Dalam hubungan internasional terdapat banyak sekali fenomena-fenomena yang sangat beragam dan dinamis yang menghasilkan banyak gagasan atau sudut pandang yang berbeda.Â
Sebenarnya, para pemikir dalam hubungan internasional ini berusaha mencari tahu tentang apa , mengapa sesuatu bisa terjadi, dan bagaimana mengenai suatu fenomena. Perkembangan Hubungan Internasional sebagai suatu studi melewati tiga tahapan yaitu tradisional, behavioural, serta post-behavioural.Â
Perdebatan pertama dalam paradigma hubungan internasional yaitu Idealisme  vs Realisme antara tahun (1918-1950). Perdebatan ini terjadi karena terjadi kegagalan dari Liga Bangsa-Bangsa(LBB). Karena kegagalan dari Liga Bangsa-Bangsa untuk menghindari terjadinya perang sehingga meletus perang dunia ke-2.
Idealisme adalah aliran pemikiran yang terinspirasi dari tokoh politik seperti Plato, Aristoteles, Cicero, Woodrow Wilson, Dag Hammarskjold, dan Lester Pearson yang dimana mereka percaya bahwa terdapat nilai moral yang bersifat universal yang harus ditaati dengan didasari keyakinan dalam kebaikan yang melekat pada diri manusia.Â
Aliran ini mempercayai bahwa moralitas, organisasi, hukum dan perjanjian akan melawan sifat anarkis internasional. Â Sedangkan realisme adalah aliran pemikiran yang berasal dari tokoh Thucydides, Niccolo Machiavelli, Thomas Hobbes, karya-karya dari Hans Morgenthau serta Kenneth Waltz dan Robert Keohane. Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki sifat egois yang mementingkan diri sendiri dan tidak mengenal adanya pemerintahan internasional.
Bagi realisme prinsip-prinsip seperti yang sampaikan oleh kaum idealis tidak bisa diterapkan dalam negara. Bagi realisme yang terpenting dalam suatu negara adalah power yang berguna untuk mencapai keamanan dan perdamaian.Â
Seperti yang disampaikan oleh pemikir realisme Hans Morgenthau bahwa manusia memiliki sifat egois (Selfish) dan mengejar kekuasaan (struggle). Realisme juga menolak pandangan idealisme yang mengandalkan organisasi internasional untuk mewujudkan perdamaian dunia.Â
Sebaliknya, bagi idealis perang adalah suatu penyimpangan yang harus dihindari demi terwujudnya perdamaian. Masalah terbesar bagi realis adalah masalah kelangsungan dan bertahan hidup yang akhirnya menciptakan dilemma keamanan bagi negara lain. Â
Selain itu negara merupakan aktor yang paling penting bagi realis dan bersifat rasional. Mereka berfokus pada potensi konflik yang terjadi di negara-negara. Sehingga keamanan harus benar-benar di tingkatkan.
Fakta bahwa setiap negara pasti mengejar kepentingan nasionalnya demi kelangsungan negaranya. Seperti pemikiran dari tokoh-tokoh idealis yang menyatakan bahwa inti dari keamanan internasional adalah adanya organisasi internasional.Â
Namun berbeda dengan realis yang bertolak belakang dengan idealis. Realisme mengklaim bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya maka untuk mencegah dilemma keamanan harus ditingkatkan kekuatan militernya. Kemudian, perilaku moral sangat beresiko karena dapat merusak kemampuan suatu negara untuk melindungi diri.Â
Namun pernyataan tersebut bertolak belakang dengan idealis yang mempercayai adanya nilai moral serta kebaikan yang melekat pada diri manusia maka manusia pasti akan berusaha taat dengan nilai-nilai yang ada.Â
Bagi mereka perang adalah masalah internasional yang memerlukan usaha kolektif dan multilatelar bukan hanya masalah nasional saja.Â
Oleh sebab itu masyarakat internasional harus berusaha menghapus institusi yang mendorong terjadinya perang dan mengusahakan perdamaian dan ketertiban dunia.
Referensi :
Bakry, Umar Suryadi.2017.Dasar-Dasar Hubungan Internasional Edisi Pertama.Depok:Kencana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H