Mohon tunggu...
Kenneth
Kenneth Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Say No to Rumah Kumuh!

24 Februari 2016   12:58 Diperbarui: 24 Februari 2016   13:25 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok. Pribadi"][/caption]Bila kita sedang asyik menelusuri jalan di ibukota,  maka kita sering dikejutkan dengan penampakan beberapa rumah kumuh yang ada di berbagai sudut Kota Jakarta.  Hampir di  setiap lahan kosong dan tempat-tempat yang ditelantarkan oleh pemiliknya akan bermunculan  rumah  bedeng yang terbuat dari kardus, papan bekas, kadang dibuat bertingkat yang sangat kotor.

Rumah- rumah ini seakan-akan tumbuh seperti jamur, kian meluas dan kian bertambah banyak. Mereka yang kurang mampu, kerap kali membangun rumah semi permanen  dengan bentuk yang tidak karuan,  sehingga merusak pemandangan dan citra ibukota.  Apalagi ditambah dengan kebiasaan hidup jorok mereka. Hal inilah yang terus-menerus menjadi pusat perhatian dan buah bibir bagi masyarakat Jakarta, yang ingin melihat kotanya bersih, indah dan teratur.

Untuk mengatasi penghuni rumah kumuh adalah hal yang sangat sulit dilakukan, karena ketidaktegasan aparatur , ditambah warga yang menolak direlokasi dengan alasan sudah tinggal berpuluh tahun dan terkadang juga menggunakan alasan HAM yang pada akhirnya dapat menimbulkan banyak kericuhan di Jakarta. Di satu sisi, mereka menyalahgunakan lahan milik negara, yang semestinya untuk jalur hijau atau taman kota, walaupun di sisi lain, pemerintah juga sedari dulu harusnya tegas untuk menertibkan mereka .

Namun, berkat kepemimpinan Bapak Basuki Tjahja Purnama atau yang kerap kali disapa dengan “Bapak Ahok” kini keadaan Kota Jakarta sudah berangsur-angsur berubah menjadi lebih baik . Hampir setiap saat , Bapak Ahok dengan Pemprov DKI  merelokasikan mereka yang tidak mampu ke rumah- rumah susun yang sudah tersedia diantaranya, Rumah Susun Marunda di Jakarta Utara, Rumah Susun Pulo Gebang di Jakarta Timur, dan tentunya masih ada sekitar puluhan rumah susun lainnya agar Pemprov DKI dapat menjadikan tempat- tempat kumuh itu sebagai ruang terbuka hijau dan taman kota yang bisa dinikmati seluruh masyarakat DKI Jakarta.        

Kebijakan-kebijakan di atas menuai pro dan kontra di masyarakat namun peraturan harus tetap ditegakkan  . Meskipun banyak yang berpendapat bahwa “ Bapak Ahok kejam dan tak berperasaan!” . Bagaimana dengan yang mendukung ketegasan dan keberanian Bapak Ahok? Tak jarang juga dari mereka yang “cinta” Kota Jakarta memuji kepemimpinan Ahok dan mendukung program-program yang dibuatnya. Banyak dari mereka yang beranggapan “Memang sekali-kali masyarakat DKI Jakarta harus mendapatkan Gubernur yang tegas!”. Bahkan beberapa provinsi di Indonesia juga banyak yang mengharapkan munculnya pemimpin-pemimpin baru seperti Bapak Ahok.

Bapak Basuki Tjahja Purnama sebenarnya sudah beberapa kali menegaskan, sebenarnya hal utama yang menjadi alasan mengapa dia melakukan relokasi  penghuni rumah kumuh semata-mata karena banyak dari rumah kumuh yang memakan jalan raya dan bantaran sungai yang pada akhirnya menimbulkan macet dan banjir setiap tahunnya di DKI Jakarta. Itulah mengapa terkadang Ahok terpaksa bertindak sepertinya kejam dalam merelokasikan para penghuni rumah kumuh di DKI Jakarta. Toh pada akhirnya perumahan kumuh tersebut juga dapat di alih fungsi menjadi taman kota, selain menyehatkan, juga bermanfaat bukan?

 

Oleh : Kenneth Gunawan

X-4/SMA Kristen Kanaan                

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun