Mohon tunggu...
KennedyYuandy
KennedyYuandy Mohon Tunggu... Guru - Guru

Waktu yang terus berjalan dan tidak akan kembali membuat saya merenung tentang bagaimana seharusnya saya memanfaatkannya dengan lebih baik. Saya menyadari bahwa keputusan dan tindakan yang saya lakukan saat ini akan membentuk masa depan saya, dan saya harus bertanggung jawab atas setiap pilihan yang saya buat. Oleh karena itu, saya harus berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan yang ada dan mengambil pelajaran dari setiap pengalaman untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mentoring : Meningkatkan performa guru menuju pendidikan berkualitas

13 Februari 2022   20:47 Diperbarui: 25 Februari 2023   21:44 2131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti performa guru, materi ajar, murid, dan sarana prasarana. Faktor performa guru merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Performa Guru yang performa baik akan menghasilkan pendidikan yang baik pula. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu terus mengembangkan diri dan mendapatkan dukungan dari sekolah. Mentoring adalah salah satu cara untuk meningkatkan performa Guru. Mentoring bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan guru menjalankan peran sebagai pendidik. Kepala Sekolah dan guru handal bisa menjadi mentor bagi guru baru atau rekan sesama guru lainnya. Dalam satu sekolah setiap Guru mempunyai kemampuan berbeda sehingga memerlukan pendekatan mentoring yang sesuai supaya mentoring dapat dapat berjalan efektif dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Menurut Glickman (1981), guru dapat dibagi menjadi tiga tingkat abstraksi: rendah, sedang, dan tinggi. Guru dengan tingkat abstraksi rendah biasanya bingung ketika menghadapi masalah, tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, dan hanya memiliki satu atau dua kebiasaan merespon suatu masalah. Sedangkan guru dengan tingkat abstraksi sedang sudah dapat menetapkan masalah dan memikirkan satu atau dua kemungkinan jawaban atas masalahnya. Sementara guru dengan tingkat abstraksi tinggi dapat memikirkan masalahnya dari banyak perspektif dan menghasilkan berbagai alternatif rencana pemecahan.

Selain tingkat abstraksi, Glickman (1981) juga membagi guru berdasarkan tingkat komitmen: rendah dan tinggi. Guru dengan tingkat komitmen rendah memiliki perhatian sedikit terhadap siswa dan guru lain, sedikit waktu dan energi yang disediakan, serta perhatian utama terhadap satu macam tugas. Sedangkan guru dengan tingkat komitmen tinggi memiliki perhatian tinggi terhadap siswa dan guru lain, lebih banyak waktu dan energi yang disediakan, serta perhatian utama dengan cara berbuat.

Menurut Glickman (2002), ada empat macam pendekatan dalam proses mentoring guru yaitu Non-directive interpersonal approach, Collaborative interpersonal approach, Directive-informational interpersonal approach, dan Directive control approach. Guru dengan tingkat abstraksi rendah dan tingkat komitmen rendah cocok dengan pendekatan direktif (Directive-informational interpersonal approach atau Directive control approach), di mana mentor banyak mengarahkan guru. Kegiatannya meliputi menginformasikan, mengarahkan, menjadi model, menetapkan patokan tingkah laku, dan menilai. Sedangkan guru dengan tingkat abstraksi rendah dan tingkat komitmen tinggi, atau guru dengan tingkat abstraksi tinggi namun komitmennya rendah cocok dengan pendekatan kolaboratif (Collaborative interpersonal approach), di mana mentor berkolaborasi dengan guru. Kegiatannya meliputi mempresentasikan persepsinya mengenai sesuatu kepada siswa, mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan mengelola kelas dengan efektif. Guru dengan tingkat abstraksi yang tinggi cenderung lebih mampu mengembangkan ide-ide baru dan inovatif dalam pembelajaran, sementara guru dengan tingkat abstraksi yang rendah mungkin lebih fokus pada metode pengajaran yang telah terbukti berhasil.

Sementara itu, komitmen guru dapat dibagi menjadi tinggi atau rendah. Guru dengan tingkat komitmen yang tinggi cenderung lebih terlibat dalam kegiatan di luar jam kerja, seperti membimbing siswa setelah sekolah atau terlibat dalam kegiatan organisasi siswa. Mereka juga mungkin lebih bersemangat untuk membantu siswa mencapai tujuan mereka. Sebaliknya, guru dengan tingkat komitmen yang rendah mungkin hanya menjalankan tugas-tugas dasar mereka dan tidak terlibat dalam kegiatan ekstra.

Penting untuk dicatat bahwa klasifikasi guru dalam kategori-kategori ini tidak bermaksud untuk menyederhanakan kompleksitas pekerjaan guru atau menilai kinerja mereka secara mutlak. Sebaliknya, kategori ini dapat digunakan sebagai alat untuk memahami ciri-ciri umum dari guru yang berbeda dan membantu dalam pengembangan program pelatihan dan pengembangan profesional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun