Mohon tunggu...
Ken Satryowibowo
Ken Satryowibowo Mohon Tunggu... Freelancer - Covid Bukan Canda

Pencari pola. Penyuka sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Paradoks Retorika Prabowo, dari Macan Asia jadi Kucing Anggora

20 Februari 2019   12:07 Diperbarui: 20 Februari 2019   18:13 2061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan Capres No 02, Prabowo Subianto saat Debat Pilpres Kedua yang berlangsung Minggu (17/2)| Foto: Kompas.com/Kristanto Purnomo

Selama ini, Prabowo Subianto dikenal seorang orator ulung. Sejak jadi politisi top di negeri ini, penampilan dan gaya pidatonya dimirip-miripkan dengan Bung Karno. Retorika Prabowo dikagumi lantaran mampu membius perhatian publik.

Di setiap podium, suara Prabowo menggelegar bak Macan Asia. Lebih-lebih di masa kampanye Pilpres, orasinya begitu tajam kepada petahana. Ungkapan "Bubar", "Punah", "Tampang Boyolali", "Presiden Tukang Impor", "Menteri Pencetak Utang" dan seterusnya tumpah ruah bak air bah.

Akan tetapi, di panggung debat kedua akhir pekan lalu, Macan Asia itu tampil seperti Kucing Anggora. Jinak dan menggemaskan. Alih-alih menjungkalkan lawan debatnya dengan diksi keras, Capres 02 itu malah memuji kinerja petahana sebanyak 6 kali. Argumentasinya payah. Melarat data.

Betul bahwa dalam debat itu, penampilan petahana juga tak sempurna. Terdapat sejumlah data kurang presisi yang diucapkan. Tapi 6 kali apresiasi Prabowo kepada kinerja Jokowi betul-betul menunjukkan betapa penantang tidak mampu menyuguhkan tawaran gagasan dan program yang lebih berkelas ketimbang apa yang telah dilakoni oleh petahana.

IQ 152

Di media sosial, beredar begitu luas tentang Prabowo yang punya IQ 152. Kalau itu betul, maka ia tergolong manusia jenius. Kecerdasannya tak terpaut jauh dari eyang BJ Habibie. Sementara Jokowi kerapkali diolok-olok lantaran dicap punya IQ yang lebih rendah dari Prabowo.  

Lantas apa hubungannya IQ 152 dengan penampilan debat? Orang pada umumnya meyakini, kejeniusan berbanding lurus dengan kecepatan otak berpikir lalu terefleksi dalam argumentasi. Kita semua tahu, argumentasi adalah mata uang pikiran.

Maka seharusnya, pemilik IQ 152 sekejap dapat mencerna pertanyaan infrastruktur 'unicorn' dalam konteks ekonomi digital. Tapi faktanya, tidak demikian. Ia kedodoran dalam menjawab pertanyaan. Malah masuk jebakan betmen, seperti 4,5 tahun silam ketika ditanya soal 'TPID'.

IQ 152 juga mestinya tercermin dari munculnya kontra narasi yang bermutu. Kendati dianggap berprestasi, biar bagaimana pun, petahana punya sejumlah kelemahan. Tarohlah isu terkait impor beras, dampak infrastruktur, dan pengelolaan tambang. Tapi celakanya, debat kemarin sama sekali tidak menghadirkan gagasan tandingan yang baru dan berkelas dari penantang.

Sang Monolog

Memangnya apa yang sebenarnya terjadi pada Prabowo? Apakah pada debat ia tidak tampil orisinal? Ke mana gaya Bung Karno-nya? Di mana ketajamannya menguliti kinerja petahana yang selama ini ia lontarkan di ruang publik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun