Mohon tunggu...
Kenneth Laurentius
Kenneth Laurentius Mohon Tunggu... Seniman - Siswa

Saya suka komedi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pengalaman Indah dalam Menerapkan Toleransi

21 November 2024   10:19 Diperbarui: 21 November 2024   11:04 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekskursi 2024 adalah sebuah perjalanan yang lebih dari sekadar wisata pendidikan. Sebagai siswa Kolese Kanisius, pengalaman ini menjadi ruang bagi kami untuk melintasi batas geografis, sosial, dan budaya demi memahami keberagaman di negeri ini. Ekskursi ini membawa kami ke pesantren, tempat yang menjadi saksi hidup nilai-nilai Islam yang mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia. 

Bagi kami, siswa dari berbagai latar belakang, ekskursi ini adalah sebuah perjalanan spiritual dan intelektual untuk melihat langsung bagaimana keberagaman menjadi pondasi bagi harmoni. Ekskursi ini menjadi ruang untuk menyemai cinta dan toleransi melalui dialog dan pengalaman nyata. 

Setibanya di pesantren, kami disambut dengan senyuman hangat dan keramahan yang luar biasa. Meski kami adalah tamu yang memiliki perbedaan, tidak ada jarak yang diciptakan. Kami diajak melihat kehidupan sehari-hari para santri, mulai dari proses belajar mengaji hingga aktivitas sosial mereka. Kami disambut dengan tarian yang mereka ciptakan untuk menyambut kami sebagai saudara yang sebangsa dan satu tanah air. 

Dalam satu momen, kami duduk bersama di sebuah aula kecil, mendengarkan santri membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dengan lantunan yang indah. Di sudut ruangan, terlihat seorang santri kecil dengan khusyuk menulis pelajaran agamanya di papan tulis kecil. Adegan itu memberikan makna yang sangat berarti. 

Indonesia adalah rumah bagi ratusan suku, bahasa, dan agama. Namun, keberagaman ini tidak selalu mudah dipelihara. Banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari prasangka hingga konflik yang timbul karena kurangnya pemahaman. Di sinilah pentingnya pendidikan lintas budaya seperti yang kami alami dalam ekskursi ini. 

Pesantren, yang sering kali dianggap sebagai simbol eksklusivitas Islam, dalam kenyataannya adalah tempat yang inklusif dan penuh dengan nilai kebersamaan. Diskusi yang kami lakukan bersama para santri membuka mata kami bahwa Islam, seperti halnya agama lainnya, mengajarkan perdamaian dan persaudaraan. Salah seorang ustaz di pesantren tersebut menyampaikan, "Toleransi itu bukan sekadar menerima, tetapi juga menghidupi nilai-nilai orang lain dengan rasa hormat." 

Salah satu momen paling berkesan adalah ketika kami diajak makan bersama para santri. Kami duduk melingkar di atas tikar sederhana, menikmati nasi liwet dengan lauk-pauk yang dihidangkan. Tidak ada sekat antara kami dan mereka. Di sela-sela makan, kami berbincang tentang hal-hal sederhana: hobi, cita-cita, dan kehidupan sehari-hari.

Percakapan itu membuat saya sadar bahwa meskipun berbeda keyakinan, kami memiliki banyak kesamaan. Kami adalah generasi muda yang bercita-cita untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik. Kami ingin merasakan hidup yang damai tanpa harus khawatir akan perbedaan yang ada.

Dalam buku Islam dan Toleransi di Indonesia karya Alwi Shihab, disebutkan bahwa pesantren adalah miniatur Indonesia yang sesungguhnya. Di dalamnya, nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong diajarkan tanpa memandang latar belakang. Pengalaman kami di pesantren menguatkan pandangan ini. Kami belajar bahwa harmoni bukanlah utopia, melainkan sesuatu yang dapat dicapai melalui pendidikan dan dialog yang tulus. 

Ekskursi 2024 adalah pengingat bahwa sebagai pelajar, kami memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberagaman ini. Dalam setiap langkah, kami membawa pesan bahwa Indonesia yang damai dimulai dari diri sendiri. Seperti nilau-nilai Kanisian, kami diajak untuk menjadi pelita bagi dunia, menciptakan harmoni di tengah keberagaman yang ada.

Ekskursi ini adalah sebuah perjalanan yang mengajarkan kami untuk tidak hanya menghormati perbedaan tetapi juga merayakannya. Sebuah pelajaran yang tidak akan hilang seiring waktu, karena seperti yang dikatakan Mahatma Gandhi, "Kamu harus menjadi perubahan yang ingin kamu lihat di dunia." Melalui ekskursi ini, kami memulai langkah kecil untuk menjadi perubahan itu.  

Pengalaman ini mengajarkan kami bahwa toleransi bukan hanya tentang menghargai keberadaan orang lain, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menguatkan di atas dasar perbedaan. Di pesantren, kami menyaksikan bagaimana nilai-nilai keagamaan dapat hidup berdampingan dengan rasa nasionalisme yang kuat. Mereka mengajarkan kepada kami, secara tidak langsung, bahwa keberagaman adalah aset yang harus dirawat dengan cinta dan pengertian. 

Selain itu, kami belajar pentingnya dialog sebagai jembatan untuk memahami. Dalam setiap percakapan, kami menemukan kesamaan yang lebih besar daripada perbedaan. Obrolan sederhana tentang kehidupan sehari-hari, cita-cita, hingga harapan untuk masa depan menjadi bukti bahwa kita semua memiliki tujuan yang sama: hidup dalam harmoni dan damai. 

Ekskursi ini juga menyadarkan kami akan pentingnya pendidikan lintas budaya sebagai kunci untuk melahirkan generasi yang inklusif. Dalam perjalanan pulang, saya berpikir, bagaimana jika setiap pelajar di Indonesia memiliki kesempatan seperti ini? Dunia yang penuh dengan perbedaan tidak lagi akan terlihat sebagai ancaman, tetapi justru menjadi peluang untuk saling melengkapi. 

Ekskursi 2024 tidak hanya memberikan kenangan, tetapi juga pelajaran berharga yang terus kami bawa sebagai bekal menjadi pemimpin masa depan yang berjiwa toleran dan berkomitmen untuk merawat keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun