraan ini, pertemuan ini semuanya adalah kemayaan. Tidak ada ruang yang sesungguhnya."
“Sesuatu akan benar benar menjadi nyata, saat kita berniat menjadikan nyata,” kataku. Perlahan aku mendekati Sov lalu memeluknya dari belakang. Sembari memandang garis lembayung terakhir terakhir. “ Semua yang ada, memang sebatas imajinasi dalam kata kata. Tapi yakinlah, suatu saat akan menjadi nyata, ketika engkau mau mulai melangkah.”
Aku masih memandang foto itu. Entah sudah berapa lama.
==bersambung==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H