[caption caption="Para pemain Setan Merah tampak tertunduk lesu setelah kalah dari The Lily White, Minggu malam."][/caption]
Louis Van Gaal menjadi perbincangan hangat di kalangan media Inggris dan fans Manchester United di seluruh dunia. MEN (Manchester Evening News) bahkan menulis judul berita “Van Gaal Must Go” dalam halaman Facebook-nya sesaat pasca kekalahan telak MU 3-0 dari Tottenham Hotspurs (Minggu,11/04/16). Sebenarnya MU tampil baik di babak pertama bahkan bisa mengimbangi agresivitas para pemain muda Spurs dan beberapa kali mengancam lewat peluang Anthony Martial.
Namun taktik “nyeleneh” dan cenderung ngelawak diterapkan Van Gaal di babak kedua. Dia memasukkan Ashley Young menggantikan Marcus Rashford dan memposisikannya sebagai striker di lini depan disokong Martial di kiri, Lingard dan Juan Mata di kanan. Young merupakan pemain sayap dengan gaya bermain menyisir dari sisi lapangan sehingga mudah ditebak ketika Van Gaal memposisikannya sebagai striker. Jangankan menciptakan peluang, Young bahkan sering kehilangan bola dan tidak mampu berduel dengan bek-bek Spurs yang tampil apik malam itu.
Petaka datang ketika bek kanan MU, Timothy Fosu-Mensah, mengalami cedera pada menit ke-68 dan harus digantikan oleh Matteo Darmian. Akibatnya, MU kebobolan 3 gol sekaligus yaitu oleh Bamidele Alli, Toby Alderweirld dan Erik Lamela, hanya dalam tempo 6 menit. Praktis setelah itu MU tidak berkutik menerima gempuran pasukan Mauricio Pochettino. Laga pun berakhir dengan kemenangan meyakinkan Tottenham 3-0. Dengan kemenangan ini perebutan gelar Liga Primer dengan sang pemuncak klasemen sementara, Leicester City, kembali terbuka. Sementara itu, kekalahan ini memaksa MU tidak beranjak dari posisi lima yang rawan disalip West Ham United yang berada di posisi ke-6 dengan selisih 1 poin.
Penulis mencatat ada beberapa kesalahan Louis Van Gaal dalam menerapkan taktiknya pada pertandingan tersebut, yaitu:
1. Lebih memilih memainkan Michael Carrick yang sudah berumur ketimbang Ander Herrera di lini tengah. Carrick terbukti sering kewalahan dalam membendung serangan para pemain Spurs yang mempunyai agresivitas tinggi seperti Lamela, Eriksen dan Bamidelle Alli.
2. Memilih memasukkan Matteo Darmian, padahal Antonio Valencia berada dalam kondisi fit pada saat itu. Valencia mempunyai kecepatan dan body balance yang bagus untuk berduel dengan penyerang Spurs. Meskipun posisi aslinya adalah pemain sayap, namun pemain ini mampu menjadi seorang full back kanan.
3. Menempatkan Ashley Young sebagai penyerang tengah, padahal posisi aslinya adalah pemain sayap, sehingga Young tidak mampu berkontribusi maksimal.
4. Blind sebagai pengumpan sepak pojok. Entah apa yang ada di benak Van Gaal yang menjadikan Daley Blind sebagai pengumpan dalam set piece. Sebagus apapun pemain yang beroperasi sebagai SW (sweeping defender) cenderung tidak bisa menjadi corner taker yang baik.
5. Tidak merubah komposisi pemain tengah di babak kedua padahal di babak pertama Carrick sering keteteran sebagai gelandang bertahan.
Semoga “dosa-dosa” Louis Van Gaal tidak bertambah dalam pertandingan MU berikutnya sehingga mampu membawa MU masuk Big Four untuk menjaga asa tampil di kompetisi Liga Champions musim depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H