Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngawur, Jokowi Mandeg di Tengah Jalan

27 Januari 2015   08:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:18 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422295995916956220

[caption id="attachment_393416" align="aligncenter" width="420" caption="Dok Pribadi"][/caption]

Suasana negeri ini rasanya semakin panas dan membikin gerah semua warga yang masih peduli kehidupan nyaman di negeri ini. Entah kenapa selalu saja masalah yang muncul. Seperti hujan, turunnya air seperti tiada habisnya. Iya hujan air bias membikin dingin, lha ini yang turun adalah masalah. Setelah urat leher dan syaraf kepala tegang sekian bulan akibat pilpres, ternyata rakyat masih harus menahan sesak. Jaman keemasan yang diharapkan dari seorang Jokowi, rasanya belum terasa. Euphoria kemenangan dan suka cita, hanya bertahan beberapa saat saat. Karena arti seorang Jokowi baru bisa teruji saat dia memulai bertindak sebagai seorang presiden.

Bagaimana Jokowi sampai saat ini? Ehm..sebagai rakyat awam yang mikirnya simple saja, jika situasi seperti ini masih saja tidak berubah sangat bisa jadi Jokowi akan mandeg di tengah jalan.

“Ngawur!! “batin njenengan yang membaca ini. Memang semua ngawur. Baik yang di parlemen ataupun di pemerintahan, semuanya memang sedang ngawur. Mari kita lihat kengawuran kengawuran yang ada, yang sangat bisa jadi akan memmandegkan Jokowi di tengah jalan.

Pertama

Jokowi pernah berjanji bahwa koalisinya tanpa syarat. Tidak ada istilah bagi bagi kursi. Dalam logika politik hal itu mission imposible. Tapi lewat ide revolusi mental, sebagian rakyat mengiyakan dan berharap banyak. Tapi pada kenyataannya, Surya Paloh diplot mendapatkan minyak dari Angola. Dengan mengaku hanya sekedar saran kecil, tapi siapa tahu? Perusahaan Surya Paloh lolos tanpa ada kabar adanya tender yang transparan. Ngawurnya lagi, di katakana impor dari Angola itu akan member keuntungan seperti dari cost yang dikeluarkan. Dan para para ekonomipun bilang, sangat tidal logis hal itu bisa terjadi. Di sebuah acara talkshow di televise, terungkaplah bahwa keuntungan yang dikatakan adalah hanya POTENSI yang bisa terjadi bisa tidak.

Masih berkaitan janji koalisi tanpa syarat, kengawuran penangkatan Jaksa Agung dari partisan partai pendukung. Meskipun yang bersangkutan mundur secara formal tapi jelas itu menandakan pen-jatah-an seorang presiden pada partai pengusungnya. Selain itu dilantiknya watimpres yang ternyata isinya kebanyakan pun dari partai pengusungnya. Bahkan ada rumor bahwa salah satunya adalah “raja judi”. Wew ngawur…. Apakah itu salah? Sebenarnya tidak salah. Itu adalah sangat wajar dan memang masuk dalam logika semua orang. Anak kecilpun bisa berlogika demikian. Aku kasih kamu makanan enak, maka kamu harus balik kasih aku makanan enak juga.

Kedua

DPR meloloskan Budi Gunawan sebagai calon tunggal kapolri yang diajukan Jokowi. Dalam hal ini DPR memang benar benar ngawur. Selain Fraksi Demokrat yang lantang menolak (gak tau dalam hatinya) semua mendukung BG. Di mana nurani mereka yang katanya tau aturan dan berperasaan. Jelas jelas BG menjadi tersangka, masih saja diloloskan. Pikir punya piker ternyata meloloskan BG itu, mereka punya maksud. Dari dua kubu yang ada di DPR sama sama setuju tapi dalam hati, mereka punya tujuan ngawur yang berbeda. Dari kubu KIH, mereka ingin lolos karena, BG sebagai orang yang direkomendasikan dengan keras oleh Megawati akan bisa memperkuat barisan mereka dari sisi hokum. Siapa saja yang kira kira tidak sepaham, terutama masalah politil, BG adalah senjata cakranya KIH. Sedang KMP, punya tujuan ngawur lainnya. Yaitu mejebak Jokowi. Dan akhirnya memang terbukti sukses. Jokowi dihadapkan pada masalah yang dilematis. Ini memang sudah diperhitungkan KMP. Karena tahu benar bahwa Jokowi sendiri sudah ngawur, tidak bisa independent sebagai mana yang dipromosikan waktu pilpres.

Ketiga

Para menteri Jokowi yangsuper ngawur. Yang paling hangat, saat ketegangan KPK-Polri sedang panas panasnya malah mengeluarkan kata kata yang sangat tidak mencerminkan sebagai pejabat tinggi Negara. Ya kalo preman pasar itu bisa dipahami. Apa yang pak Tedjo itu tidak kenal orang orang yang hadir di sana? Denny Indrayana, Yenny Wahid, Eep Saifullah dan lain lainnya. Apa mister Tedjo tidak pernah lihat televise, sehingga tdak mengenal mereka? Baiklah..kita positif thingking saja atas kengawurannya, mungkin mister Tedjo sebelum jadi menteri sedang sibuk melaut gak pulang pulang.

Selanjutnya, Bu Susi yang fenomenal dan sensasional..pada akhirnya melakukan kengawuran juga. Tadi pagi saya lihat berita, para nelayan mogok melaut karena ada peraturan menteri Susi, nelayan tidak boleh melaut dengan perahu tongkang. Woww..bagaimana mereka bisa makan dan hidup buk, sedang kebanyakan mereka hanya punya perahu itu sebagai tulang punggung.

Terus lagi om menteri perhubungan. Hidup rasanya harus mengawur, bagaimana tidak. Ongkos transportasi semua naik. Per Januari Kereta api naik hampir berlipat. Terus pesawat juga, rasanya ngawur mengakhiri impian orang orang yang duitnya pas pas an untuk bisa naik pesawat. Alas an keselamatan? Iyakah?

Keempat

Rakyat yang stress karena tidak bisa mengimbangi situasi yang penuh kengawuran. Harga BBM menjadi tidak jelas karena diserahkan oleh situasi pasar.. Bolehlah sekarang sudah kembali semula. Tapi semua terlanjur naik. Khan BBM turun sembako turun juga. Tidak semudah itu pak presiden. Ada proses ekonomi yang harus dirasakan rakyat kecil. Yang bisa berarti hidup matinya mereka. Apalagi nanti, kalau dollar naik, harga minyak dunia naik, bisa bisa BBM meroket. Siapa yang mati dengan ngawur? Rakyat kecil. Rakyat yang makan masih dengan senin kamis. Tapi semoga saja, tidak ada yang ngawur mau mati dengan minum obat serangga, terjun dari tower, atau gantung dri karena stress tidak mampu membiayai diri dan keluarganya.

Kelima

NGawurnya penegak hukum sekarang. KPK dan Polri. Bukan pak polisi yang di bawah (yang bersih maksudnya), tapi yang elit elit. rebutan jabatan atau rebutan kuasa. Politik balas dendam juga dijadikan jiwa korsa (oleh sebagian oknum)..

Dan masih banyak kengawuran yang terjadi. Kalau sudah demikian, apa yang bisa rakyat lakukan? Mereka hanya bisa teriak teriak dari hanya yang ada di social media sampai mereka yang paling stress turun ke jalan. Bila masih saja keadaan tidak berubah. Mereka melihat Jokowi ternyata bukan seperti harapan mereka sebelumnya. Bisa jadi massa akan semakin bertambah. Dan bila sudah begitu..DPR akan melakukan kartu truf ngawurnya. Dengan memasukkan kaki Jokowi pada jebakan konstitusi, DPR biisa mengimpeacment. Atas nama konstitusi dan atas nama kehendak rakyat. Lengkap sudah cerita kengawuran negeri ini. Saya sebagai orang netral. yang tidak suka terjun ke politik, tapi lebih senang melihat drama politik, hanya bisa ikut ikutan bicara ngawur. hehehe. Salam Ngawur!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun