Mohon tunggu...
Stopanarkis
Stopanarkis Mohon Tunggu... -

Pegawai Swasta di Jakarta yang bercita cita menjadi guru di negara tercinta ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semangat Sumpah Pemuda dan Kiprah Wanita Indonesia di Masa Depan

28 Oktober 2014   23:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:23 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda

Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda pada hari ini tanggal 28 Oktober 2014, perkenankan saya untuk membagikan kebanggaan yang saya miliki terhadap Tanah Air kita Indonesia ini. Hari Senin tanggal 27 Oktober 2014, kita menyaksikan suatu peristiwa bersejarah yang bakal tercatat dalam tinta emas sejarah perjuangan nasional dari suatu bangsa yang dinamai Indonesia. Senin itu delapan orang Srikandi Indonesia dilantik menjadi menteri dalam Kabinet Kerja Jokowi yang akan berlangsung hingga tahun 2019 nanti. Delapan Srikandi tersebut merupakan representasi kaum wanita yang terbanyak dalam sejarah kabinet di Indonesia.

Wanita Indonesia patut berbangga dan bersuka cita dengan pencapaian itu. Sejarah mencatat lima hal dalam proses pelantikan kabinet itu. Menteri Luar Negeri Wanita Pertama (Retno Lestari Priansari Marsudi), Menteri Wanita Pertama yang tidak lulus SMA (Susi Pudjiastuti), Profesor Wanita Pertama dari Papua yang menjadi menteri (Prof. DR. Yohana Yembise, M.A), dan Menteri Wanita paling senior (Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM(K)), serta Menteri Perempuan termuda dalam kabinet (Puan Maharani S.Sos.)

Peran wanita Indonesia dewasa ini merupakan cermin dari hak untuk merdeka secara hakiki yang selalu diimpikan dan digaungkan secara terus menerus. Mimpi tersebut merupakan mimpi abadi yang dinyatakan dalam semangat perjuangan secara terus menerus dari setiap wanita Indonesia. Hak kesetaraan gender, politik dan memperoleh pendidikan yang layak mampu dicapai oleh negara yang dikatakan memiliki umat muslim terbesar di dunia. Prestasi ini ditorehkan melampaui regionalitas ASEAN bahkan Asia dan Australia serta membuat negara-negara Eropa yang menjunjung tinggi demokrasi menoleh ke Indonesia. Apresiasi dan penghormatan layak kita berikan kepada pemikir-pemikir Muslim Indonesia yang memantapkan perjuangan cita-cita bangsa secara kontinyu dan konsisten.

Perjuangan peran wanita Indonesia masih belum selesai, ketimpangan dan ketidak adilan gender, seperti perbedaan peran serta hak antara perempuan dan laki-laki di masyarakat yang pada ujungnya menempatkan perempuan dalam status lebih rendah daripada pria mesti dilawan oleh semua pihak, tidak hanya kaum perempuan saja namun melibatkan juga peran kaum pria. Pelecehan seksual yang sering terjadi, mengingatkan kita bahwa ada yang salah dalam konsep pendidikan masyarakat Indonesia. Konsep pendidikan yang memasukkan unsur-unsur kesetaraan gender wajib digalakkan dengan memberikan porsi yang layak bagi pemahaman sejarah perjuangan kaum wanita Indonesia. Biarlah semangat R.A. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, dan Christina Martha Tiahahu menjadi model perjuangan bagi setiap wanita Indonesia baik di masa kini maupun di masa depan. Sejarah akan membuktikan bahwa Wanita berhak untuk menjadi pemimpin di masa depan, karena itu didalam sumpah pemuda yang bergaung di kongres pemuda kedua tersebut telah diikhtiarkan suatu sumpah yang keluar tidak hanya dari mulut putra-putra Indonesia, namun juga dari putri-putri Indonesia. Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun