Badai Semalam
Angin beralih mengembus kencang
Meniup-niup daun berlangkas hingga batang
Berhanyut ke mana sesaat hujan datang
Terbawa arus deras melenyapkan jejak-jejak bara ke jurang
Seperti hatimu yang terhantam badai semalam
Meluluhlantakkan amarah yang takbisa redam padam
Senyum hampa kian hilang tertelan awan kelam
Seperti disalak anjing bertuah terunyam
Wahai hati yang mengeluh rajam
Jikalau sakit janganlah diam
Hancur lebur perasaan yang kaupendam
Biarlah perih mengubur jiwa bertilam lebam
Dingin hatimu terbaca jelas
Akan canda pintamu yang kadang kala mempersilakan berkemas
Namun, perasaan ini bersikeras takmau lepas
Karena tanpamu, hilanglah setengah napas
Berkuat-kuatlah dirimu di sana
Anggaplah yang terjadi hanya sekadar bejana bencana
Buanglah perasaan hina dan tak berguna
Karena bagiku, dirimu adalah orang yang memberi warna meski tak sempurna
Biarkan badai semalam mereda serupa cerita
Tegarkan hati bisa melalui coba derita
Beringat Tuhan jadikanlah senjata
Dirimu tak sendiri, di sini ada doa yang terus melangit bersama air mata
Gerimis di bumiku, 4 April 2023
~Kenong Auliya Zhafira
Salah satu isi dari kolaborasi puisi bertajuk 'Segenggam Rasa.'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H