Mohon tunggu...
Ken Satryowibowo
Ken Satryowibowo Mohon Tunggu... Freelancer - Covid Bukan Canda

Pencari pola. Penyuka sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Teror" Dapur Umum dan Intimidasi Ronda Malam

30 Maret 2019   11:58 Diperbarui: 30 Maret 2019   13:08 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(kiri) Maklumat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, (kanan) Meme Parodi Pendirian Dapur Umum 02. (Sumber: Media Sosial)

Tiada sedang menangani bencana, tapi mau bikin dapur umum. Tiada ancaman kemalingan massal atau pandemi sosial, eh mau gelar ronda malam. Jadi tujuan ronda malam dan pendirian dapur umum saat Pilpres ini apa? Mau show of force? Mau bikin Pilpres mencekam? Atau apa?

Sebelum menjawab sejumlah tanya itu, rasanya perlu disegarkan lagi, bahwa belum lama ini, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga telah merilis maklumat tentang Perjuangan Akhir Menuju Indonesia Adil dan Makmur. Poin ke-6 maklumat ini berisi seruan ronda malam tiga hari menjelang pemungutan suara. Sementara poin ke-7 tentang pendirian dapur umum di sekitar TPS saat masa pencoblosan, 17 April 2019.

***

Ronda malam umumnya boleh-boleh saja. Tapi mobilisasi massa berdalil ronda malam selama tiga menjelang Pilpres kok rasanya sulit dipisahkan dari siasat BPN, betapapun patroli massal dilakukan atas nama mencegah potensi pelanggaran.

Namanya juga perjuangan akhir, inilah salah satu puncak strategi yang diterapkan BPN untuk memenangkan Paslon 02. Namun, mobilisasi massa, apalagi di malam hari, lebih-lebih di seluruh Indonesia, memiliki potensi meresahkan pemilih.

Biar bagaimana pun, menjaga keamanan Pilpres sudah ada yang bertanggung jawab. Polri dan dibantu TNI. Mengawasi netralitas penyelenggaraan Pilpres sudah ada Bawaslu, saksi, dan pemantau. Sehingga mobilisasi massa dalam ronda malam itu rasa-rasanya tidak perlu lagi.

Bukan hanya tidak perlu, tapi juga mengkhawatirkan. Pemilu yang seharusnya riang gembira, bakal terkesan mencekam, oleh ronda malam yang dimungkinkan menggunakan atribut-atribut identitas tertentu.

Para calon pemilih yang tidak punya preferensi kepada 02 akan merasa risih dan cemas. Para pemilih minoritas yang relatif sensitif dengan mobilisasi massa akan terganggu. Suasana batin mereka akan terteror. Atau sekurang-kurangnya terintimidasi oleh perilaku sekelompok orang tersebut.

Apalagi kalau sampai ada teriakan-teriakan, jargon-jargon, dan bahkan perilaku di luar kendali. Lebih-lebih bila ada yang memprovokasi. Menjadi sangat sulit mengontrol gerakan masif itu, apalagi dilakukan serentak di malam hari.

Bukankah di tengah mendidihnya suhu politik, hal-hal berbau provokasi sekecil apapun bisa menyalakan api permusuhan? Apakah memang sengaja mau bikin tegang suasana Pilpres? Ataukah sebentuk pra kondisi untuk muslihat lain?

***

Setali tiga uang dengan ronda malam, instruksi mendirikan dapur umum di dekat TPS saat pemungutan suara merupakan siasat mobilisasi massa dengan dalih mencukupi ransum relawan 02. Apalagi, Prabowo juga secara gamblang menyerukan 'lebaran' di TPS kepada para pendukungnya, dengan membawa ketupat dan menggelar tikar.

Lagi-lagi, mesti dipahami, pemilih yang tidak punya kecenderungan pada Paslon 02 akan merasa kurang nyaman dengan kerumunan massa di dapur umum tersebut. Apalagi pemilih minoritas yang cenderung 'takut' pada setiap mobilisasi politik macam itu.

Boleh jadi, karena keberadaan dapur umum dan 'lebaran' di TPS itu pula, mereka urung ke TPS. Boleh jadi mereka akan lebih memilih tinggal di rumah atau berpiknik ketimbang datang ke tempat pencoblosan. Bila itu terjadi, golput pun bakal menjadi-jadi.

Maka, mobilisasi massa dalam bentuk dapur umum sejatinya adalah wujud pengerasan politik identitas. Sehingga menjadi rawan terhadap distorsi, yang pada titik tertentu bisa berujung pada perseteruan horizontal.

Hal demikian, sekurang-kurangnya, tampak dari 'balasan' dari Banser yang akan juga melakukan mobilisasi massa untuk 'menjaga' TPS. Dengan militansi yang kuat dan personil yang masif, Banser tentu memiliki syarat yang cukup untuk 'melawan' dapur umum 02 dan 'lebaran' di TPS.

Itu sebabnya, sudahilah ambisi mendirikan dapur umum dan gelar tikar di TPS maupun ronda malam. Karena mudhorotnya lebih besar ketimbang manfaatnya. Karena potensi intimidasinya lebih besar daripada kerukunannya. Karena nuansa terornya lebih menonjol dibanding panorama kegembiraan dalam pesta demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun