kita seperti berada dalam kotak kaca, yang tidak memungkin kita untuk saling mendengarkan, seperti saat aku ingin mengatakan bahwa "aku pun rindu kamu".
tapi kita selalu sudah mendengar sebelum kitA mulAi mengatakan nya..
kita seperti terpisah oleh jarak yang sangat jauh, tak ada kabar yang aku terima, yang kamu berikan, hanya mungkin sepasang mata teduh mu yang tak sengaja kau jatuh kan ke dalam mata ku, itu pun hanya sesaat, sepercik bahagia yang sama2 kita rasakan tapi sepakat kita lupakan lagi.
ada kira nya kita duduk berdua menikmati malam, menata semuanya dari awal lagi, kita kalahkan jarak yang tak pernah benar2 nyata ini.
tapi kita terlalu takut untuk mewujudkan itu,
kamu sudah terlalu lama terbiasa menjadi purnama dalam etalase kaca yang di jaga para tentara,
sedangkan aku , pungguk jalanan dalam botol bekas obat tetes mata.
tengoklah aku sejenak, apa yang bisa aku tawarkan pada mu selain rindu dan gelisah yang tak pernah mati. pun jika cinta bisa memilih mungkin ia tak sudi di lahirkan oleh mahluk malam seperti aku.
dan kita sama2 tau tentang rasa ini , lantas aku mencoba merajut nya sendiri dalam lembaran puisi tak berjudul ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H