Mohon tunggu...
Kenong Veyza
Kenong Veyza Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Baperan

Pecinta dunia aksara dan suara ....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Demi Kamu (Sebuah Cerpen)

21 Desember 2022   20:30 Diperbarui: 21 Desember 2022   20:40 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi Kamu

Sebuah Cerpen by Kenong Auliya Zhafira

Setetes air terjatuh membasahi bumi. Memberikan kesejukan sampai ke hati. Seperti kehadiran anak pertamaku---Queena Azzahra. Hatiku berkilauan mendapat bintang kecil sepertinya. Quenna anak yang cerdas, aktif, dan juga pengertian.

Usianya yang kini empat tahun, membuatku bertambah semangat mencari rejeki. Setidaknya aku ingin memberikan kehidupan yang layak untuk putri tercinta. Selalu berusaha memperlakukannya seperti seorang putri dalam cerita dongeng.

Quenna menyukai cerita dan film seperti kisah Cinderella juga Barbie. Aku sering mendapati dia menirukan cara berjalan yang anggun seperti tokoh favoritnya. Matanya berbinar menatap baju cantik dan sepatu kaca di layar televisi.

Ia mengambil sandalku di rak lalu memakainya. Berjalan lenggak-lenggok seperti tuan putri. Kakinya terlihat berat mengangkat sandal yang kebesaran. Berkali-kali ia berhenti membenarkan posisi kaki agar sesuai dengan sandalnya.

Aku tersenyum melihat tingkahnya. Meskipun dada ini merasa nyeri karena tidak bisa membelikan baju dan sepatu impiannya. Aku menghentikan menjahit sementara, lalu mendekatinya. Mengelus rambutnya lembut.

"Sayang ... itu, sandalnya kegedean. Lepas aja ya? Nanti sakit kakinya," ucapku selembut mungkin. Takut menyakiti hatinya.

Quenna tersenyum padaku. Seolah mengerti apa yang kutakutkan.

"Iya, Bu. Kaki Quenna sakitnya sedikit, kok. Ibu menjahit saja, biar nanti punya uang banyak buat beli baju seperti putri," jawabnya dengan polos. Wajahnya tidak pernah bersedih dengan keadaanku sebagai penjahit rumahan. Bukan seperti ibu lain yang mampu memberikan apa pun yang anak inginkan.

"Ya udah. Ibu menjahit lagi ya ... biar dapat uang banyak. Terus bisa beliin sepatu kaya punya tuan putri." Aku menjawab sebisa mungkin tanpa mau menyakiti hatinya. Dia mengerti apa yang kukatakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun