Tidak mudah menjawab seluruh pertanyaan itu. Tapi saya punya hipotesis, bahwa debat kemarin justru menunjukkan orisinalitas Prabowo. Apa itu? Prabowo adalah seorang monolog.
Hipotesis ini boleh jadi keliru. Tapi setidaknya fakta menunjukkan Prabowo tampil menggelegar hanya ketika tampil seorang diri di mimbar. Dengan penonton yang memang seluruhnya adalah pendukungnya sendiri. Di sebuah ruangan yang homogen dan senantiasa siap dengan gemuruh tepuk tangan.
Dan, berbeda cerita ketika di panggung itu terdapat lawan debat yang siap mengoreksi ucapannya. Lawan debat yang akan selalu siap menguji dalilnya. Lawan debat yang telah menyiapkan argumentasi tandingan. Lawan debat yang hadir dengan setumpuk data.
Kerupuk Masuk Sayur
Debat kedua Pilpres betul-betul menjadi titik balik bagi kedua Capres. Jokowi tampil cukup meyakinkan, kendati data-data yang dia ucapkan banyak dikoreksi oposisi. Tapi dalam konteks pertarungan persepsi, Jokowi terlihat di atas angin. Strategi ofensif agaknya cukup efektif mengoyak reputasi penantang.
Sebaliknya, publik juga makin paham bahwa Prabowo ya segitu kualitasnya. Meski tampil lebih necis dengan jas hitam dan dasi merah, tidak sedikit yang kecewa pada caranya membangun argumen.
Padahal, banyak pihak mendambakan Prabowo tampil menyerang petahana dengan data kredibel dan analisis tajam. Lebih-lebih, terdapat asa begitu memuncak, saat head to head berdebat dengan Jokowi, Prabowo melontarkan narasi yang garang sekelas "Indonesia Punah" atau "Presiden Tukang Impor". Namun yang terjadi, bukan Macan Asia yang mengaum keras, melainkan kerupuk yang masuk sayur.
Dengan demikian, rasa-rasanya proses penilaian pemilih mengambang untuk dua calon pemimpin negeri --Jokowi dan Prabowo---sudah mendekati final. Bahkan, mungkin sebagian sudah final dan sudah menjatuhkan pilihan. Kepada siapa? Rahasia, dong.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H